Mohon tunggu...
Ren Ai
Ren Ai Mohon Tunggu... Mahasiswa - penuntut ilmu

mencoba lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sanny dan Atuk

7 Oktober 2024   20:36 Diperbarui: 7 Oktober 2024   23:25 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sanny termenung melihat anak perempuan kecil dijemput. Sanny seorang guru TK di samping rumahnya. Bunyi bel tanda pembelajaran TK telah habis. Para anak kecil berhamburan keluar. Salah seorang dari mereka adalah anak perempuan kecil yang dijemput kakeknya menggunakan sepeda. Terlihat dari wajah anak perempuan kecil sangat bahagia. Mengingatkan Sanny kepada Almarhum kakeknya.

"Atuk" panggilan Sanny kepada kakeknya. Sanny kecil menarik lengan baju kakeknya.

"Atuk, Sanny pengen diajak jalan-jalan naik motor" rengeknya kepada kakeknya.

"Kemaren Atuk bawa ke rumah paman Oka, kamu gak mau" jawab kakeknya.

"Hehe, kalau ke rumah paman Oka, Sanny takut Tuk, nanti ikat rambut Sanny jatuh ke sungai pas kita melewati jembatan" Sanny pintar mengelak.

"Lagian rambut pendek kenapa harus diikat, kan licin" ucap kakeknya

"Biar kayak tuan putri ,Atuk sih gak tau" jawab Sanny

"Ntar sore, Atuk mau ke rumah paman Oka, mau ikut?" tanya kakeknya

"Iya deh mau ikut, ntar Sanny pegang ikat rambutnya, Atuk jangan bawa motor kencang-kencang ya"

 "Sanny harus jadi anak sholehah ya, buat ibu dan ayah bangga, katanya pengen masuk Syurga"

"Siap Atuk, yang penting bawa Sanny jalan-jalan ya" jawab Sanny kecil.

Beberapa bulan setelah itu, Sanny telah masuk SD. Ia tidak ditemani ayah dan ibunya lagi. Sanny lebih suka mengendarai sepeda ungu kesayangannya ke sekolah. Sanny anak yang cerdas. Ia selalu rangking satu di kelasnya. Teman-temannya di kelas menyukainya.

Suatu pagi, seperti biasa Sanny berangkat sekolah menggunakan sepeda ungu kesayangannya. Jalan yang dilaluinya licin karena hujan kamaren malam. Dia mengayuh sepedanya dengan sangat cepat, takut terlambat. Sayangnya dia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke taman di tepi jalan. Sanny kecil tidak menangis. Dia juga tidak melanjutkan perjalanan ke sekolah. Dia memutarkan sepedanya dan kembali ke rumah.

Sesampainya di rumah, Sanny langsung ke kamar kakeknya. Kakeknya sedang tertidur di kursi. Ini merupakan kebiasaan kakeknya yang sering tidur dalam posisi duduk. Kakek Sanny memiliki penyakit jantung yang membuatnya susah untuk tidur berbaring.

"Tuk, Tuk, Sanny barusan jatuh dari sepeda" Sanny mencoba membangunkan kakeknya.

"Terus apa yang luka" kakeknya bangun lalu menggosok-gosok matanya.

"Tidak ada yang luka kok Tuk, cuman rok Sanny yang kotor kena lumpur" jawab Sanny.

"Terus kamu kenapa pulang?" Kakek Sanny heran.

"Sanny mau diantar sekolah sama Atuk aja" kata Sanny

"Kok gitu?" tanya kakeknya.

"Hehe, Sanny udah keburu telat Atuk" ucap Sanny malu-malu.

"Apa hubungannya sama Atuk?" tanya kakeknya lagi.

"Kalau sama Atuk, Sanny gak malu kalau telat, nanti Atuk bilang sama bu gurunya kalau Sanny abis jatuh" jawab Sanny.

"Iya bentar, Atuk siap-siap dulu" kakeknya mulai mengenakan jaket abu-abunya dan memakai minyak rambut khasnya. Kemudian memanaskan motor terlebih dahulu.

"Ayo cepat Sanny, nanti pelajarannya dimulai" kata kakeknya.

Sanny menaiki motor dan duduk di belakang kakeknya.

Kakek Sanny mengendarai motor dengan tenang.

"Sanny harus jadi anak mandiri ya, jadi perempuan yang kuat, gak boleh bergantung kepada orang lain"

"Iya Tuk" jawab Sanny kecil.

Setelah tamat iqro'. Sanny belajar membaca Al-Qur'an dengan kakeknya. Setiap selesai sholat magrib, Sanny menghafal beberapa surat pendek dipandu kakeknya.

Sore hari di bulan Ramadhan keluar mengendarai motor untuk membeli beberapa paku. Sudah azan magrib, tetapi kakek Sanny belum pulang juga. Hujan sudah mulai rintik. Setelah azan, terdengar suara motor berhenti di depan rumah. Kakek Sanny datang dengan keadaan tangan berdarah. Darah yang keluar sangat banyak, sampai menetes-netes. Satu keluarga panik dan langsung membawa kakek ke klinik. Luka tangannya langsung dijahit. Ada tujuh jahitan.

Ternyata di perjalanan, kakek Sanny mengalami kecelakaan dengan mobil truk. Untung kakek Sanny menghindar, tapi sayangnya jatuh ke got air. Supir mobil truk berhenti dan memberi kakek Sanny uang seratus ribu dan langsung pergi. Kakek Sanny tidak mempermasalahkan itu semua. Dia merupakan orang yang sangat sabar. Sepulang dari klinik, Sanny membanti ibu merawat kakek. Terkadang menyuapinya makan. Setelah luka tangan kakek Sanny mengering, kakek Sanny membuka bekas jahitannya sendiri. Kuat banget.

Sanny telah kelas tiga SD. Kakeknya telah lama menderita penyakit gantung. Dia tidak mau dibawa ke rumah sakit. Dia tidak mau merepotkan orang lain. Kakek Sanny hanya mengonsumsi obat dokter.

Pada hari Rabu, kakek Sanny drop dan harus dibawa ke rumah sakit. Langsung disuruh rawat inap oleh dokter. Hari Kamis Sanny juga ikut menemani kakeknya. Hari Jum'at, kakek menghembuskan napas terakhirnya. Semoga tenang di Syurga ya Atuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun