Mohon tunggu...
Rendra Prasetya
Rendra Prasetya Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Manusia Biasa Saja

Tukang Kopi, menjadi biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Prestasi Membaca Anak Indonesia Semakin Memburuk

17 September 2024   18:21 Diperbarui: 17 September 2024   18:26 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PRESTASI MEMBACA ANAK INDONESIA SEMAKIN MEMBURUK, AKAN MEMPERSULIT MENCIPTAKAN GENERASI EMAS 2045

Oleh : Rendra Prasetya

Tekad Pemerintah untuk membentuk Generasi Emas di Tahun 2045 sudah bulat, tak ada lagi halangan yang akan menhantui tujuan nasional ini. Seluruh Stakeholder pemerintah pusat dan pemerintah daerah sudah wajib mensukseskan niat mulia pemerintah Indonesia ini. Beberapa kali kesempatan Presiden Joko Widodo mengungkapan pentingnya mensukseskan tujuan Nasional terhadap terciptanya generasi emas Tahun 2045 mendatang.

Segala usaha pemerintah era Bapak Joko Widodo telah dilakukan seperti menyiapkam anggaran untuk beberapa infrastruktur pendidikan seperti membangun ruang kelas baru, meningkatkan kompetensi guru, pemerataan zona Pendidikan melalui system zonasi untuk penerimaan siswa baru, program sertifikasi guru serta kurikulum Merdeka.

Tekad dan Tujuan Nasional Generasi Emas 2045 adalah sebuah usaha guna mencerdaskan kehidupan berbangsa, hal ini sesuai amanat UUD 1945. Dimana itu adalah landasan kita dalam bernegara dan berbangsa. Syarat Konstitusional itu mnerupakan syarat mutlak yang wajib dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia sampai kapanpun. 

Fakta PISA merupakan pukulan telak bagi dunia Pendidikan 

Programme for International Student Assessment (PISA) yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) adalah suatu studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia.

Penelitian pendidikan yang dilakukan oleh OECD (Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan).

  1. Tujuan Penelitian PISA (Programme for International Student Assessment):
    • PISA adalah program yang diinisiasi oleh negara-negara anggota OECD. Program ini bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam membaca, matematika, dan sains, serta bagaimana mereka dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam menghadapi tantangan dunia nyata.
    • Hasil dari PISA memberikan gambaran tentang kualitas dan kesetaraan hasil belajar yang dicapai di seluruh dunia. Selain itu, hasil PISA memungkinkan para pendidik dan pembuat kebijakan belajar dari kebijakan dan praktik yang diterapkan di negara-negara lain.
  2. Metode Penelitian PISA:
    • Survei Internasional yang Komprehensif: PISA dilakukan secara internasional dengan mengumpulkan data dari berbagai negara. Survei ini mencakup tes yang memeriksa pemahaman siswa dalam membaca, matematika, dan sains.
    • Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif: PISA menggunakan pendekatan kuantitatif (mengukur skor dan angka) dan kualitatif (memahami konteks dan faktor-faktor sosial) untuk menganalisis hasilnya.
    • Siklus Triwulanan: PISA dilakukan setiap tiga tahun sekali, sehingga memungkinkan pemantauan perubahan seiring waktu.
  3. Penggunaan Hasil Penelitian PISA dalam Kebijakan:
    • Perbandingan Antar Negara: Hasil PISA memungkinkan negara-negara membandingkan pencapaian siswa mereka dengan negara-negara lain. Ini membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan.
    • Basis untuk Kebijakan Pendidikan: Hasil PISA digunakan oleh pembuat kebijakan untuk merancang dan mengimplementasikan kebijakan pendidikan yang lebih efektif. Contohnya, jika hasil PISA menunjukkan rendahnya kemampuan membaca siswa, negara dapat mengambil tindakan untuk memperbaiki kurikulum atau metode pengajaran.
    • Peningkatan Kualitas Pendidikan: PISA membantu mengidentifikasi praktik terbaik dan memperkuat sistem pendidikan. Negara dapat belajar dari keberhasilan negara lain dan mengadopsi strategi yang efektif.

Jadi, hasil penelitian PISA memberikan wawasan yang berharga bagi negara-negara anggota untuk mengembangkan kebijakan pendidikan yang lebih baik dan lebih inklusif

Data PISA Indonesia 

Program Penilaian Siswa Internasional (PISA) mengevaluasi pengetahuan dan keterampilan siswa berusia 15 tahun dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Tes ini mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kompleks, berpikir kritis, dan berkomunikasi secara efektif. PISA memberikan wawasan mengenai seberapa baik sistem pendidikan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia nyata dan mencapai kesuksesan di masa depan. Indonesia berpartisipasi untuk pertama kalinya dalam PISA pada tahun 2001. Dengan membandingkan hasil secara internasional, para pembuat kebijakan dan pendidik di Indonesia dapat mengambil pelajaran dari kebijakan dan praktik negara lain. Rata-rata hasil tahun 2022 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2018 dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Secara keseluruhan, hasil tahun 2022 merupakan salah satu yang terendah yang pernah diukur oleh PISA dalam ketiga mata pelajaran, setara dengan hasil yang tercatat pada tahun 2003 dalam bidang membaca dan matematika, serta pada tahun 2006 dalam bidang sains. Meskipun hasil beberapa penilaian sebelumnya lebih tinggi daripada yang diamati pada tahun-tahun awal, peningkatan ini telah dibalikkan oleh penurunan yang terjadi sejak tahun 2015 dan seterusnya. Dalam periode terkini (2018 hingga 2022), kesenjangan antara siswa dengan nilai tertinggi (10% teratas) dan siswa dengan nilai terendah (10% terbawah) mengalami penyempitan. Seberapa baik kinerja siswa berusia 15 tahun di Indonesia pada ujian tersebut?

Tren dalam prestasi matematika, membaca, dan sains

Rata-rata hasil tahun 2022 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2018 dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Secara keseluruhan, hasil tahun 2022 merupakan salah satu yang terendah yang pernah diukur oleh PISA dalam ketiga mata pelajaran, setara dengan hasil yang tercatat pada tahun 2003 dalam bidang membaca dan matematika, serta pada tahun 2006 dalam bidang sains. Meskipun hasil beberapa penilaian sebelumnya lebih tinggi daripada yang diamati pada tahun-tahun awal, peningkatan ini telah dibalikkan oleh penurunan yang terjadi sejak tahun 2015 dan seterusnya. Dalam periode terkini (2018 hingga 2022), kesenjangan antara siswa dengan nilai tertinggi (10% teratas) dan siswa dengan nilai terendah (10% terbawah) mengalami penyempitan.

Rata-rata pencapaian matematika, membaca, dan sains pada PISA 2022 Indonesia, rata-rata OECD, dan negara-negara perbandingan yang dipilih

Siswa di Indonesia memperoleh skor di bawah rata-rata OECD dalam bidang matematika, membaca, dan sains.

Proporsi siswa di Indonesia yang mencapai prestasi tinggi (Level 5 atau 6) dalam setidaknya satu mata Pelajaran lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata negara-negara OECD. Selain itu, proporsi siswa yang mencapai tingkat kemahiran minimum (Level 2 atau lebih tinggi) dalam ketiga mata pelajaran juga lebih kecil daripada rata-rata di negara-negara

Apa yang dipahami dan dapat dilakukan siswa dalam matematika

Di Indonesia, 18% siswa mencapai setidaknya kemahiran Level 2 dalam matematika, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata di negara-negara OECD (rata-rata OECD: 69%). Setidaknya, siswa-siswa ini mampu menafsirkan dan mengenali, tanpa instruksi langsung, bagaimana situasi sederhana dapat direpresentasikan secara matematis (misalnya membandingkan jarak total di dua rute alternatif, atau mengonversi harga ke mata uang yang berbeda). Lebih dari 85% siswa di Singapura, Makau (Tiongkok), Jepang, Hong Kong (Tiongkok)*, Tionghoa Taipei, dan Estonia (dalam urutan menurun dari persentase tersebut) berprestasi pada level ini atau lebih tinggi. Hampir tidak ada siswa di Indonesia yang berprestasi dalam bidang matematika, yang berarti mereka hanya mencapai Level 5 atau 6 dalam tes matematika PISA (rata-rata OECD: 9%).

Enam negara dan perekonomian Asia memiliki persentase siswa terbesar yang melakukannya: Singapura (41%), Tiongkok Taipei (32%), Makau

(Tiongkok) (29%), Hong Kong (Tiongkok)* (27%), Jepang (23%) dan Korea (23%). Pada tingkat ini, siswa dapat memodelkan situasi kompleks secara matematis, serta dapat memilih, membandingkan, dan mengevaluasi strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk mengatasinya. Hanya di 16 dari 81 negara dan ekonomi yang berpartisipasi dalam PISA 2022, lebih dari 10% siswa mencapai kemahiran Level 5 atau 6.

Sekitar 25% siswa di Indonesia mencapai Level 2 atau lebih tinggi dalam kemampuan membaca (ratarata OECD: 74%). Setidaknya, siswa-siswa ini mampu mengidentifikasi gagasan utama dalam teks yang cukup panjang, menemukan informasi berdasarkan kriteria yang jelas, meskipun terkadang kompleks, dan dapat merenungkan tujuan serta bentuk teks ketika diarahkan secara eksplisit untuk melakukannya. Persentase siswa berusia 15 tahun yang mencapai tingkat kemahiran membaca minimum (Level 2 atau lebih tinggi) bervariasi dari 89% di Singapura hingga 8% di Kamboja.

Di Indonesia, hampir tidak ada siswa yang mencapai skor membaca pada Level 5 atau lebih tinggi (rata-rata OECD: 7%). Siswa-siswa ini mampu memahami teks yang panjang, menangani konsep-konsep abstrak atau yang bertentangan dengan intuisi, serta membedakan antara fakta dan opini berdasarkan isyarat implisit yang berkaitan dengan konten atau sumber informasi.

Apa yang dipahami dan dapat dilakukan siswa dalam bidang sains.

Sekitar 34% siswa di Indonesia mencapai Level 2 atau lebih tinggi dalam sains (rata-rata OECD: 76%). Setidaknya, siswa-siswa ini mampu mengenali penjelasan yang tepat untuk fenomena ilmiah yang umum dan dapat memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk mengidentifikasi, dalam kasuskasus sederhana, apakah suatu kesimpulan valid berdasarkan data yang tersedia.

Di Indonesia, hampir tidak ada siswa yang berprestasi dalam sains, yang berarti mereka hanya menguasai Level 5 atau 6 (rata-rata OECD: 7%). Siswa-siswa ini mampu secara kreatif dan mandiri menerapkan pengetahuan sains mereka dalam berbagai situasi, termasuk situasi yang tidak dikenal.

Data hasil penelitian OECD.org berupa Hasil PISA diatas menunjukan Indonesia semakin mengalami ketertinggalan literasi, matematika dan sains dari negara-negara glonal yang tergabung di OECD.org sebagai subyek penelitian.

Data ini semakin menjadi pukulan berat bagi pemerintah Republik Indonesia baik sejak Pemerintahan Soekarno sampai dengan Era Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Bagaimanapun tujuan nasional mencetak generasi emas mendapat tantangan yang lebih besar dan sangat terjal berliku.

Upaya-upaya pemerintah seakan gagal dan tak berguna sekali Ketika data hasil PISA, menggambarkan betapa buruknya kialutas Pendidikan dan karakter generasi yang akan disiapkan menjadi generasi Emas 2045 mendatang.

Langkah Strategis Pemerintah guna mempersiapkan Generasi Emas 2045

Rendahnya hasil penilaian PISA Indonesia menunjukan bahwa tantangan pemerintah mempersiapkan generasi emas 2045 sangat kompleks. Usaha-usaha yang telah dilakukan pemerintah masih belum membuahkan hasil, bahkan terkesan gagal total. Bahkan di sektor minat baca saja kita masih kalah dengan Vietnam dan ini merupakan pukulan telak bagi pemerintah.

Kebutuhan dasar yaitu mengentaskan buta aksara, buta literasi yang mempengaruhi rendahnya minat baca adalah kebutuhan mendesak yang mesti dibenahi agar seluruh Masyarakat Indonesia mampu menjalankan aktifitas membaca kapanpun dan dimanapun. Akses Internet menurut data We Are Social bahwa Penduduk Indonesia yang melek internet berjumlah 185,3 juta atau sekitar 66,5 % dari populasi penduduk Indonesia. 61,1% jumlah penduduk Indonesia mengakses informasi berita/membaca newsonline. Artinya dalam era digital, Masyarakat Indonesia sudah familiar dengan internet dan akses berita di dunia maya.

97,4% pengguna internet mengaksesnya dengan menggunakan Smartphones, sehingga alat/devise handphone mampu menyediakan sarana untuk mengakses berita di internet dan mampu mempengaruhi minat baca pada ilmu pengetahuan atau berita di internet.

Pemerintah wajib memperhatikan data pengguna internet ini untuk memaksa Masyarakat mampu meningkatkan minat baca akan informasi actual, sumber berita, sumber data pengetahuan guna menjadi Solusi di era digital dewasa ini. Meningkatkan infrastruktur digital, akses harga smartphone yang terjangkau, metode pembelajaran siswa dengan memanfaatkan kecanggihan internet guna merangsang minat baca di era digital.

Infrastruktur Digital wajib diperbaharui dan ditingkatkan oleh pemerintah, salah satunya adalah peningkatan kecepatan akses internet merata di seluruh wilayah Indonesia. Akses harga kartu providers bagi pengguna internet pun harus maurah, mudah terjangkau oleh seluruh siswa di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga hal ini akan semakin membuat siswa bersemangat berselancar di internet dan semakin mudah mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan karena semangat membaca di era digital semakin meningkat di kalangan siswa di seluruh Indonesia.

Literasi dengan memudahkan perizinan penerbit buku, permudah kemunculan toko buku berkualitas di seluruh kabupaten dan kota, permudah investasi Pendidikan adalah salah satu Langkah infrastruktur minat baca bagi siswa di Indonesia. Akses dan harga buku murah dan mudah harus digalakan sebagai kewajiban bagi pemerintah pusat dan daerah. Merangsang kebijakan berpihak pada Pendidikan siswa pada seluruh kepala daerah di Indonesia harus segera digalakan. Membuat Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan yang berpihak pada siswa dan orang tua wajib dibuat, agar supaya siswa tak lagi kesulitan mendapatkan akses buku-buku ilmu pengetahuan dengan mudah dan murah.

Harapan untuk Indonesia ramah bagi siswa.

Siswa di seluruh Indonesia masih terkendala ketidak adilan akses buku, internet, toko buku dan harga buku juga harga kuota provider guna memepermudah akses internet. Maka diharapkan siswa semakin ramah pada buku dan kases digital internet.

Pemerintah sudah wajib dengan sangat untuk menjadi media yang ramah bagi siswa Indonesia, tidak lagi menjadi hal beban dan hambatan bagi siswa di seluruh Indonesia.

Saatnya Indonesia ramah bagi Siswa.

MERDEKA BELAJAR..!

BELAJAR MERDEKA..!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun