Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 19, Malaka) - Konferensi Sejarah dan Masa Depan Uang

1 April 2024   11:10 Diperbarui: 1 April 2024   11:32 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: editan penulis sendiri dari bahan di freepik.com

            Barulah setelah beberapa langkah menuju deretan selanjutnya ia sejenak terpaku kembali pada meja di depan. Tulisan "GOWA" tampak jelas dan sudah ada beberapa orang yang menempati kursi terdepan. Ia tidak langsung melanjutkan langkah, namun melihat ke sekeliling, sama seperti Abdi. Dengan rasa penasaran yang semakin besar Dalem kembali melihat ke deretan sebelahnya, dan benar saja pandangannya kembali terpancang ke depan, kali ini agak lama karena ia melihat ke arah orang-orang yang berpakaian sangat khas, sebelum matanya beralih ke tulisan di meja terdepan yang bertuliskan "SAMUDERA".

            "Songket..." gumam Dalem yang sekarang menyadari kenapa Abdi tidak berhenti dan duduk di deretan keempat dari kiri.

            "Ayo Lem sini, masih ada satu lagi!" ucapan Abdi terdengar oleh Dalem yang segera melangkah ke deretan terakhir di sebelah kiri.

            "PALEMBANG DARUSSALAM..." ucap Abdi dan Dalem berbarengan sembari melihat ke ujung depan. Rasa penasaran berubah menjadi kekagetan, tak disangka beberapa kerajaan yang sudah mereka kenali ada di gedung pertemuan ini.

            "Kita duduk di sini saja yuk Lem.. Paling juga di deretan Mataram tidak ada yang kita kenal."

            "Iya Di.. pasti senior semua yang diundang ke sini.. atau paling tidak sekelas patih..." mata Dalem melihat orang-orang memakai baju kurung duduk di kursi-kursi bagian belakang di hampir semua deretan yang ada di lantai dua ini.

            "Aman kok Lem.. yuk duduk," keduanya pun memutuskan untuk duduk di kursi paling belakang deretan ujung sebelah kiri.

            Seperempat jam berlalu, di tengah depan empat deretan meja paling kiri duduk seseorang yang kelihatan seperti berasal dari Samudera atau Palembang Darussalam. Ia membawa pengeras suara kecil yang cukup untuk didengar hingga ujung belakang. Di deretan sebelah kanan pun demikian, namun sepertinya yang duduk adalah orang Malaka asli. Abdi dan Dalem pindah agak ke depan, terpisah satu kursi dari orang berpakaian songket khas selatan. Pada meja orang yang duduk di depan ada label tulisan di atasnya, "PENERJEMAH".

            "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," orang di depan deretan sebelah kiri berbicara, begitupula di deretan sebelah kanan.

            "Bismillahirrahmanirrahim perkenalkan Bapak.. Ibu.. Nama saya Indra, saya bertugas untuk menerjemahkan apa yang nanti akan disampaikan oleh para pembicara yang akan berceramah di sini. Sebelumnya saya akan membacakan terlebih dahulu jadwal pembicara..."

            "Wah, kalau di bawah gak dapat penerjemah Di, harus bisa bahasa asing," ucap Dalem berbisik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun