Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 6, Buton) - Ustad Murhum

18 Maret 2024   13:00 Diperbarui: 18 Maret 2024   13:02 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: editan penulis sendiri dari bahan di freepik.com

            Ustad Murhum melihat ke arah depan dibalik pepohonan yang mulai berkurang, menyibak pemandangan yang cukup indah jika dilihat dari tempatnya berada. Terlihat rumah-rumah tertata rapi di sepanjang sisi jalan yang akan mereka lalui. Mereka dapat melihat dengan jelas tata Kota Buton yang rapi, beberapa atap rumah tampak dicat dengan warna biru dan hijau menambah bagusnya pemandangan kota di depan, warna yang dominan tentu saja hitam dan cokelat. Rumah di Buton ternyata memiliki beberapa atap khas yang membuatnya terlihat cukup unik. Hal mencolok terlihat membedakan rumah satu dengan yang lain yakni jumlah tingkatnya, beberapa rumah terlihat dua atau tiga tingkat lebih tinggi. Sepanjang mata memandang hanya terlihat perumahan, dibaliknya barulah terdapat kebun dan tanah lapang. Masjid Agung terlihat kecil di tengah kota, Abdi dan Dalem merasa agak janggal.

            "Maaf ustad, kok kami tidak melihat keraton ya, apa ada di belakang kota Buton letaknya?"

            "Hmm, apakah kalian tidak tahu?" tanya Ustad Murhum.

            "Eee, tidak ustad, kami belum pernah mendapat cerita tentang Kota Buton," Abdi menambahkan.

            "Kami tidak memiliki Keraton maupun Istana Kerajaan," lanjutnya sementara Abdi dan Dalem tampak keheranan.

            "Lho terus.. bagaimana.. rajanya..." Dalem belum sempat menyelesaikan pertanyaan, Ustad Murhum sudah langsung melanjutkan.

            "Itulah tradisi yang kami jaga semenjak dahulu. Raja berada di tengah-tengah masyarakatnya dan tidak pindah dari tempat di mana dia tinggal sebelum menjadi raja."

            "Biasanya adanya keraton selain ditujukan sebagai tempat tinggal utama raja juga dimaksudkan untuk menjaga raja di tempat khusus bila ada serangan dari luar. Nah, berapa banyak kalian melihat petugas kerajaan di sini?"

            "Emm, di pelabuhan banyak sih..." Abdi menjawab.

            "Mereka hanyalah masyarakat Buton yang ditugaskan di pelabuhan, tidak ada tentara secara umum. Bahkan para santri pun dapat menggantikan tugas penjaga dalam menjaga keamanan Kota Buton."

            "Hal ini dikarenakan setiap warga Buton harus mengikuti wajib militer terutama bagi laki-laki selama dua tahun pada saat mereka berusia antara delapan belas hingga dua puluh lima tahun. Sehingga siapa saja dapat dengan segera mempertahankan keamanan Buton dari serangan serta siap jika ditugaskan untuk berperang," sejenak suasana hening dan hanya terdengar suara hentakan kaki kuda dan putaran roda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun