Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Khotbah Petrus kepada Orang Bukan Yahudi

18 Desember 2020   08:00 Diperbarui: 18 Desember 2020   08:05 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Khotbah: Frater Milenial (Dok.Pri)

        Penulis Kitab Kisah Rasul sama dengan penulis Injil Lukas yakni Lukas. Prakata dalam Kisah Rasul (Kis 1:1) merupakan prakata dalam Lukas (Luk 1:1-4). Kitab ini dipersembahkan kepada tokoh yang sama yakni Teofilus. Dalam Kis 1:1 dikatakan tentang "buku pertama" yang telah ditulisnya. 

Buku ini tidak lain kecuali Injil Lukas, sehingga Kisah Rasul merupakan buku kedua dari Lukas. Bahasa Yunani dan gaya sastra yang dipakai Kisah Rasul dan Injil Lukas adalah sejalan, misalnya Kis 3:6 dengan Luk 5:17; Kis 9:36 dengan Luk 7:11. Injil Lukas dan Kisah Rasul, merupakan buku yang memiliki tujuan yang sama yakni menyatakan  tentang Kristus yang datang untuk menyelamatkan seluruh bangsa. 

Dalam Injil Lukas dan Kisah Rasul, Lukas yang adalah seorang penulis hendak menunjukkan bahwa orang Yahudi yang beriman yang sungguh-sungguh menerima Yesus dan bahwa Tuhan bermaksud agar seluruh umat manusia mencari keselamatan dalam Kristus. Keselamatan yang ditulis oleh Lukas, baik dalam Injil Lukas maupun dalam Kisah Rasul, merupakan suatu menegaskan bahwa  keselamatan itu hanya ada dalam Kristus.

Dalam Kisah Rasul ini dipertegas bahwa Para Rasul membawa Kabar Baik dari Yerusalem ke Yudea, Galilea, Samaria, dan seluruh dunia termasukRoma. Dalam bukupertamaLukas,melukiskan bahwa Yesus  hanya satu kali mengadakan perjalanan ke Yerusalem. Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, Yesus menyembuhkan seorang buta yang berseru kepada-Nya, "Yesus Anak Daud kasihanilah aku" (Luk18: 35-43). 

Dalam muzijat penyembuhan ini mengungkapkan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang penuh Kuasa, akan tetapi orang-orang Yahudi tidak percaya. Mereka buta akan halapa yang telah dilakukan oleh Yesus. Sementara orang buta itu membuka mata hatinya, sehingga ia mengerti siapa sebenarnya Yesus, kemudian ia memuliakan Allah dan mengikuti-Nya.Yerusalem merupakan tempat dan puncak dari perjalanan Yesus untuk menggenapi nubuat para Nabi dalam Perjanjian Lama. 

Di Yerusalemlah  terjadinya peristiwa iman, yakni penderitaan, wafat, kebangkitan dan kenaikan yang disaksikan oleh para rasul. Para Rasul menjadi saksi dari peristiwa ini dan peristiwa ini menjadi dasar dari pewartaan Para Rasul. Hal ini dikokohkan dalam pernyataan Kis. 1:4, "Jangan tinggalkan Yerusalem".Ini hendak mengungkapkan bahwa di Yerusalem akan terjadi peristiwa besar yang menjadi dasar pewartaan dan iman Kristen.

Kisah Rasul disebut juga Injil Roh Kudus, Kabar Baik tentang Roh Kudus dan berisikan Roh Kudus. Dalam Kisah Rasul, Yesus kini sudah mulia, namun tetap berkarya memberitakan keselamatan. Hanya saja karya-Nya itu dilaksanakan Yesus dengan Roh Ilahi-Nya. Roh itu dijanjikan Bapa, tetapi dicurahkan oleh Yesus yang telah mulia. Maka Roh Allah itu sekaligus Roh Yesus. Roh itu yang dahulu menggerakkan Yesus, maka kini menggerakkan orang beriman. 

Dengan turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, menjadi nyata bahwa jaman keselamatan dibuka oleh Yesus. Pengalaman akan Roh itu membuktikan bahwa Yesus benar-benar dibangkitkan dan menjadi Tuhan yang berkuasa. Dalam Kisah Rasul, Roh Kudus terutama nampak dalam merambatnya kelompok orang beriman dan pewartaan Injil. 

Roh Kuduslah yang menyebabkan Injil tersebar sampai ke Roma. Roh pulalah yang mengatasi hambatan-hambatan dalam rangka pewartaan Injil. Petrus, Paulus, Stefanus atau yang lain dikatakan "penuh dengan Roh Kudus", artinya mereka digererakkan oleh kekuatan Ilahi dalam melaksanakan tugasnya. Pewartaan Injil didorong oleh Roh Kudus, sehingga pewartaan yang disampaikan dalam kata manusia menjadi Firman Allah. Para pewarta hanyalah pelayan Firman. Firman itu berdaya untuk membangun dan menganugerahkan bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan. Firman itu mendatangkan keselamatan bagi semua orang.

 Kisah Rasul 10:34-43

Petrus memulai khotbahnya dengan sebuah deklarasi, "Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan orang" (ay. 34). Pemilihan ini didasarkan semata-mata pada kehendak Allah sendiri. Allah menerima semua orang dari bangsa mana pun atas dasar yang sama. 

Jika seseorang takut kepada Allah dan melakukan apa yang benar (Mik 6:8), maka ia dapat diterima oleh Allah terlepas dari latar belakang ras, nasionalitas, kelas sosial, dan situasi hidupnya. Allah tidak memperlakukan satu bangsa atau suku lebih istimewa daripada bangsa atau suku-suku yang lain. Keselamatan tidak bisa dipisahkan dari kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dan ditawarkan kepada semua orang yang menerima dan mengakui bahwa mereka membutuhkan-Nya.

Petrus meneruskan khotbahnya dengan memberi perhatian pada kehidupan Yesus selama hidup-Nya di dunia. Perhatian ini tampaknya tepat karena orang-orang bukan Yahudi kurang mengenal siapa Yesus dibandingkan dengan orang-orang Yahudi. Walau kurang mengenal, namun Petrus mengandaikan bahwa pelayanan Yesus adalah sebuah pelayanan publik sehingga orang-orang bukan Yahudi mengetahuinya. "Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes" (ay. 37; bdk 1: 4-5, 22). Karena dilihat sebagai peristiwa publik, maka Kornelius dan semua orang yang berkumpul di rumahnya diandaikan mengetahui apa yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes (Luk 3:23; Kis 1:22).

Peristiwa publik Yesus dimulai pada waktu pembaptisan-Nya oleh Yohanes. Pada waktu itu "Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuasa." Ungkapan ini tidak hanya mengingatkan pada baptisan Yesus yang saat itu Roh Kudus turun atas Yesus (Luk 3:20-22), tetapi juga pada khotbah perdana-Nya di Nazaret.

 Pada waktu itu Ia mengklaim bahwa "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku" (Luk 4:18). Pengurapan Roh Kudus inilah yang menjadi sumber kuasa Yesus pada waktu melakukan pelayanan-Nya. Dalam injilnya, Lukas menggambarkan pelayanan Yesus dipengaruhi oleh Roh Kudus. Roh Kudus turun atas-Nya dalam rupa burung merpati pada waktu pembaptisan-Nya (Luk 3:22). Roh Kudus membawa-Nya ke padang gurun (Luk 4:1) dan Roh Kudus membawa Yesus kembali ke Galilea (Luk 4:14).

Kehidupan Yesus selama hidup di dunia diringkas oleh Petrus dengan berfokus pada pelayanan-Nya. Ia berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan orang yang dikuasai Iblis. Perbuatan baik dan penyembuhan Yesus dimungkinkan karena Allah menyertai-Nya. Ungkapan "Allah menyertai-Nya" telah dipakai oleh Stefanus untuk melukiskan Yusuf yang dibebaskan dari semua penderitaannya karena "Allah menyertainya" (Kis 7:9). Ungkapan serupa dipakai untuk menggambarkan kehadiran Allah bersama Maria (Luk 1:28), Yohanes Pembaptis (Luk 1:66), misionaris kristiani di Antiokhia (Kis 11:21) dan Paulus (Kis 18:10). 

Dengan demikian, sumber kuasa Yesus dalam melakukan perbuatan baik, menyembuhkan, dan mengusir setan adalah Allah. Pelayanan Yesus disaksikan oleh para rasul yang kemudian ditugaskan untuk menjadi saksi-Nya (Luk 24:48; Kis 1:8, 22; 2:32; 3:15; 5:32; 10:41; 13:31; 22:15; 26:16). Petrus sebagai juru bicara para rasul bersaksi bahwa Yesus mati karena dibunuh oleh orang Yahudi dengan cara digantung pada kayu salib. Kesaksian ini mengulang apa yang telah dikatakan sebelumnya (Kis 2:36; 3:15; 4:10; 5:30). Dengan kesaksian ini ia barangkali mau menunjukkan bahwa orang Yahudi menganggap Yesus sebagai seorang yang dikutuk oleh Allah (Ul 21:22-23).

Kematian Yesus tidak bisa dipisahkan dari kebangkitan-Nya. Yesus yang mati di kayu salib dibangkitkan oleh Allah pada hari yang ketiga. Yesus yang bangkit itu berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada saksi-saksi yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah (Luk 24:30; 41-43; Kis 1:4, 21-22; bdk Yoh 21). 

