Mohon tunggu...
Rendra Trisyanto Surya
Rendra Trisyanto Surya Mohon Tunggu... Dosen - I am a Lecturer, IT Auditor and Trainer

(I am a Lecturer of IT Governance and IT Management. And IT AUDITOR and Trainer in CISA, CISM, CGEIT, CRISC, COBIT, ITIL-F, PMP, IT Help Desk, Project Management, Digital Forensic, E-commerce, Digita Marketing, CBAP, and also Applied Researcher) My other activity is a "Citizen Journalist" who likes to write any interest in my around with DIARY approached style. Several items that I was writing in here using different methods for my experimental, such as "freestyle", "feeling on my certain expression," "poetry," "short stories," "prose," "travel writing," and also some about popular science related to my field. I use this weblog (Kompasiana) as my experiment laboratory in writing exercise, Personal Branding and my Personal Diary... So, hopefully..these articles will give you beneficial or inspiration and motivation for other people like my readers...! ... Rendratris2013@Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu Dalam Gema TAKBIR: Buat ODIMZ

17 Juli 2015   20:44 Diperbarui: 6 Juli 2016   18:00 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adakah,

Secangkir kopi dapat mengusir dinginnya malam di kaki Gunung Galunggung itu ..?

Sejuta RINDU menebar asa di langit malam Takbiran...
Di Desa Sukaratu...
Di rumah pondok sederhana yang di kelilingi pagar tinggi,
dan orang-orang yang siap mengawasi...

Adakah mereka juga mengerti,
Kesepian yang ada dalam hati,  di saat-saat seperti ini..?
Bagimu, malam Takbir mungkin menjadi “energi kegelisahan”, yang menggeliat-geliat dan juga "terkoyak"...
Energi yang bagi banyak orang di KOTA: membuat nekad menyusuri perjalanan panjang MUDIK, 

Meski harus berdesakkan dengan waktu...
Agar dapat pulang .. ..
Menuju Rumah Mudik di kampung halaman, yang lebih berjati diri...
Bersilaturahmi dan bercanda ria bersama keluarga tercinta, yang papah sekali pun...

Tapi,  di sana engkau masih sering bermimpi tentang REMBULAN...
Dan selalu bertanya: Pa, kapan datang menjemput..??

Sesungguhnya, kami tidak tahu .....
Selama “waham-waham” itu masih kerap menganggu dan menggelisahkan jiwamu...

Yang kami tahu, 

ODIMZ, anakku: “Kamu sekarang sudah pandai MENGAJI...”

Lukislah langit malam Takbiran ini, dengan suara merdu Mengajimu...

Air mata kerinduan Papa dan Mamamu di Malam TAKBIRAN pun :  tak terasa menetes...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun