Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Khotbah Petrus kepada Orang Bukan Yahudi

18 Desember 2020   08:00 Diperbarui: 18 Desember 2020   08:05 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Khotbah: Frater Milenial (Dok.Pri)

Sebelum Petrus selesai berkhotbah, Roh Kudus turun atas semua orang yang mendengarkan dan menyambut pewartaannya di rumah Kornelius. Turunnya Roh Kudus atas orang bukan Yahudi serin dilihat sebagai Pentakosta kedua dan dihitung sebagai pencurahan Roh Kudus yang keempat dalam Kisah Para Rasul (Kis 2:1-4; 4:31; 8:17). 

Semua orang yang mendengarkan dan menyambut pewartaan Petrus dicurahi dengan Roh Kudus sebelum mereka dibaptis. Kehadiran Roh Kudus ini menunjukkan bahwa Allah menerima semua orang terlepas dari apakah mereka memelihara dan melaksanakan ketentuan legal-formal hukum Taurat. Kehadiran Roh Kudus itu dapat dipandang sebagai dasar pneumatologis bagi pembenaran misi kepada orang bukan Yahudi.

Orang kristiani Yahudi dari komunitas Yope yang menyertai Petrus ke rumah Kornelius di Kaisarea tercengang karena ternyata Roh Kudus juga turun atas orang bukan Yahudi. Semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai petrus, tercengang-cengang karena melihat karunia yaitu Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga (Kis 10:45). 

Mereka tercengang-cengang mungkin karena mereka bertumbuh dalam sebuah tradisi yang menganggap karunia Roh Kudus merupakan sebuah tanda yang membedakan mereka dengan orang bukan Yahudi. Namun, kini tradisi itu tidak bisa dipertahankan karena mereka sendiri menyaksikan turunnya Roh Kudus atas orang bukan Yahudi. Orang kristiani Yahudi akhirnya menyadari dan mengakui bahwa Roh Kudus juga dicurahkan atas orang bukan Yahudi. 

Kesadaran dan pengakuan itu muncul setelah mereka mendengar orang bukan Yahudi berkata-kata dalam bahasa lidah dan memuliakan Allah seperti yang mereka alami sendiri pada waktu Pentakosta di Yerusalem. Berkata-kata dalam bahasa lidah dan memuliakan Allah merupakan tanda bahwa orang bukan Yahudi diterima sebagai  anggota tubuh Kristus. Tanda-tanda kehadiran Roh Kudus itu menjadi sebuah pembenaran final dan tidak terbentahkan bahwa orang bukan Yahudi diterima ke dalam komunitas kristiani.

RELEVANSI UNTUK ZAMAN SEKARANG

Dalam peristiwa yang terjadi di Yerusalem merupakan suatu pencerahan bagi kita untuk melihat kesetiaan iman kita di zaman sekarang ini. "Jangan tinggalkan Yerusalem". Ungkapan ini merupakan suatu nasehat dan perintah dari Yesus kepada kita agar kita tetap setia dan taat pada apa yang dihekendaki oleh Allah. Di Yerusalem akan terjadi peristiwa yang besar dan tak berkesudahan, yaitu penderitaan, wafat, dan kebangkitan serta kenaikan. Dalam peristiwa ini mengajak kita sebagai umat beriman untuk memahami dan menghayati akan misteri Allah dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam khotbahnya, Petrus memulai sebuah deklarasi:"Sesungguhnya aku telah mengerti bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya (ay. 34-35). Ungkapan ini  merupakan sebuah penglihatan yang telah memberi pencerahan bagi Petrus untuk menghayati bahwa keselamatan bukan hanya milik orang Yahudi saja. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya mengingatkan kita bahwa kita adalah orang yang lemah dan orang yang berdosa. 

Tuhan Yesus mengasihi kita tanpa membedakan satu sama lain. Kebangkitan-Nya menjadikan kita semua bersaudara. Kita semua berasal dari latar belakang yang berbeda, sifat dan karakter yang berbeda, pendidikan yang berbeda, hobby kesukaan yang berbeda, warna kulit yang berbeda, sosial ekonomi yang berbeda, suku atau budaya yang berbeda. 

Namun ada satu yang sama, yaitu kita mempunyai Tuhan yang satu, yaitu Yesus Kristus yang telah menebus dan menyelamatkan kita dari berdosa. Kebangkitan-Nya menjadikan kita bersaudara, mempersatukan kita untuk melaksanakan tugas pengutusan, yaitu memberitakan dan bersaksi bahwa Yesus adalah hakim atas orang hidup dan orang mati (Kis 10:42-43).

Dalam penjelasan Petrus kepada Kornelius, Petrus menjelaskan bahwa mereka adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuat-Nya ditanah Yudea maupun di Yerusalem. Petrus menerima Kornelius sebagai sesamanya, sehingga tembok pemisah antara orang Yahudi dan bukan orang Yahudi telah dirubuhkan. Tuhan memerintahkan supaya kita saling mengasihi satu sama lain tanpa terkecuali. Sesama kita bukan hanya orang yang seagama atau sesuku dengan kita, melainkan siapa pun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun