"IYA, SEMUANYA! Kembali ke sini kalau sudah, suruh yang lain membantu mengumpulkan!" ujarnya tegas.
      "PANGLIMA! PANGLIMA! GAWAT!" suara prajurit dari atas kini terdengar lagi,
"ADA KEMBANG API BESAR, EH, MAKSUD SAYA MELUNCUR KEMARI!"
"TERBANG! TERBANG KEMARI!"
      Agak kaget namun tak dapat memahami apa yang dikatakan prajurit di atas, ia pun menaiki tangga kembali menuju lampu sorot.
      "Apa maksudmu tadi!?"
      "Eh, I.. Itu..." tangannya menunjuk ke arah benda yang kini telah dekat dengan mercusuar. Awalnya benda ini memiliki ekor yang menyala seperti kembang api ketika dihidupkan, tetapi kemudian mati di atas. Anehnya benda ini kemudian terlihat semakin jelas dan seperti terbang mengarah persis ke mercusuar. Barulah setelah beberapa lama, muncul sebuah siluet yang diterangi sinar lampu mercusuar, awalnya kecil namun kemudian membesar. Malamo yang cukup tenang mengambil teropongnya kembali dan melihat ke arah siluet.
      "Itu manusia!" dilihatnya dari teropong sesosok manusia berbadan kurus memegang dua buah tali, di atas tali tersebut adalah parasut paralayang. Mulut sang panglima terbuka, ia tak percaya, apalagi setelah melihat bendera yang berkibar digigit pengemudinya.
      "Pembawa Pesan! Itu lambang Mataram-Parahiyangan!" teriak prajurit di sebelahnya.
      Sosok itu semakin mendekat dan terbang di atas mereka sebelum berbelok ke pantai sebelah selatan.
      "API MERAH! API MERAH! SIAPKAN ANDANG API! ANDANG API! KE ARAH SELATAN!"