Bukan biaya bibit yang menjadi persoalan, karena bibit GMO (Genetically Modified Organisms) tergolong murah, namun efek samping yang ditimbulkan dari konsumsi jangka panjang terhadap makanan jenis ini yang ditengarai menimbulkan dampak yang membahayakan.
Bahaya pestisida sudah tidak diragukan lagi, beberapa penelitian sudah membuktikan bahwa para petani yang kerap bersinggungan dengan bahan kimia ini memiliki risiko lebih besar terkena penyakit diabetes mellitus tipe 2 (Saputri, E. G., & al., e, 2018).
Pestisida memiliki efek toksik apabila manusia terpapar baik melalui rute oral, perkutan atau inhalasi. Pestisida yang masuk melalui rute oral akan masuk ke dalam sistem pencernaan dan dimetabolisme menjadi asam asetat oleh mikroba usus. Asam asetat yang dihasilkan akan diserap oleh sel-sel usus dan ditranspor ke hati melalui vena periportal. Asam asetat yang diserap selanjutnya akan diubah melalui proses gluconeogenesis menjadi glukosa.
Paparan pestisida yang terjadi terus menerus menyebabkan jumlah glukosa dalam darah melebihi batas normal dan berakibat pada terjadinya penyakit diabetes melitus (Velmurugan, 2017).
Tidak hanya tumbuhan, buah, sayur mayur, bahkan susu sapi pun tercemar oleh residu antibiotik dan hormon yang digunakan untuk memacu pertumbuhan. Hal yang akhirnya diduga kuat membuat penyakit autoimun semakin marak pada anak-anak kecil dan remaja. Selain tentunya, akibat paparan dari makanan rekayasa genetika yang juga dikhawatirkan menimbulkan dampak alergi.
Sudah terbayangkan bukan bagaimana dampaknya jika makanan rekayasa genetika itu adalah beras serta sayur mayur yang kita makan sehari-hari?
Autoimun sendiri dikaitkan erat dengan diabetes tipe 1, jenis yang paling banyak menyerang anak-anak muda. Bila gaya hidup termasuk makan banyak dan merokok tidak dikurangi, ditambah pula dengan hal-hal tersebut di atas, diproyeksikan akan membuat penderita diabetes di Indonesia mencapai 30 juta orang pada tahun 2030 (sumber: Kemenkes RI).
Produk pertanian organik kembali menjadi idola dalam beberapa tahun terakhir ini. Ada peningkatan kesadaran akan pentingnya makanan organik tanpa banyak dicampuri racun kimiawi. Meskipun literasi yang tersedia hanya dalam bentuk penelitian yang memicu sekedar himbauan oleh mereka yang peduli, hal-hal di atas sangat penting sekali untuk diperhatikan masing-masing individu.
Industri makanan rekayasa genetika dan pestisida tak mungkin bisa dibendung karena nilai bisnisnya yang luar biasa besar. Uang selalu bisa mengalahkan apapun, bahkan jika itu menyangkut kesehatan anak-cucu kita di masa yang akan datang  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H