(By Rendra Tris Surya)
Malam 1 Syawal ...
Suara Takbir itu, terdengar memilukan...
Berkumandang serentak dari seantero surau dan mesjid..
Sekali-kali dentum meriam bambu, menyelingi: Membahana Malam.....!
Kembang api merah pun, memancar: Melukis langit..
ODIMZ, Anakku: Apa kabarmu di sana..?
Kamarmu di rumah kita masih seperti dulu...
Berserakan oleh kertas catatan harian, eskpresi jiwa marahmu yang perih...
Gitar listrik merah itu pun, dibiarkan tergeletak di kolong ranjang, tak berfungsi..
Yang entah sudah ke berapa kali pernah engkau banting mengusir kesalmu...
Poster animasi Manga goresan karyamu yang apik itu, masih bertumpuk di bawah kasur...
Sekumpulan wajah pria feminim idolamu, si rambut pirang gondrong (The L’arc En Ciel),
Pun masih terpampang rapuh di dinding kamar...yang kini tampak mulai mengelupas...
ODIMZ, sembilan bulan sudah ....
Ketika kami kehilangan keseharianmu di sini...
Lalu, di malam Takbiran ini,
Kamu lagi apa, bersama puluhan teman senasibmu di Pondok Pengobatan “Attaubah” Kota Resik ..??
Di antara gema Takbir yang bersahut-sahutan berkumandang....
Adakah pelipur lara di sana...?
Atau,
Engkau sedang meneteskan air mata,
saat melantunkan ayat-ayat suci Al-qur’an yang harus kamu hafalkan setiap hari.....?
Adakah,
Secangkir kopi dapat mengusir dinginnya malam di kaki Gunung Galunggung itu ..?
Sejuta RINDU menebar asa di langit malam Takbiran...
Di Desa Sukaratu...
Di rumah pondok sederhana yang di kelilingi pagar tinggi,
dan orang-orang yang siap mengawasi...
Adakah mereka juga mengerti,
Kesepian yang ada dalam hati, di saat-saat seperti ini..?
Bagimu, malam Takbir mungkin menjadi “energi kegelisahan”, yang menggeliat-geliat dan juga "terkoyak"...
Energi yang bagi banyak orang di KOTA: membuat nekad menyusuri perjalanan panjang MUDIK,
Meski harus berdesakkan dengan waktu...
Agar dapat pulang .. ..
Menuju Rumah Mudik di kampung halaman, yang lebih berjati diri...
Bersilaturahmi dan bercanda ria bersama keluarga tercinta, yang papah sekali pun...
Tapi, di sana engkau masih sering bermimpi tentang REMBULAN...
Dan selalu bertanya: Pa, kapan datang menjemput..??
Sesungguhnya, kami tidak tahu .....
Selama “waham-waham” itu masih kerap menganggu dan menggelisahkan jiwamu...
Yang kami tahu,
ODIMZ, anakku: “Kamu sekarang sudah pandai MENGAJI...”
Lukislah langit malam Takbiran ini, dengan suara merdu Mengajimu...
Air mata kerinduan Papa dan Mamamu di Malam TAKBIRAN pun : tak terasa menetes...
Bersama suara bedug yang bertalu-talu...
Seperti juga air mata kerinduanmu di sana,
Di antara gema Takbir ...yang menyeru-nyerukan namaNYA:
Allahu Akbar-Allahu Akbar.....Allahu Akbar....!
Laailahaillalahu akbar
Allahu Akbar walilahilham.....
==========================================
Cimahi, 16 Juli 2015 . Puisi ini ditulis ketika takbir menggema di malam Lebaran. Buat Anak bungsu lelakiku: Dimas Try hanggara (Odimz), yang sedang berobat dan belajar mengaji di Pondok Attaubah di Kab Tasikmalaya. Semoga pengorbananmu yang jauh dari keluarga selama ini, dapat membuahkan hasil seperti yang kita harapkan: KESEMBUHAN. Dan memperoleh Fitriah, kamu "terlahir" kembali menjadi pemuda yang lebih sehat (mental dan fisik). Dan selalu ingat akan Tuhan dalam setiap nafasmu.....