"PERGI! PERGI!" kali ini dari belakang Abdi melesat benda yang dilempar Dalem mengenai pintu kamar kecil.
      BAAK!
      Kedua penyerang bergegas meninggalkan kamar mandi dengan berjalan cepat sepanjang lorong. Abdi terpaku melihat kedua penyerangnya berjalan menjauh, matanya terasa berat.
      "Di.. itu obat tidur.. Dia pakai obat tidur di senjatanya..." ujar Dalem sambil menyipit melihat paha kiri Abdi yang sedikit terluka. Abdi yang sudah tak tahan dengan serangan kantuk masih bisa memahami kata-kata Dalem, meskipun ia mendengarnya seperti dari jauh sekali.
      Abdi pun meraih gagang pintu kamar mandi, dilihatnya di ujung kedua penyerang naik ke arah tangga. Didorongnya pintu kamar mandi sehingga menutup dan dengan sedikit dorongan ia memutar kuncinya. Matanya sekarang terkunci pada Dalem yang masih berdiri kokoh dengan mata mengantuk, ia pun kemudian perlahan merosot ke bawah dan tiba-tiba kegelapan menyelimutinya.
                                    ~
      Abdi merasa dirinya berada di atas kapal yang bergoncang karena badai, entah mengapa perasaan yang serupa muncul namun begitu kecil, yakni ketika ia menaiki dokar sambil tiduran. Terombang-ambing ombak kesana kemari, dilihatnya orang-orang yang memakai pakaian sama, seragam khas pelayan kraton Mataram. Lalu pemandangan pun berganti, ia seperti berada di depan karang dan wilayah sekitarnya adalah dataran rumput yang luas. Dilihatnya diantara cahaya benderang dari balik karang muncul sosok-sosok yang tidak dikenal, obrolan mereka seakan-akan terdengar dekat sekali di telinganya. Diantara suara itu ada dua yang dikenalnya, dua-duanya seperti guru dan sahabat yang berasal dari negeri yang jauh. Ia pun berputar diantara sosok-sosok itu dan pemandanganpun berganti menjadi gelap gulita namun terasa begitu nyaman dan aman. Ia pun menyatu dengan kegelapan cukup lama hingga terdengar olehnya beberapa ketukan dari pintu yang terasa dekat, terdengar lagi suara pintu itu ditutup, matanya pun terbuka, ia terbangun.
      Gelap di depan, pandangannya kemudian beralih ke arah langit-langit ruangan yang cukup sempit. Tak berpikir lama ia pun menoleh ke kiri, jendela pintu tepat berada di sana namun pemandangan di luar tertutup oleh gorden. Ia seperti mengingat sesuatu yang penting, yang ketika ia berbalik memandang ke arah kanan langsung diingatnya. Dalem di sana, tertidur dengan nyenyak. Baru akan turun membangunkan Dalem, tiba-tiba kepalanya terasa sakit dan berdenyut-denyut di bagian kedua pelipisnya. Tak kuat, Abdi hanya memegangi kepala dengan kedua tangan dan kembali berbaring. Sejenak ia menenangkan diri dan mengingat semua yang terjadi. Keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara burung-burung di luar gedung.
      "Pak Affar..." ucapnya beberapa saat kemudian. Ia kembali bangkit untuk mengecek apakah ada ranjang lain di sebelah Dalem. Memang ada, tetapi kosong.
      "Mudah-mudahan dia tidak apa-apa..." Pandangannya teralihkan ke arah sebuah benda dekat pintu, yang setelah dilihatnya beberapa saat mengingatkannya kembali akan kejadian yang membuatnya pingsan.
      Beberapa bayangan sabetan payung terlintas dengan cepat di pikiran Abdi digantikan oleh pemandangan terakhir sebelum ia terlelap. Sosok mirip setengah raksasa berdiri kokoh melindungi Pak Affar yang sudah terkapar. Dilihatnya di sebelah kanan sobatnya yang cukup gembul dan besar itu ternyata sangat kuat.