Mohon tunggu...
Rendra Trisyanto Surya
Rendra Trisyanto Surya Mohon Tunggu... Dosen - I am a Lecturer, IT Auditor and Trainer

(I am a Lecturer of IT Governance and IT Management. And IT AUDITOR and Trainer in CISA, CISM, CGEIT, CRISC, COBIT, ITIL-F, PMP, IT Help Desk, Project Management, Digital Forensic, E-commerce, Digita Marketing, CBAP, and also Applied Researcher) My other activity is a "Citizen Journalist" who likes to write any interest in my around with DIARY approached style. Several items that I was writing in here using different methods for my experimental, such as "freestyle", "feeling on my certain expression," "poetry," "short stories," "prose," "travel writing," and also some about popular science related to my field. I use this weblog (Kompasiana) as my experiment laboratory in writing exercise, Personal Branding and my Personal Diary... So, hopefully..these articles will give you beneficial or inspiration and motivation for other people like my readers...! ... Rendratris2013@Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pasien Jantung Mengunjungi Pasien Kanker ("Selamat Jalan, Aswin....!")

1 Maret 2017   12:23 Diperbarui: 2 Maret 2017   22:00 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Walaupun baru 2 minggu pasca operasi Jantung dan Katup, dok pri

Awal Januari 2017, udara di Jakarta terasa seperti berganti-ganti bak iklim bermusim: kadang hujan dan kadang terasa gerah. Setelah 10 hari berada di ruang opname RS Jantung “Harapan Kita”, akhirnya saya diijinkan oleh dokter untuk pulang.  Pasca operasi Jantung Koroner dan Penggantian Katup yang mendebarkan itu, rupanya telah menunjukkan tanda-tanda semakin membaik.  Namun, esoknya saya diwajibkan mengikuti kegiatan “Rehabilitasi Fisioterapi” (latihan fisik pasca operasi), setiap hari selama 3 minggu ke depan. Hal yang menyebabkan kami pun kemudian berpindah tempat, dengan menginap sebulan di kosan sekitar Jalan Kota Bambu Selatan, Jakarta Barat, yang lokasinya berada di samping Rumah Sakit “Harapan Kita” ini.  

Seperti biasa, di sini kami selalu menghabiskan waktu luang di hampir setiap sore,  dengan duduk-duduk santai menikmati angin sepoi di perumahan padat penduduk tersebut. Tiba-tiba, saya dikagetkan oleh istri yang menyodorkan sebuah foto di WA dari HP-nya. Foto ini memperlihatkan seorang pria muda yang agak berkulit legam, yang sepertinya saya kenal. Namun, terlihat wajahnya sekarang menjadi  kurus, dengan pipi agak mencekung. Dia terbaring  tak berdaya di salah satu kamar ICU di Rumah Sakit Cipto di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.  “Siapa itu.?" tanya saya penasaran.   “Ini Aswin, masih ingat? Dia sedang dirawat terkena penyakit kanker berat stadium empat,” kata istri saya yang bersahabat akrab dengan Aty, istri Aswin . “Ah, masak sih dia menjadi seperti itu..?” Saya seperti tidak percaya melihat penampilannya yang kini drastis berubah. Karena Aswin yang saya kenal berpostur agak gemuk, energik, dan kalau berbicara penuh percaya diri serta semangat.  “Apa mungkin dia  lunglai seperti itu…Begitu parahkah sakitnya?” tanya saya dalam hati, penasaran.   

Aswin Wairawan, adalah seorang  anak muda paruh baya yang cekatan dan tahan banting, terutama dalam mengelola bisnisnya yang sering “naik-turun” seperti “roller-coaster” itu. Mungkin, begitulah resikonya  menjadi seorang pengusaha. Tapi, dia tampak selalu pandai mengatasi berbagai masalah  di perusahaannya. Akhir-akhir ini saya mendengar kabar,  bahwa dia sudah menjadi pengusaha sukses di Jakarta. Dan hampir tiap minggu terlihat di medsos, berbagai photonya yang ceria saat menikmati “pesta kuliner” yang menjadi hobinya. Kadang dia lakukan seorang diri,  kadang bersama anak dan istrinya.

Hm, lalu apakah karena hobi makan yang enak-enak seperti inikah yang menyebabkan dirinya kemudian terkena Kanker? Karena, bukankah di balik makanan yang enak-enak tersebut selalu terdapat zat penyedap, yang notabene adalah sejenis garam sodium,  yang merupakan salah satu pemicu penyakit Kanker? Keceriannya pun tampak semakin bertambah, ketika berkali--kali berjalan-jalan ke luar negeri. Ekspresi wajah waktu itu yang menujukkan , seolah-olah ingin hidup seribu tahun lagi. Saya lalu jadi ingat mengenai profil dan tipikal kebanyakan  masyarakat kelas menengah baru Indonesia saat ini...

(Saat penulis mengunjungi/bezuk Aswin di ruang ICU yang tampak terbaring sakit sejak beberapa bulan lalu. / Photo by: Farida Rendra)
(Saat penulis mengunjungi/bezuk Aswin di ruang ICU yang tampak terbaring sakit sejak beberapa bulan lalu. / Photo by: Farida Rendra)
Tapi foto dia yang di HP istri saya itu bercerita lain.  Sangat  menggugah! Saya menjadi  teringat beberapa tahun lalu, ketika dia mampir ke rumah kami yang sederhana di Cimahi sepulang dari perjalanannya sekeluarga ke Kota Bandung. Sebagaimana penyakit-penyakit berbahaya lainnya: mungkin saat itu jika dia sudah rajin berobat mungkin tidak sampai menderita penyakit Kanker stadium empat seperti sekarang ini. Proses penyakit menjadi kanker, umumnya panjang. Namun sayangnya, seringkali kita tidak mendetrksinya, sehingga sering  diabaikan banyak orang berbagai  tindakan preventif yang seharusnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, faktor utama munculnya penyakit Kanker adalah dilakoninya gaya hidup yang tidak sehat. Di antaranya karena senang mengkonsumsi makanan enak-enak, yang mengandung penyedap (garam sodium) tersebut, akan tetapi kurang gerak (olahraga) dan menyeimbangkannya dengan mengkonsumsi sayur-sayuraan dan buah. 

Tapi, saya tidak sempat  berpikir lebih jauh tentang hal ini. Saya kemudian  memutuskan untuk melihatnya di RS Cipto,  besok. “Saya harus menjenguknya segera! ” ujar saya. “Tapi dokter khan belum membolehkan berjalan jauh pasca operasi jantung,” istri saya mengingatkan. Entah mengapa, “feeling” ketika melihat foto tersebut seperti menarik-narik saya untuk segera melihatnya.   Jadi, apapun yang terjadi dengan kondisi saya pasca operasi ini,  saya harus ke sana. “Kalau perlu, nanti dalam perjalanan kita kearah kawasan Jakarta Pusat tersebut,  kita beristirahat setiap 30 menit, ” ujar saya mencoba meyakinkan istri.

Akhirnya,  kami pun sampai di RS Cipto tersebut. Memang betul, ternyata melelahkan juga perjalanan menuju ke sini buat seorang pasien Jantung ketika menggunakan bus TransJakarta. Harus berjalan kaki cukup jauh pula untuk masuk menyusuri rumah sakit besar yang banyak terdiri dari beberapa gedung tua tersebut. Tampak ramai dokter-dokter muda mondar-mandir di sana, karena Rumah Sakit ini juga merupakan tempat praktek calon dokter dari Fakultas Kedokteran UI. Bahkan Rumah Sakit terkenal ini  (karena keunikannya), sering juga  dijadikan lokasi pembuatan film.  “Khan sudah saya bilang, baruboleh

jalan bebas setelah 3 bulan. Bahkan untuk aman, dokter menganjurkan istirahat 6 bulan,” ujar istri saya setengah kesal melihat saya berkali-kali harus berhenti duduk di kursi  di lorong-lorong rumah sakit besar tersebut karena kelelahan.   

Akhirnya, kami tiba di ruang ICU di mana Aswin di rawat. “Mas, masih ingat, siapa iniyang datang? ” tanya  Aty, istrinya yang setia mendampingi   hampir 3 bulan di Rumah Sakit ini.   “Hm..siapaya? Saya lupa..” katanya dengan spontan tapi mencoba mengingat-ingat. “Tapi,kalau yang ini saya ingat.Ini Ida, khan..?” katanya sambil menujuk istri saya yang berdiri di samping. “Ini Mas Rendra lho. Yang dulu kita pernah ke rumahnya di Cimahi..” lanjut Aty,  sambil mencoba memancing ingatannya. “Ohh...ya..ya...! Saya ingat sekarang “  jawabnya terlihat bersemangat, dengan diselingi nafas terengah-engah kelelahan kalau sudah mulai berbicara banyak.

Tubuh kurusnya itu terlihat berkali-kali menggigil kedinginan di balik selimut tebal di siang hari tersebut. Kondisi yang menunjukkan keparahan dari sakitnya. Namun, dia terlihat ingin tetap semangat menerima tamu-tamunya. Lalu dengan tenang, meskipun dengan nafas yang selalu terengah-engah, menjelaskan kronologi dirinya terkena kanker dan di rawat berulang kali di sini. Termasuk alasan, mengapa dia memilih RS Cipto, bukan RS Darmais yang lebih dikenal  dengan pengobatan khusus penyakit Kanker. “Ini khan RS Rujukan Nasional. Jadi pasti sarana dan pelayannya lebih baik.,” katanya berargumen.  Saya tidak sempat ber-adu argumen dengan dia sebagaimana biasanya.  Saya hanya mengangguk-anggukkan kepala. Tampak dia masih terlihat cerdas, terutama  di depan karyawan perusahaannya yang kerap datang menjenguk. “Karyawan saya ini sering datang kesini, meminta petunjuk kalau ada masalah serius di perusahaan,” katanya. Oh..begini rupanya kalau yang menjadi pasien itu adalah seorang pimpinan perusahaan. Dalam keadaan sakit berat yang kritis masih mengurus keuangan dan masalah teknis perusahaan.  Saya menjadi  terheran-heran melihatnya…

Setelah kurang-lebih 30 menit kami menjenguknya, akhirnya pamit. Dia lalu mengenggam tangan saya erat saat bersalaman. Seakan-akan  tidak mau dilepaskannya. “ Mas Rendra,  maafkan saya kalau selama ini ada kesalahan-kesalahan..” kata Aswin dengan nada yang tegas namun terdengar mengharukan di mata saya. Pandangannya terlihat polos dan berbinar sambil tersenyum yang menjadi ciri khasnya. Sikap “angkuhnya” selama ini, seperti serta merta hilang... . ” Ya, Aswin...saya maafkan. Tapi, maafkan juga kesalahan saya,”  jawab saya. Lalu saya peluk dia sambil berbisik di telinganya “Kamu harus tetap bersemangat..!” Kemudian saya segera berbalik, berjalan dan bergegas meninggalkan ruang tersebut dengan membawa rasa haru di dada...

Di perjalanan pulang ketika menelusuri kembali lorong Rumah Sakit Cipto yang luas ini: tiba-tiba saya merasa bahwa  hidupnya bakal tidak lagi lama. Karena penyakit kankernya memang sudah sedemikian parah dan telah berkali-kali masuk ICU. Tiba-tiba  saya sempat tertawa geli di dalam hati teringat salah satu sikapnya yang unik.  Dalam keadaan sakit sekarat seperti ini, dia masih memberi kesempatan dan kebebasan kepada istrinya  untuk beristirahat  sesaat (kalau mau), dengan menghirup udara Jakarta sambil berjalan-jalan ke Mall.  “Ya, memang saya ijinkan. Biar dia tidak stress dan menjadi terlalu lelah mengurus saya sedemikian lama..” jawabnya. Wow, luar biasa!  Suami yang begitu pengertian dan lentur dalam bersikap. Biasanya, para suami lain akan marah besar kalau sedang sakit keras saat istri dan anaknya malah jalan-jalan ke mall “cipika-cipiki” bersama teman-temannya. Tapi, inilah menjadi salah satu keuniknya sosok Aswin Wairawan…!

(Keceriaan Aswin dan istrinya bermain-main Salju ketika traveling ke luar negeri / Photo by: dok pribadi)
(Keceriaan Aswin dan istrinya bermain-main Salju ketika traveling ke luar negeri / Photo by: dok pribadi)
Saya melihat ada kedewasaan dan keikhlasan yang kuat dalam dirinya. Dia terlihat romantis, tapi juga tidak suka mengikat pasangannya dengan komitmen yang rumit-rumit. . Cintanya yang sangat besar dan tulus terhadap istri dan anak-anaknya tersebut, justru membuat dia tampak  berjiwa besar.  Sikap yang terlihat “out of the box”  jika dilihat dari kaca mata  umumnya masyarakat kita. Mungkin, karena  dia juga “merasa” bahwa hidupnya tidak akan lama lagi, sehingga dia ingin membahagiakan, dan tidak mau justru menyusahkan orang-orang yang disayanginya di saat-saat terakhirnya.  “Kartu Kredit yang dari Bank Mandiri itu, bisa Mama pakai kalau mau refreshing,” katanya kepada Aty, istrinya...

Tiba-tiba, saya seperti mendapat PELAJARAN baru darinya, yaitu tentang makna  KETULUSAN.  Dia melakukannya dengan tulus dan spontan. Mulai dengan meminta MAAF kepada semua orang yang menjenguknya  (bezuk). Kemudian membolehkan istri dan anak-anaknya (yang bergantian menjaga dia sakit),  untuk ber-istirahat ala masyarakat kelas menengah Indonesia masa kini: jalan-jalan ke mall !   “Your life must go on, my dear family...,” katanya berulangkali sambil menatap istrinya. Aty, istrinya kemudian tampak seperti mau menangis. Aty lalu memeluknya erat setiap kali terjadi dialog seperti itu.  Mungkin Aswin benar. Dalam keadaan seperti ini, maka HADIAH termanis yang bisa diberikan oleh sang Suami bukanlah hanya sekedar harta warisan. Namun  juga kebebasan dalam mengeskpresikan  KEBAHAGIAAN… Mungkin, ijin “jalan-jalan” dari Rumah Sakit itu semacam suatu pesan, bahwa jangan terlalu bersedih hati jika nantikalian ditinggal. Hidup kalian setelah ini, justru  harus berjalan lebih baik sebagaimana mestinya.

***

Akhirnya, program kegiatan Rehabilitasi Fisioterapi saya di RS “Harapan Kita” itu pun  usai setelah 3 minggu berlalu. Saya kemudian kembali ke rumah  kami yang sederhana di kota Cimahi. Setelah dua minggu di Cimahi,  saya mendengar kabar: Aswin telah berpulang...!  Saya lalu terdiam sesaat. Kemudian terbayang  dialog kami yang terakhir, juga wajahnya saat pertemuan di Rumah Sakit “Cipto” tersebut.... Dengan tatapan mata polosnya yang tampak begitu tulus...  dia seperti menjadi sosok manusia lain yang terlahir kembali dalam keadaan “Qusnul Khotimah” (menjadi orang yang lebih baik),  yang siap melanjutkan perjalanan....

Betapa kemudian saya semakin menyadari, bahwa antara kehidupan dan kematian itu sebenarnya tipis. Apalagi buat orang-orang yang sedang menderita penyakit berat yang kronis. . Dan, tidak ada yang tahu juga:  kapan hidup kita akan berakhir dan diakhiri oleh DIA yang Maha Kuasa. Ada orang yang lolos dari penyakit berat yang dideritanya, meskipun secara akal sehat sebenarnya hampir tidak mungkin.  Namun,  ada juga yang kemudian benar-benar diambil olehl-NYA, karena memang  sudah tiba waktunya.

Yang jelas, semakin jauh perjalanan yang telah kita tempuh (di antaranya disebabkan umur kita yang terus bertambah itu), maka akan semakin dekat pula giliran dari jadwal itu TIBA…  Hari ini  Aswin telah dihampiri...dan kemudian  menuntaskan tugas-tugasnya di dunia yang fana ini...... 

Selamat Jalan, Aswin Wairawan....! Sampai ketemu di alam di sana...      

===============================================================================================================================

(Artikel di atas ditulis oleh Rendra Tris Surya, ketika  pulang ke kota Cimahi dua minggu kemudian, sebagai respek saya mengenang seorang sahabat: Aswin Wairawan....)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun