Karena inkulturasi merupakan sarana untuk mencari konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dan bernilai bagi manusia, maka inkulturasi melewati proses-proses pemilahan dalam gereja dan proses ini membutuhkan waktu yang lama. Gereja juga memiliki kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam proses inkulturasi tersebut. Budaya merupakan hasil dari akal budi manusia sekaligus hasil dari kepercayaan. Maka, apabila gereja hidup dalam suatu tempat yang memiliki budaya yang unik dan menarik, gereja berusaha untuk menggali nilai budaya setempat. Karena gereja sadar  bahwa dalam membangun jemaat, gereja perlu memahami segala ikatan dalam masyarakat termasuk budaya.
5. Manfaat Inkulturasi
     Dalam hal-hal yang tidak menyangkut iman atau kesejahteraan seluruh jemaat, Gereja tidak ingin memaksakan suatu keseragaman yang kaku, bahkan dalam liturgi sekalipun.  Sebaliknya Gereja menghormati dan memajukan seni serta kekayaan yang menghiasi jiwa berbagai suku dan bangsa. Kekayaan yang dimaksud adalah semua hasil karya manusia yang adalah bentuk penghayatan nilai-nilai moral dan nilai-nilai lain.[8]
    Inkulturasi merupakan wujud nyata hidup dan pesan kristiani dalam suatu lingkungan budaya yang ada. Inkulturasi menjadi sarana dalam mewartakan injil. Injil dapat dengan mudah diterima, dihayati, dan diamalkan dalam konteks kebudayaan. inkulturasi juga dapat memperkaya kebudayaan. Ketika diwartakan hanya dengan ungkapan lahiriah, maka tidak ada kesinkronan dengan iman batiniah. Maka inkulturasi menjadi sangat penting.
    Tujuan penyesuaian bukan semata-mata untuk memberi kemudahan bagi gereja di tanah misi, tetapi untuk membuat liturgi siap dipakai dan relevan untuk setiap kebudayaan.  Untuk itu diperlukan keterbukaan terhadap Roh maupun keterbukaan kreatifitas manusia sedemikian rupa sehingga perubahan dan pembaharuan terjadi dan ciptaan baru dilahirkan. [9]
     Dalam lingkup kekristenan, inkulturasi menuntun umat agar hidup menjadi anak Allah sebagai anak-anak yang mendekati-Nya sebagai Bapak tercinta. Pengikutsertaan dalam hidup anak Allah itu bukan hanya status, melainkan panggilan dan tugas, yaitu ambil bagian dalam tugas pengutusan Yesus Kristus.  Inkulturasi juga untuk menghidupkan umat Allah agar mendasarkan diri dalam Roh Kudus. Arah usaha inkulturasi adalah keterbukaan dan ketatan terhadap Roh dalam setiap situasi umat dalam masyarakat. Itulah namanya ambil bagian dalam pengutusan Kristus.
6. Â Refleksi Kritis
     Inkulturasi sebagai suatu upaya Gereja untuk mewartakan Karya Keselamatan Allah hendaknya terus dilakukan guna melanjutkan Karya Keselamatan Allah yang berlangsung terus menerus hingga saat ini. Karena dengan Inkulturasi Gereja bisa dengan mudah mewartakan Karya Keselamatan Allah sebagi tugas utamanya. Untuk itu dalam melakukan inkulturasi Gereja juga harus menyerupai Yesus semasa hidup-Nya yang melakukan pewartaan dengan masuk pada lingkungan dan budaya dimana Ia berada.
     Deawasa ini ada banyak proses Inkulturasi yang dilakukan oleh Gereja, terutama Gereja lokal. Misalnya Kitab Suci yang diterjemahkan kedalam bahasa setempat, musik liturgi yang disesuaikan dengan budaya setempat, dan tarian daerah yang dijadikan sebagai pembawa persembahan dalam perayaan Ekaristi. Semua ini bertujaun untuk mengungkapkan penghayatan  iman kristiani yang selaras dengan citra rasa budaya dan iman umat. Akan tetapi terkadang proses Inkulturasi yang dilakukan oleh Gereja lokal juga mengalami beberapa penyimpangan yang tidak sesuai dengan tradisi Gereja. Untuk itu perlu ditanamkan kepada Pemimpin dan umat di Gereja lokal bahwa proses Inkulturasi Gereja lokal yang dilakukan terhadap kebudayaan setempat hendaknya dapat memberikan penghormatan kepada Allah Pencipta, dan dapat memberi terang rahmat penebus yang dapat mengatur dan menata kehidupan Kristen yang baik.
7. Catatan Kaki
[1] Komisi Liturgi KWI, Kursus Dasar Teologi Liturgi ( Yogyakarta: 1990), hlm. 148.