Program Penilaian Siswa Internasional (PISA) mengevaluasi pengetahuan dan keterampilan siswa berusia 15 tahun dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Tes ini mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kompleks, berpikir kritis, dan berkomunikasi secara efektif. PISA memberikan wawasan mengenai seberapa baik sistem pendidikan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia nyata dan mencapai kesuksesan di masa depan. Indonesia berpartisipasi untuk pertama kalinya dalam PISA pada tahun 2001. Dengan membandingkan hasil secara internasional, para pembuat kebijakan dan pendidik di Indonesia dapat mengambil pelajaran dari kebijakan dan praktik negara lain. Rata-rata hasil tahun 2022 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2018 dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Secara keseluruhan, hasil tahun 2022 merupakan salah satu yang terendah yang pernah diukur oleh PISA dalam ketiga mata pelajaran, setara dengan hasil yang tercatat pada tahun 2003 dalam bidang membaca dan matematika, serta pada tahun 2006 dalam bidang sains. Meskipun hasil beberapa penilaian sebelumnya lebih tinggi daripada yang diamati pada tahun-tahun awal, peningkatan ini telah dibalikkan oleh penurunan yang terjadi sejak tahun 2015 dan seterusnya. Dalam periode terkini (2018 hingga 2022), kesenjangan antara siswa dengan nilai tertinggi (10% teratas) dan siswa dengan nilai terendah (10% terbawah) mengalami penyempitan. Seberapa baik kinerja siswa berusia 15 tahun di Indonesia pada ujian tersebut?
Tren dalam prestasi matematika, membaca, dan sains
Rata-rata hasil tahun 2022 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2018 dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Secara keseluruhan, hasil tahun 2022 merupakan salah satu yang terendah yang pernah diukur oleh PISA dalam ketiga mata pelajaran, setara dengan hasil yang tercatat pada tahun 2003 dalam bidang membaca dan matematika, serta pada tahun 2006 dalam bidang sains. Meskipun hasil beberapa penilaian sebelumnya lebih tinggi daripada yang diamati pada tahun-tahun awal, peningkatan ini telah dibalikkan oleh penurunan yang terjadi sejak tahun 2015 dan seterusnya. Dalam periode terkini (2018 hingga 2022), kesenjangan antara siswa dengan nilai tertinggi (10% teratas) dan siswa dengan nilai terendah (10% terbawah) mengalami penyempitan.
Rata-rata pencapaian matematika, membaca, dan sains pada PISA 2022 Indonesia, rata-rata OECD, dan negara-negara perbandingan yang dipilih
Siswa di Indonesia memperoleh skor di bawah rata-rata OECD dalam bidang matematika, membaca, dan sains.
Proporsi siswa di Indonesia yang mencapai prestasi tinggi (Level 5 atau 6) dalam setidaknya satu mata Pelajaran lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata negara-negara OECD. Selain itu, proporsi siswa yang mencapai tingkat kemahiran minimum (Level 2 atau lebih tinggi) dalam ketiga mata pelajaran juga lebih kecil daripada rata-rata di negara-negara
Apa yang dipahami dan dapat dilakukan siswa dalam matematika
Di Indonesia, 18% siswa mencapai setidaknya kemahiran Level 2 dalam matematika, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata di negara-negara OECD (rata-rata OECD: 69%). Setidaknya, siswa-siswa ini mampu menafsirkan dan mengenali, tanpa instruksi langsung, bagaimana situasi sederhana dapat direpresentasikan secara matematis (misalnya membandingkan jarak total di dua rute alternatif, atau mengonversi harga ke mata uang yang berbeda). Lebih dari 85% siswa di Singapura, Makau (Tiongkok), Jepang, Hong Kong (Tiongkok)*, Tionghoa Taipei, dan Estonia (dalam urutan menurun dari persentase tersebut) berprestasi pada level ini atau lebih tinggi. Hampir tidak ada siswa di Indonesia yang berprestasi dalam bidang matematika, yang berarti mereka hanya mencapai Level 5 atau 6 dalam tes matematika PISA (rata-rata OECD: 9%).
Enam negara dan perekonomian Asia memiliki persentase siswa terbesar yang melakukannya: Singapura (41%), Tiongkok Taipei (32%), Makau
(Tiongkok) (29%), Hong Kong (Tiongkok)* (27%), Jepang (23%) dan Korea (23%). Pada tingkat ini, siswa dapat memodelkan situasi kompleks secara matematis, serta dapat memilih, membandingkan, dan mengevaluasi strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk mengatasinya. Hanya di 16 dari 81 negara dan ekonomi yang berpartisipasi dalam PISA 2022, lebih dari 10% siswa mencapai kemahiran Level 5 atau 6.
Sekitar 25% siswa di Indonesia mencapai Level 2 atau lebih tinggi dalam kemampuan membaca (ratarata OECD: 74%). Setidaknya, siswa-siswa ini mampu mengidentifikasi gagasan utama dalam teks yang cukup panjang, menemukan informasi berdasarkan kriteria yang jelas, meskipun terkadang kompleks, dan dapat merenungkan tujuan serta bentuk teks ketika diarahkan secara eksplisit untuk melakukannya. Persentase siswa berusia 15 tahun yang mencapai tingkat kemahiran membaca minimum (Level 2 atau lebih tinggi) bervariasi dari 89% di Singapura hingga 8% di Kamboja.