Meskipun angka ini 13% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022, kita tidak boleh meremehkan situasi ini. Seiring dengan pengaruh El-Nino yang diperkirakan akan meningkat, potensi kebakaran hutan dan lahan masih sangat mungkin tumbuh.
Kondisi saat ini di Indonesia sangat kering, terutama karena puncak musim kemarau yang bersamaan dengan fenomena El-Nino moderat dari sebelah timur dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif di sebelah barat. Ini adalah kombinasi yang berpotensi memicu peningkatan kebakaran hutan dan lahan yang merugikan.
Faktor lain yang memperburuk situasi adalah minimnya curah hujan. Dengan hujan yang jarang turun, kebakaran dapat dengan mudah merambat dan berkembang pesat.Â
Oleh karena itu, seluruh pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan perusahaan, harus tetap waspada dan proaktif dalam menghadapi potensi bahaya ini.
Dampaknya Terhadap Kualitas Udara
Kualitas udara yang buruk telah menjadi masalah serius di beberapa wilayah Indonesia, terutama di Kalimantan Barat, yang saat ini menjadi pusat sorotan.Â
Musim kemarau yang panjang dan kebakaran hutan dan lahan yang terus berkembang telah menghasilkan kondisi kualitas udara yang semakin memburuk, dengan dampak serius terhadap kesehatan dan kualitas hidup warga.
Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa Kalimantan Barat adalah salah satu wilayah yang paling terkena dampak.Â
Wilayah ini memiliki jumlah hotspot terbanyak, dengan 247 titik panas terdeteksi dalam 10 hari terakhir. Konsentrasi partikel PM 2,5, yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, telah mencapai tingkat yang sangat tinggi.Â
Puncaknya adalah pada tanggal 17 Agustus 2023, di mana konsentrasi PM 2,5 mencapai 520 mikrogram per meter kubik, masuk ke dalam kategori berbahaya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya