Karena itu, kita harus belajar dari dan menggali makna dari kisah Kornelius ini. Setelah Petrus menerima Kornelius, Petrus tetap bersaksi tentang Yesus Kristus, Petrus menjelaskan siapa Yesus Kristus yang telah mereka salibkan hingga mati namun pada hari ketiga Ia bangkit dan telah menampakkan diri. Yesus juga memberi perintah agar Para Rasul akan menjadi saksi-Nya, mereka akan menerima Roh Kudus untuk menjadi saksi-Nya, "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi'(Kis 1:8).
Seorang saksi yang baik senantiasa mengatakan atau mengungkapkan kebenaran-kebenaran yang dilihat atau dialaminya sendiri apa adanya tanpa ditambahi atau dikurangi. Kehadiran Yesus di dunia ini untuk menyampaikan perihal kesaksian, tetapi bukan kesaksian manusia, melainkan perbuatan-perbuatan sebagai pelaksanaan kehendak Allah Bapa yang mengutusNya. Yesus tidak membutuhkan kesaksian dan pembenaran dari pihak manusia.Â
Kesaksian yang paling penting adalah karya Yesus. Apa yang dikerjakan oleh Yesus sudah memberikan suatu kesaksian bahwa Dia adalah utusan Bapa, saksi Allah yang sejati. Ia menghadirkan belas kasih, kemurahan, dan kebaikan Allah Bapa kepada umat manusia. Kehadiran Yesus di dunia sungguh-sungguh mau menampilkan rencana dan pekerjaan Allah. Untuk mewujudkannya, Yesus melakukan karya dan pekerjaan yang begitu hebat.Â
Akan tetapi, hal-hal tersebut tidak gampang diterima oleh banyak orang, karena ketertutupan dan kedegilan hati mereka. Banyak orang masih menuntut bukti-bukti atau saksi-saksi yang nyata, padahal Yesus sendiri sudah menunjukkannya dengan sangat nyata. Sebagai orang beriman, terutama yang beriman kepada Yesus Kristus, kita semua dipanggil untuk menjadi saksi, lebih-lebih melalui perbuatan atau perilaku bukan perkataan atau omongan. Kesaksian merupakan cara utama dan pertama dalam melaksanakan tugas pengutusan, yang tak tergantikan dengan atau oleh cara lain apapun.
Dalama peristiwa di Yerusalem mengajak kita untuk melihat diri kita, sejauh mana kita telah menjadi saksi iman dalam hidup sehari-hari, dalam aneka kesibukan dan pelayanan kita?, dan apakah cara hidup dan cara bertindak kita sesuai dengan kehendak Tuhan?. Menjadi saksi Kristus tentu kita harus menampilkan atau menghadirkan diri kita sebaik mungkin, sehingga memikat, mempesona dan menarik siapapun yang melihat cara hidup dan cara bertindak kita.Â
Dan tentu saja penampilan diri tersebut perlu kesucian hati, jiwa dan akal budi serta tubuh, sehingga penampilan kita bukan sandiwara atau penipuan belaka. Maka, marilah kita menjadi Saksi Kristus yang menghadirkan kemurahan, kebaikan dan belaskasih Tuhan dalam keluarga, lingkungan kerja, komunitas dan ditengah-tengah masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI