Dalam era modern ini, perdebatan seputar praktik surogasi masih terus memanaskan diskusi di seluruh dunia. Surrogate mother, atau ibu pengganti, adalah seorang wanita yang membawa dan melahirkan anak bagi pasangan lain yang tidak dapat memiliki anak secara alami. Praktik ini mengundang banyak pertanyaan etis, sosial, dan legalitas yang kompleks. Artikel ini akan mengeksplorasi fenomena surrogate mother dari berbagai sudut pandang, membahas perdebatan seputar kegiatan ini, serta implikasi dan tantangan yang melibatkan keajaiban kehidupan manusia.
Surrogate Mother sebagai Pilihan bagi Pasangan yang Tidak Dapat Memiliki Anak
Bagi pasangan yang tidak dapat memiliki anak secara alami, ibu pengganti sering kali dianggap sebagai harapan terakhir untuk mewujudkan impian mereka memiliki keturunan. Beberapa pasangan menghadapi tantangan kesuburan yang serius, sedangkan yang lain menghadapi risiko medis yang melarang mereka untuk hamil. Dalam beberapa kasus yang kontroversial, ibu pengganti bahkan menjadi solusi untuk pasangan homoseksual yang ingin membentuk keluarga.
Praktik surrogasi membuka pintu bagi kebahagiaan dan keajaiban kehidupan manusia. Melalui hubungan erat antara calon orangtua dan ubu pengganti, ikatan emosional dan saling percaya dibangun. Dalam banyak kasus, ibu pengganti memiliki motivasi hanya karena imbalannya.
Industri surrogasi komersial menjadi topik yang kontroversial dan menarik perhatian di seluruh dunia. Data dari konsultan riset pasar Global menyatakan bahwa pada tahun 2022, industri surrogasi komersial global diperkirakan bernilai sekitar $14 miliar, meskipun angka yang pasti sulit untuk diverifikasi mengingat sifat privasi banyak perjanjian yang terjadi. Namun, hingga tahun 2032, perkiraan nilai industri ini diperkirakan akan meningkat menjadi $129 miliar, seiring dengan peningkatan masalah infertilitas dan meningkatnya permintaan dari pasangan sesama jenis dan individu lajang yang mencari cara untuk memiliki bayi.
Permintaan ini didorong terutama oleh calon orangtua di negara-negara kaya di Barat. Banyak dari mereka mencari layanan surrogasi lintas batas untuk menghindari daftar tunggu yang panjang atau biaya yang lebih tinggi di negara asal mereka, atau karena hukum domestik melarang surrogasi atau mengesampingkan kelompok-kelompok tertentu, seperti pasangan gay, dari praktik ini. Akhir dari larangan perjalanan Covid-19 juga menyebabkan peningkatan permintaan surrogasi global tahun lalu.
Perkembangan Pasar Surrogasi dan Perubahan Geografis
Mengutip dari kanal berita CNBC, Ukraina menjadi pasar surrogasi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, menarik minat calon orangtua dari luar negeri dengan biaya yang lebih rendah dan kerangka regulasi yang menguntungkan. Yang menjadi faktor penting adalah Ukraina mencantumkan calon orangtua yang dimaksud di sertifikat kelahiran bayi, bukan sebagai ibu pengganti.
Namun, situasi berubah seiring dengan invasi penuh skala Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Laporan segera muncul tentang ibu pengganti yang mengungsi ke tempat perlindungan dari serangan bom dan calon orangtua yang mencoba memasuki Ukraina untuk bertemu dengan ibu penggantinya.
Konflik tersebut mendorong industri ini ke negara-negara seperti Georgia yang dekat, di mana peraturannya hampir sama dengan Ukraina. World Center of Baby, yang sudah memiliki operasi di Siprus pada tahun 2022, berencana membuka kantor di Georgia bulan ini. Sementara itu, Meksiko dan beberapa negara di Amerika Latin juga mengalami peningkatan permintaan.
Di Georgia, seperti di Ukraina, program surrogasi komersial memiliki biaya sekitar $40.000-$50.000, sedangkan di Meksiko sekitar $60.000-$70.000. Ini masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata biaya surrogasi di Amerika Serikat yang mencapai $120.000 atau lebih. Hal yang membuat wanita manapun rela menyewakan rahimnya sementara waktu.
Namun, perdebatan etis seputar surrogate mother juga tidak dapat diabaikan.
Kontroversi dan Perdebatan Etis
Surrogate mother telah menjadi topik perdebatan yang sengit dalam masyarakat. Beberapa argumen menentang praktik ini didasarkan pada pandangan etis, religius, dan feminis.
Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi eksploitasi terhadap ibu pengganti. Kritikus menekankan bahwa beberapa ibu pengganti mungkin diperlakukan tidak adil dan dianggap sebagai "alat" untuk memenuhi keinginan pasangan yang tidak dapat memiliki anak. Ada kasus-kasus di mana ibu pengganti diperlakukan dengan tidak layak dan tidak adil, mengakibatkan dampak psikologis yang merugikan bagi mereka.
Selain itu, perdebatan juga mencuat mengenai hak dan kewajiban biologis terhadap anak yang dilahirkan melalui proses surrogasi. Persoalan hukum yang kompleks muncul terkait dengan hak asuh, kepentingan anak, dan status hukum ibu biologis versus ibu yang membawa dan melahirkan anak tersebut.
Dalam konteks ini, diperlukan perlindungan hukum yang jelas dan pemantauan yang ketat untuk memastikan bahwa surrogate mother tidak dieksploitasi, serta kepentingan dan hak semua pihak terjaga dengan baik.
Tantangan dan Implikasi Sosial
Surrogate mother juga memiliki implikasi sosial yang signifikan. Praktik ini menciptakan perubahan paradigma dalam pemahaman tradisional tentang keluarga dan peran ibu.
Dalam beberapa kasus, ibu pengganti dihadapkan pada tantangan emosional yang kompleks. Setelah melahirkan dan memberikan bayi kepada calon orangtua, surrogate mother harus mengatasi perasaan melepaskan ikatan dengan anak yang telah mereka bawa dalam rahim selama sembilan bulan. Proses ini dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional mereka.
Selain itu, masyarakat juga perlu beradaptasi dengan konsep baru tentang keluarga dan pertalian darah. Surogasi menantang pandangan konvensional tentang keturunan dan ikatan biologis. Namun, di tengah perubahan ini, dapat ditemukan juga keajaiban kemanusiaan, dimana cinta dan perhatian sebagai landasan keluarga yang kuat mengatasi batasan-batasan biologis.
Harmonisasi Etika dan Perlindungan
Untuk menjaga keseimbangan antara aspirasi individu dan perspektif sosial, diperlukan pendekatan holistik yang menghormati etika, hukum, dan perlindungan semua pihak yang terlibat dalam proses surogasi.
pendidikan dan kesadaran publik penting untuk menghilangkan stigma dan kesalahpahaman yang mungkin terkait dengan praktek ibu pengganti. Dengan memperkuat pemahaman tentang proses ini, masyarakat dapat mendukung dan menghormati keputusan individu yang memilih ibu pengganti sebagai jalan terakhir untuk mencapai impian mereka.
Nabi Muhammad SAW sendiri telah menyebutkan praktek surogasi ini sebagai tanda-tanda akhir zaman di puncak-puncaknya berdasarkan hadits riwayat Muslim dari Umar bin Khattab RA.
"Lelaki itu berkata lagi, "Beritahukan kepadaku kapan terjadinya Kiamat." Nabi SAW menjawab, "Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya." Dia pun bertanya lagi, "Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!" Nabi menjawab, "Jika budak wanita telah melahirkan tuannya, jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta penggembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi." (HR Muslim).
Ada pertanyaan penting yang sebenarnya harus dijawab, mungkin akan penulis bahas di kesempatan lain, seperti apa yang membuat infertilitas banyak terjadi saat ini? Apakah pengaruh makanan atau gaya hidup?
Nah, kemudian saatnya sekarang untuk pertanyaan serius, surogasi atau poligami?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H