Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kontroversi Peristiwa 11 September 2001: Titik Tolak Invasi Amerika ke Timur Tengah?

11 September 2023   11:05 Diperbarui: 11 September 2023   12:59 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teori ini, meskipun kontroversial, menimbulkan keraguan yang tak terelakkan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada 9/11. Ini adalah satu lagi lapisan misteri dalam kisah yang telah mencengkeram imajinasi kita selama bertahun-tahun.

Menurut survei majalah AS Live Science, sekitar 53 persen orang Amerika percaya bahwa pemerintah AS menyembunyikan informasi penting tentang serangan 9/11.

Semua ini adalah elemen-elemen yang membuat serangan 9/11 tetap dipenuhi dengan misteri. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya mengejutkan, tetapi juga mengundang teori-teori konspirasi yang belum terpecahkan. Mungkin ada lebih banyak lagi yang tersembunyi di balik tragedi ini daripada yang kita tahu.

Korban Akibat Propaganda Teroris

Sejak tragedi runtuhnya dua Menara Kembar pada 11 September 2001, invasi Amerika Serikat ke Irak dan Afghanistan telah menjadi topik yang penuh kontroversi. Sejumlah kejanggalan dan pertanyaan yang belum terjawab telah memunculkan dugaan bahwa peristiwa 9/11 mungkin merupakan "false flag," operasi bendera palsu, yang dimaksudkan untuk melegitimasi tindakan yang akan datang, yaitu campur tangan politik di Timur Tengah atas nama demokrasi dan perang melawan terorisme. Sejak saat itu pula seluruh media Amerika menggaungkan satu kata yang telah diinfiltrasi kepentingan tertentu sehingga menjadi momok yang kadang terasa membabi buta, bahkan bagi mereka yang hanya sekedar mengikuti sebuah Agama bernama Islam.

Menurut data dari Iraq Body Count (IBC), jumlah korban jiwa sipil akibat invasi Irak berkisar antara 97.461 hingga 106.348 hingga Juli 2010. Perbedaan dalam angka ini disebabkan oleh variasi dalam laporan-laporan tentang jumlah kematian akibat kekerasan dan apakah mereka adalah warga sipil atau pejuang bersenjata.

Selain itu, menurut laporan Survei Kesehatan Keluarga Irak yang didukung oleh PBB, diperkirakan ada sekitar 152.000 korban jiwa akibat kekerasan antara Maret 2003 dan Juni 2006. Angka ini mencakup pejuang Irak dan warga sipil yang tak berdosa.

Di Afghanistan, menurut laporan dari BBC, lebih dari 2.300 anggota militer AS telah tewas dan lebih dari 20.000 lainnya mengalami luka-luka. Angka tersebut juga mencakup lebih dari 450 personel militer Inggris dan ratusan lainnya dari negara-negara lain yang terlibat dalam konflik tersebut.

Namun, yang paling menderita adalah warga Afghanistan sendiri. Menurut penelitian, lebih dari 60.000 personel pasukan keamanan setempat telah tewas dalam konflik ini. Selain itu, hampir 111.000 warga sipil terluka atau tewas sejak PBB mulai mencatat jumlah korban di pihak sipil secara sistematis pada tahun 2009.

Angka-angka ini hanyalah gambaran kasar dari penderitaan yang sebenarnya. Dampak perang ini tak hanya terbatas pada korban jiwa, tetapi juga merusak infrastruktur yang penting dan, yang tidak kalah pentingnya, menghancurkan ideologi.

Sumber: berbagai sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun