Mohon tunggu...
RENDI RUSTANDI
RENDI RUSTANDI Mohon Tunggu... Jurnalis - Hidup sederhana yang penting penuh berkah

Semua bermula dari tidak bisa, menjadi bisa dan menjadi terbiasa agar kelak luar biasa.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lika-liku Jadi Wartawan: Sulitnya Jadi Wartawan (Part 1)

31 Oktober 2020   22:50 Diperbarui: 31 Oktober 2020   22:54 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentu bagi saya, tidak asing mendengar media lokal satu ini. Selain dikenal sebagai media yang terpercaya, juga menjadi media terbesar di Kota dan Kabupaten Sukabumi.

"Mau jadi wartawan? Tuh di Radar Sukabumi sedang buka lowongan. Tapi syaratnya harus S-1 (semua jurusan)," ujar Rifky seraya memberikan sebuah nomor telepon agar saya hubungi.

Karena berfikir ini adalah salah satu cara mewujudkan impian saya menjadi seorang wartawan, saya pun tak berfikir lama langsung menghubungi nomor yang tadi diberikan. Dan ternyata benar, bahwa Radar Sukabumi saat itu sedang membutuhkan wartawan baru.

"Datang saja ke kantor, bawa surat lamarannya. Tapi datangnya setelah maghrib," kata Pak Didit (alm), yang waktu itu sebagai HRD Radar Sukabumi.

Jujur saja, mendengar jawaban itu saya merasa percaya dan tidak percaya. Percaya karena memang ada lowongan, namun tidak percaya karena jam yang mengharuskan saya datang tidak normal. "Bukankan jam kerja itu mulai jam 08.00 sampai jam 16.00 WIB? Kenapa ini habis maghrib," gumam saya dalam hati.

Namun karena keinginan saya 'keukeuh' ingin jadi wartawan, saya pun minta diantar saudara datang ke kantor Radar Sukabumi. Maklum, merasa orang kampung dan jarang ke daerah kota, saya tidak tahu percis alamat kantor Radar Sukabumi. Alhasil, saya pun tersesat. Hingga akhirnya, sekitar jam 20.30 WIB kantor Radar Sukabumi yang saat itu berada di Cimanggah Kota Sukabumi baru saya temukan.

Setiba di kantor tersebut, saya cukup kaget. Karena kondisi kantor cukup ramai. Karena dalam benak saya, waktu malam itu situasi kantor atau tempat kerja pasti sepi. Semua karyawan sudah pulang. Penasaran, saya pun menanyakan hal ini. "Memang kalau perusahaan media itu kayak gini. Ramainya sore sampai malam. 

Karena pagi sampai sore mencari berita, dan dilanjutkan dengan mengetik dan mengedit berita untuk terbit besok," jawab Pak Didit dengan penuh meyakinkan.

Sedikit banyak saya pun punya gambaran tentang kinerja seorang wartawan. Tak berfikir panjang, akhirnya berkas lamaran yang dibawa pun langsung saya serahkan kepada Pak Didit yang tubuhnya cukup 'gendut'  saat itu.

Hari berlalu, tapi tak ada kabar saya diterima atau tidaknya dari pihak Radar Sukabumi. Saya pun sudah berfikir negatif dan patah arang. Bahwa dengan latar belakang pendidikan yang tidak linear dengan pekerjaan, saya tidak mungkin diterima. 

Hingga akhirnya, memasuki minggu kedua, baru ada kabar agar saya datang kembali ke kantor Radar Sukabumi untuk dilakukan tes wawancara (interview). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun