"Nama lengkap saya Tuarade, santri Madrasah Dayanu Tingkat sepuluh. Saya asli kelahiran Buton, namun pernah tinggal di Jawa. Saya sering kemari karena mendapatkan tugas untuk mendidik penduduk sekitar mengenai agama, biasanya kami yang telah menjalani tahun ketiga di tingkat sepuluh harus bisa mengajarkan ilmu yang kami miliki kepada penduduk sekitar," jelasnya.
      "Wah, hebat juga ya santri Madrasah Dayanu bisa mengajar penduduk di sini," ucap Dalem.
      "Ah, itu hal yang lumrah kok bagi kami. Alhamdulillah saya ditugaskan di sekitar Pasar Wolio. Ada yang ditugaskan ke arah pegunungan atau bahkan ke pulau sebelah utara menggunakan kapal," lanjutnya.
      "Itu semua kami kerjakan ikhlas Lillahita'ala dan memang termasuk salah satu tugas kami sebagai santri mengajarkan apa yang kami peroleh dari Madrasah kepada masyarakat."
      "Masyaallah.. Beruntung sekali kita bisa bertemu Mas Rade di sini... Oh iya berapa lama ke arah Madarasah Mas Rade?" tanya Dalem.
      "Hmm, jika ditempuh berjalan kaki sekitar tiga jam lebih karena berada agak naik di dataran tinggi, berdekatan dengan pusat Kesultanan Buton."
      "Oh iya, rencananya saya akan menuju ke sana setelah ini sehingga pas waktu Zuhur bisa sampai di sana..."
      "Wah, kebetulan sekali Mas. Kami ikut Mas Rade kalau begitu, ah, kalau diizinkan tentunya," Abdi menambahkan sambil tersenyum.
      "Tentu saja boleh Mas Abdi dan Mas Dalem.. Oh iya kalian sudah membawa bekal sendiri kan? Saya kebetulan tidak membawa cukup uang untuk bertiga."
      "Jangan khawatir masalah itu Mas Rade, kami diberi bekal yang cukup dari Rad..."
      "Hush!" Dalem menyikut Abdi segera.