Para saksi itu ditugaskan untuk mewartakan kepada seluruh bangsa Israel. Mereka harus mewartakan bahwa Allah telah menentukan Yesus yang bangkit untuk menjadi hakim atas orang hidup dan orang mati pada waktu pengadilan terakhir. Peran Yesus yang bangkit sebagai hakim akan diwartakan lagi oleh Paulus dalam khotbah di Areopagus. "Allah telah menetapkan suatu hari ketika Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu jaminan tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati" (Kis 17:31; bdk. 2Tim 4:1; 1Ptr 4:5; Yoh 5:22, 27).

Pada bagian akhir, Petrus memperkuat khotbahnya dengan mengutip kesaksian para nabi. "Semua nabi bersaksi bahwa siapa saja yang percaya kepada-Nya, akan mendapat pengampunan dosa melalui nama-Nya" (Kis 10:43). 

Kristus menawarkan pengampunan kepada semua orang yang percaya, baik yang berlatar belakang Yahudi maupun bukan Yahudi. Tawaran ini sama seperti yang telah disampaikannya ketika berkhotbah kepada orang Yahudi di Yerusalem pada waktu Pentakosta (Kis 2:38-39). Tawaran pengampunan itu tidak hanya diberikan kepada orang Yahudi tetapi juga orang bukan Yahudi.

 Pencurahan Roh Kudus atas orang bukan Yahudi

Sebelum Petrus selesai berkhotbah, Roh Kudus turun atas semua orang yang mendengarkan dan menyambut pewartaannya di rumah Kornelius. Turunnya Roh Kudus atas orang bukan Yahudi serin dilihat sebagai Pentakosta kedua dan dihitung sebagai pencurahan Roh Kudus yang keempat dalam Kisah Para Rasul (Kis 2:1-4; 4:31; 8:17). 

Semua orang yang mendengarkan dan menyambut pewartaan Petrus dicurahi dengan Roh Kudus sebelum mereka dibaptis. Kehadiran Roh Kudus ini menunjukkan bahwa Allah menerima semua orang terlepas dari apakah mereka memelihara dan melaksanakan ketentuan legal-formal hukum Taurat. Kehadiran Roh Kudus itu dapat dipandang sebagai dasar pneumatologis bagi pembenaran misi kepada orang bukan Yahudi.

Orang kristiani Yahudi dari komunitas Yope yang menyertai Petrus ke rumah Kornelius di Kaisarea tercengang karena ternyata Roh Kudus juga turun atas orang bukan Yahudi. Semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai petrus, tercengang-cengang karena melihat karunia yaitu Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga (Kis 10:45). 

Mereka tercengang-cengang mungkin karena mereka bertumbuh dalam sebuah tradisi yang menganggap karunia Roh Kudus merupakan sebuah tanda yang membedakan mereka dengan orang bukan Yahudi. Namun, kini tradisi itu tidak bisa dipertahankan karena mereka sendiri menyaksikan turunnya Roh Kudus atas orang bukan Yahudi. Orang kristiani Yahudi akhirnya menyadari dan mengakui bahwa Roh Kudus juga dicurahkan atas orang bukan Yahudi. 

Kesadaran dan pengakuan itu muncul setelah mereka mendengar orang bukan Yahudi berkata-kata dalam bahasa lidah dan memuliakan Allah seperti yang mereka alami sendiri pada waktu Pentakosta di Yerusalem. Berkata-kata dalam bahasa lidah dan memuliakan Allah merupakan tanda bahwa orang bukan Yahudi diterima sebagai  anggota tubuh Kristus. Tanda-tanda kehadiran Roh Kudus itu menjadi sebuah pembenaran final dan tidak terbentahkan bahwa orang bukan Yahudi diterima ke dalam komunitas kristiani.

RELEVANSI UNTUK ZAMAN SEKARANG

Dalam peristiwa yang terjadi di Yerusalem merupakan suatu pencerahan bagi kita untuk melihat kesetiaan iman kita di zaman sekarang ini. "Jangan tinggalkan Yerusalem". Ungkapan ini merupakan suatu nasehat dan perintah dari Yesus kepada kita agar kita tetap setia dan taat pada apa yang dihekendaki oleh Allah. Di Yerusalem akan terjadi peristiwa yang besar dan tak berkesudahan, yaitu penderitaan, wafat, dan kebangkitan serta kenaikan. Dalam peristiwa ini mengajak kita sebagai umat beriman untuk memahami dan menghayati akan misteri Allah dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam khotbahnya, Petrus memulai sebuah deklarasi:"Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya (ay. 34-35). Ungkapan ini  merupakan sebuah penglihatan yang telah memberi pencerahan bagi Petrus untuk menghayati bahwa keselamatan bukan hanya milik orang Yahudi saja. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya mengingatkan kita bahwa kita adalah orang yang lemah dan orang yang berdosa. 

Tuhan Yesus mengasihi kita tanpa membedakan satu sama lain. Kebangkitan-Nya menjadikan kita semua bersaudara. Kita semua berasal dari latar belakang yang berbeda, sifat dan karakter yang berbeda, pendidikan yang berbeda, hobby kesukaan yang berbeda, warna kulit yang berbeda, sosial ekonomi yang berbeda, suku atau budaya yang berbeda. 

Namun ada satu yang sama, yaitu kita mempunyai Tuhan yang satu, yaitu Yesus Kristus yang telah menebus dan menyelamatkan kita dari berdosa. Kebangkitan-Nya menjadikan kita bersaudara, mempersatukan kita untuk melaksanakan tugas pengutusan, yaitu memberitakan dan bersaksi bahwa Yesus adalah hakim atas orang hidup dan orang mati (Kis 10:42-43).

Dalam penjelasan Petrus kepada Kornelius, Petrus menjelaskan bahwa mereka adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuat-Nya ditanah Yudea maupun di Yerusalem. Petrus menerima Kornelius sebagai sesamanya, sehingga tembok pemisah antara orang Yahudi dan bukan orang Yahudi telah dirubuhkan. Tuhan memerintahkan supaya kita saling mengasihi satu sama lain tanpa terkecuali. Sesama kita bukan hanya orang yang seagama atau sesuku dengan kita, melainkan siapa pun. 

Karena itu, kita harus belajar dari dan menggali makna dari kisah Kornelius ini. Setelah Petrus menerima Kornelius, Petrus tetap bersaksi tentang Yesus Kristus, Petrus menjelaskan siapa Yesus Kristus yang telah mereka salibkan hingga mati namun pada hari ketiga Ia bangkit dan telah menampakkan diri. Yesus juga memberi perintah agar Para Rasul akan menjadi saksi-Nya, mereka akan menerima Roh Kudus untuk menjadi saksi-Nya, "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi'(Kis 1:8).

Seorang saksi yang baik senantiasa mengatakan atau mengungkapkan kebenaran-kebenaran yang dilihat atau dialaminya sendiri apa adanya tanpa ditambahi atau dikurangi. Kehadiran Yesus di dunia ini untuk menyampaikan perihal kesaksian, tetapi bukan kesaksian manusia, melainkan perbuatan-perbuatan sebagai pelaksanaan kehendak Allah Bapa yang mengutusNya. Yesus tidak membutuhkan kesaksian dan pembenaran dari pihak manusia. 

Kesaksian yang paling penting adalah karya Yesus. Apa yang dikerjakan oleh Yesus sudah memberikan suatu kesaksian bahwa Dia adalah utusan Bapa, saksi Allah yang sejati. Ia menghadirkan belas kasih, kemurahan, dan kebaikan Allah Bapa kepada umat manusia. Kehadiran Yesus di dunia sungguh-sungguh mau menampilkan rencana dan pekerjaan Allah. Untuk mewujudkannya, Yesus melakukan karya dan pekerjaan yang begitu hebat. 

Akan tetapi, hal-hal tersebut tidak gampang diterima oleh banyak orang, karena ketertutupan dan kedegilan hati mereka. Banyak orang masih menuntut bukti-bukti atau saksi-saksi yang nyata, padahal Yesus sendiri sudah menunjukkannya dengan sangat nyata. Sebagai orang beriman, terutama yang beriman kepada Yesus Kristus, kita semua dipanggil untuk menjadi saksi, lebih-lebih melalui perbuatan atau perilaku bukan perkataan atau omongan. Kesaksian merupakan cara utama dan pertama dalam melaksanakan tugas pengutusan, yang tak tergantikan dengan atau oleh cara lain apapun.

Dalama peristiwa di Yerusalem mengajak kita untuk melihat diri kita, sejauh mana kita telah menjadi saksi iman dalam hidup sehari-hari, dalam aneka kesibukan dan pelayanan kita?, dan apakah cara hidup dan cara bertindak kita sesuai dengan kehendak Tuhan?. Menjadi saksi Kristus tentu kita harus menampilkan atau menghadirkan diri kita sebaik mungkin, sehingga memikat, mempesona dan menarik siapapun yang melihat cara hidup dan cara bertindak kita. 

Dan tentu saja penampilan diri tersebut perlu kesucian hati, jiwa dan akal budi serta tubuh, sehingga penampilan kita bukan sandiwara atau penipuan belaka. Maka, marilah kita menjadi Saksi Kristus yang menghadirkan kemurahan, kebaikan dan belaskasih Tuhan dalam keluarga, lingkungan kerja, komunitas dan ditengah-tengah masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun