Angin yang bertiup membawa beberapa daun beterbangan ke sana kemari sebelum jatuh ke tanah. Beberapa kenangan kembali ke ingatan mereka.
      "Kok gak ikut ke sana Kapten Sudirman?"
      "Bersama Sultan dan para pembesar itu maksudmu Di?" Sudirman bersandar di bawah pohon yang teduh.
      "K..kan Anda sudah menjadi eska.. eh apa eskade..."
      "Eskader Penjaring Lem.. Santai saja, itu yang berlayar paling belakang dan tugasnya paling akhir kok,"
"ketika berperang kita yang menyerang paling akhir, mengambil para tawanan, menyelamatkan kawan yang terluka serta menyelesaikan apa yang tercecer," terangnya.
      "Tapi tentu itu tidak menyurutkan semangatku untuk ikut berperang, apalagi bersama Raden Diponegoro. Beliau selalu membawa yang terbaik," ia tersenyum sambil memandang ke arah depan. Tiupan angin yang sepoi menyamarkan suara-suara di sekitar.
      "Bukankah kapal terbaik itu ada di paling depan dan paling belakang kapten?" Dalem bertanya tiba-tiba.
      "Hehehe... bisa saja kau Lem" jawab Sudirman santai.
      "Sayang, kalian tidak bisa ikut," tengoknya ke arah Abdi dan Dalem.
      "I..itu karena..."