Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 19, Malaka) - Konferensi Sejarah dan Masa Depan Uang

1 April 2024   11:10 Diperbarui: 1 April 2024   11:32 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: editan penulis sendiri dari bahan di freepik.com

            "Alhamdulillah Lem, bisa pusing kalau di bawah. Untung kita diajak Pak Affar.. eh! Iya! Tadi lupa pamit ke beliau kalau kita duduk disini!"

            "Eh, iya! Gimana sih Di, kok kamu lupa!" Dalem melongok ke arah ujung, sudah penuh ternyata, akan susah mencari Pak Affar.

            "Ya sudah nanti kita cari beliau setelah selesai Lem.. sudah gak banyak yang wira-wiri soalnya..." Abdi kembali fokus ke penerjemah di depan yang masih membacakan jadwal ceramah hari ini melalui pengeras suara mininya.

            Ternyata bahasa Arab juga digunakan oleh salah satu penceramah. Dengan total lima penceramah yang akan mengisi, Abdi dan Dalem tidak yakin akan bisa mengikuti seluruhnya. Tak lama setelah penerjemah membacakan jadwal, penceramah pertama ternyata telah siap dan hadir di lantai satu. Suaranya terdengar melalui pengeras suara yang memenuhi gedung, namun demikian suara sang penerjemah tetap bisa dibedakan dan terdengar cukup jelas di deretan Abdi dan Dalem duduk.

            "Sebelum saya menerjemahkan apa yang akan dikatakan oleh pembicara pertama, saya akan terlebih dahulu membacakan biodatanya. Beliau adalah salah satu sheik yang sangat terkenal, lahir di wilayah yang dulunya dikenal sebagai Trinidad & Tobago namun sekarang..."

            "Eh, kok beda sama yang dibicarakan oleh pembicara di bawah?" Dalem terlihat tak fokus dan bertanya ke Abdi.

            "Kan penerjemahnya baru ngenalin siapa yang ngomong Lem! Lagian baru salam dan sholawat kok itu," jawab Abdi segera.

            "Makanya..." sebelum Dalem sempat berkata apa-apa lagi beberapa mata sudah menatap ke arah mereka dengan telunjuk menutup ujung mulutnya. Orang berpakaian songket khas selatan dengan jarak satu kursi dari Abdi menoleh ke belakang, Abdi pun pura-pura fokus ke depan sambil menginjak sedikit kaki Dalem yang agak melenguh karena kesakitan.

            "..Sheik Nazar Imran. Karya tulisnya banyak yang menjadi perhatian bagi dunia islam, kali ini beliau akan memberikan ceramah kepada kita semua yang hadir di Gedung Sejarah Malaka ini mengenai 'PERJALANAN SEJARAH MATA UANG'."

            "The monetary system that running all over the world before..." suara sang penceramah terdengar di seluruh gedung, namun kalah dengan suara penerjemah yang lebih dekat dengan Abdi dan Dalem.

            "Sistem Ekonomi yang diberlakukan di seluruh dunia sebelum..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun