Mohon tunggu...
Rendy ArthaLuvian
Rendy ArthaLuvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG. Anggota FLP (Forum Lingkar Pena). Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.

Pegawai biasa dan pemimpi yang mencurahkan hikmah, ide, serta gagasan ke dalam tulisan karena menulis adalah bagian dari membangun sebuah peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Rekayasa Makanan, Gaya Hidup, dan Diabetes

11 Februari 2023   11:00 Diperbarui: 19 Februari 2023   10:32 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan biaya bibit yang menjadi persoalan, karena bibit GMO (Genetically Modified Organisms) tergolong murah, namun efek samping yang ditimbulkan dari konsumsi jangka panjang terhadap makanan jenis ini yang ditengarai menimbulkan dampak yang membahayakan.

Bahaya pestisida sudah tidak diragukan lagi, beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa para petani yang kerap bersinggungan dengan bahan kimia ini memiliki risiko lebih besar terkena penyakit diabetes mellitus tipe 2 (Saputri, E. G., & al., e, 2018).

Pestisida memiliki efek toksik apabila manusia terpapar baik melalui rute oral, perkutan atau inhalasi. Pestisida yang masuk melalui rute oral akan masuk ke dalam sistem pencernaan dan dimetabolisme menjadi asam asetat oleh mikroba usus. Asam asetat yang dihasilkan akan diserap oleh sel-sel usus dan ditranspor ke hati melalui vena periportal. Asam asetat yang diserap selanjutnya akan diubah melalui proses gluconeogenesis menjadi glukosa.

Paparan pestisida yang terjadi terus menerus menyebabkan jumlah glukosa dalam darah melebihi batas normal dan berakibat pada terjadinya penyakit diabetes melitus (Velmurugan, 2017).

Tidak hanya tumbuhan, buah, sayur mayur, bahkan susu sapi pun tercemar oleh residu antibiotik dan hormon yang digunakan untuk memacu pertumbuhan. Hal yang akhirnya diduga kuat membuat penyakit autoimun semakin marak pada anak-anak kecil dan remaja. Selain tentunya, akibat paparan dari makanan rekayasa genetika yang juga dikhawatirkan menimbulkan dampak alergi.

Sudah terbayangkan bukan bagaimana dampaknya jika makanan rekayasa genetika itu adalah beras serta sayur mayur yang kita makan sehari-hari?

Autoimun sendiri dikaitkan erat dengan diabetes tipe 1, jenis yang paling banyak menyerang anak-anak muda. Bila gaya hidup termasuk makan banyak dan merokok tidak dikurangi, ditambah pula dengan hal-hal tersebut di atas, diproyeksikan akan membuat penderita diabetes di Indonesia mencapai 30 juta orang pada tahun 2030 (sumber: Kemenkes RI).

Produk pertanian organik kembali menjadi idola dalam beberapa tahun terakhir ini. Ada peningkatan kesadaran akan pentingnya makanan organik tanpa banyak dicampuri racun kimiawi. Meskipun literasi yang tersedia hanya dalam bentuk penelitian yang memicu sekedar himbauan oleh mereka yang peduli, hal-hal di atas sangat penting sekali untuk diperhatikan masing-masing individu.

Industri makanan rekayasa genetika dan pestisida tak mungkin bisa dibendung karena nilai bisnisnya yang luar biasa besar. Uang selalu bisa mengalahkan apapun, bahkan jika itu menyangkut kesehatan anak-cucu kita di masa yang akan datang    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun