Beberapa bulan setelah itu, Sanny telah masuk SD. Ia tidak ditemani ayah dan ibunya lagi. Sanny lebih suka mengendarai sepeda ungu kesayangannya ke sekolah. Sanny anak yang cerdas. Ia selalu rangking satu di kelasnya. Teman-temannya di kelas menyukainya.
Suatu pagi, seperti biasa Sanny berangkat sekolah menggunakan sepeda ungu kesayangannya. Jalan yang dilaluinya licin karena hujan kamaren malam. Dia mengayuh sepedanya dengan sangat cepat, takut terlambat. Sayangnya dia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke taman di tepi jalan. Sanny kecil tidak menangis. Dia juga tidak melanjutkan perjalanan ke sekolah. Dia memutarkan sepedanya dan kembali ke rumah.
Sesampainya di rumah, Sanny langsung ke kamar kakeknya. Kakeknya sedang tertidur di kursi. Ini merupakan kebiasaan kakeknya yang sering tidur dalam posisi duduk. Kakek Sanny memiliki penyakit jantung yang membuatnya susah untuk tidur berbaring.
"Tuk, Tuk, Sanny barusan jatuh dari sepeda" Sanny mencoba membangunkan kakeknya.
"Terus apa yang luka" kakeknya bangun lalu menggosok-gosok matanya.
"Tidak ada yang luka kok Tuk, cuman rok Sanny yang kotor kena lumpur" jawab Sanny.
"Terus kamu kenapa pulang?" Kakek Sanny heran.
"Sanny mau diantar sekolah sama Atuk aja" kata Sanny
"Kok gitu?" tanya kakeknya.
"Hehe, Sanny udah keburu telat Atuk" ucap Sanny malu-malu.
"Apa hubungannya sama Atuk?" tanya kakeknya lagi.