"Sultan wajib menjalankan Hukum Allah di negeri ini, apa pun resikonya. Ia harus tunduk kepada kehendak Zat Yang Maha Tinggi. Keberaniannya adalah bersama Allah dan ketakutannya hanya kepada Allah."
      "Hukum Qishas adalah salah satu hukum yang wajib dijalankan seorang muslim apalagi berkenaan dengan pembunuhan. Fitrah manusia jika ia didzalimi adalah membalas serupa dengan kedzaliman yang dilakukan kepadanya. Agama ini, menjamin itu!" sejenak suasana hening.
      "Kehilangan mata dibalas mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, luka dengan luka yang serupa, dan kehilangan jiwa harus dibalas dengan jiwa pula."
      "Tidak peduli apakah dia rakyat biasa, pedagang, ulama, atau bahkan sultan sekalipun. Kedzaliman harus dilawan dengan keadilan."
      "Sehari yang lalu pilihan diyat telah ditolak oleh keluarga orang yang didzalimi, tidak ada pilihan lain bagi seorang muslim jika Allah telah menetapkan sesuatu atasnya, maka ia harus mengikutiNya!"
      Terlihat seluruh pandangan fokus ke depan sekarang, hanya dua orang yang terlihat sangat sibuk.
      "Sebaik-baik sultan ialah dia yang menjadikan Allah sebagai Raja dari segala Raja. Allah, Rajanya manusia."
      "Sejarah negeri ini tidak dibuat oleh satu golongan bangsa saja. Ketika awalnya para pendahulu kita datang, mereka berasal dari Tiongkok, Jawa, Arab, dan beberapa suku dari timur nusantara. Mereka berkumpul dan dengan ikhtiarnya mendirikan sistem yang masih kita hormati hingga sekarang, meskipun sempat hilang di masa itu."
      Ustad Murhum melanjutkan kuliahnya mengenai sejarah Buton dan terlihat di depan Abdi mencatat di bukunya sembari diawasi Dalem yang kadang ikut berkomentar bila ia salah menuliskan kata.
      "Islam tidak pernah tunduk bahkan kepada penjajah sekalipun, hanya saja kadang kita lupa sebagai generasi masa sekarang tentang betapa mulianya hidup dengan Islam berabad-abad silam."
      "Saya berpesan sekaligus mengingatkan bahwa kita memiliki falsafah dalam sistem pertahanan rakyat semesta negeri Buton."