"Wah, aku kaget Lem ternyata kamu teliti juga ya membaca catatan kita. Memang dari Imam Hasan hanya sekilas membahas mengenai Hukum Ta'zir. Seingatku cuma pengertiannya saja yang beliau sampaikan kalau tidak salah. Contohnya belum disebutkan sama beliau Lem," jawab Abdi segera.
      "Kebanyakan kejahatan kriminal bisa dihukum dengan Hudud dan Qhisas, karena memang pencurian dan kedzaliman terhadap manusia, dua jenis kejahatan ini yang paling tinggi tingkat kejadiannya di masyarakat" ucap kapten kapal ikut ke dalam diskusi mereka.
      Di depannya, di atas meja, tampak papan bertuliskan 'KAPTEN KAPAL PINISI MATARAM -- SUDIRMAN'.
      "Hmm, betul juga sih Kapten Sudirman, pemukulan dan penganiayaan dihukum dengan Qhisash dan kasus-kasus penipuan ujung-ujungnya sama dengan pencurian," komentar Dalem.
      "Dihukum dengan Hudud, potong tangan," Abdi menambahkan.
      "Satu lagi yang umum terjadi adalah perzinahan, dihukum dengan hudud cambuk dan rajam. Namun sekarang sudah jauh berkurang karena para pelakunya berpikir hingga seribu kali sebelum melakukan. Resiko hukumannya lebih berat ketimbang kenikmatan sebentar yang didapat," lanjut Kapten Sudirman.
      "Hukum Ta'zir beberapa kali pernah saya lihat ketika singgah, seperti yang terjadi di Kerajaan Nusa," Dalem segera menyimak sementara Abdi menyiapkan pena untuk kembali menulis di catatan.
      "Waktu itu pelaksanaan Hukum Ta'zir terjadi di Masjid perbukitan diantara pelabuhan dan pusat kerajaan yang berada di atas gunung. Di sana banyak sekali penggembala dikarenakan padang rumput yang luas tidak susah didapat. Sehingga setiap kali menuju pusat kerajaan dari pelabuhan, di perjalanan tidaklah aneh bila kita sering menemui kambing dan sapi yang kebetulan lewat. Nah biasanya kambing dan sapi yang lewat ini ditemani penggembala namun kadang juga ada yang terlihat tanpa penggembalanya."
      "Beberapa kambing kadang tertukar hingga saat panen tiba, bahkan sampai memiliki anak-anak kambing dan baru diketahui para pemiliknya ketika akan dijual."
      "Selain peternakan, perkebunan di Kerajaan Nusa cukup bagus, hasil buminya beranekaragam seperti kopi, jambu mete, cengkeh, kakao, vanili, lada, aren, pinang, kapas, wijen dan jarak."
      "Nah, waktu itu ada kejadian sekumpulan yang kambing dibiarkan mencari makan sendiri di padang rumput tiba-tiba berubah haluan menuju ke area perkebunan milik warga kampung tetangga. Hampir seluruh tanaman di situ habis dimakan oleh hewan ternak yang tidak dijaga penggembala itu, padahal tanaman yang ditanaman adalah tanaman musiman yang menghasilkan setiap setahun sekali saja."