Kita kerap mengetahui seorang pelatih sepakbola yang baru ditunjuk, ada yang mampu mengangkat prestasi klubnya dibandingkan dengan pelatih yang lama padahal sama-sama mengandalkan para pemain yang hampir sama. Begitu juga nasib dari sebuah kota dapat menjadi lebih baik kerap ditentukan oleh pemimpin kotanya. Kuncinya adalah kepemimpinan yang kuat dan memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola sumber daya yang dimiliki baik itu dana, sumber daya manusia (SDM) dan perangkat penunjang lainnya.
Lihat bagaimana Pemimpin Singapura, Lee Kuen Yew yang berhasil menjalankan program NEWater, semua warga negara turut berpartisipasi mendukung kebijakan ini karena Lee Kuen Yew seorang pemimpin yang berkharisma dan visioner. Ia seorang pemimpin yang kuat yang begitu dihormati di dalam dan luar negeri.
Masih ingat dengan Walikota Seoul, Lee Myung Bak yang kemudian menjadi Presiden Korea Selatan, yang berani meruntuhkan jalan tol demi menghidupkan kembali aliran Sungai Cheonggyecheon. Meski sempat mendapat kritik dari publik, proyek revitalisasi kawasan sungai ini terus dilanjutkan dan sekarang hasilnya dapat dirasakan oleh masyarakat yang begitu bangga memiliki sungai alami di tengah kemegahan Kota Seoul bahkan Sungai Cheonggyecheon telah menjadi tujuan wisata favorit wisatawan dunia.
Di tanah air, kita dapat belajar kepada Walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini yang selalu masuk nominasi pemimpin terbaik dunia berkat keberhasilannya menata dan mempercantik wajah Kota Surabaya. Sekarang di kota pahlawan ini banyak terdapat taman-taman yang indah serta keberadaan kali/sungai yang jernih dan bersih serta dipenuhi ikan-ikan. Kepemimpinan Bu Risma menjadi contoh bahwa dalam mengelola kota tidak hanya ditentukan oleh regulasi dan sistem tetapi juga dapat ditentukan oleh kemampuan personal seorang pemimpin.
Pilkada Serentak
Pemilihan kepala daerah serentak tahun ini tentu ingin mendapatkan pemimpin berkualitas yang mampu memberikan pelayanan terbaik bagi warganya. Sebagai panduan awal, kita semua dapat melihat dari track record-nya serta visi dan misi yang akan ditawarkan.
Calon pemimpin harus menyadari bahwa air adalah kebutuhan publik paling mendasar. Disamping itu PBB telah menetapkan bahwa hak atas air adalah hak asasi manusia. Bahkan kita punya hari air sedunia (World Water Day) yang diperingati setiap tanggal 22 Maret setiap tahunnya, namun gerakannya masih bersifat seremonial, hari ini kita memperingatinya, besok kita sudah lupa lagi. Air merupakan sumber kehidupan sehingga tanpa air manusia tidak akan dapat bertahan hidup lama. Itu kenapa misi luar angkasa diantaranya guna menemukan planet air untuk dapat dihuni oleh umat manusia jika air di bumi tidak bisa dikonsumsi lagi.
Kebutuhan dasar berarti menyangkut hajat hidup orang banyak apabila dikaitkan dengan pilkada maka ada banyak calon pemilih disitu. Isu air menjadi isu yang sexy. Calon pemimpin menyadari betul hal tersebut tentu akan menawarkan visi misi yang memuat pengelolaan sumber daya air berkelanjutan, secara kualitas memenuhi syarat kesehatan, kuantitasnya cukup tersedia, terus mengalir (kontinuitas) dan tentu harus terjangkau. Pemimpin yang peduli air berarti seorang pemimpin yang peduli rakyat.
Pemimpin harus disukai oleh masyarakat. Bicara hal-hal paling disukai dan lagi digandrungi oleh masyarakat saat ini adalah sinetron Turki, ketika mereka pegang remote tv maka otomatis yang dipilih channel tv yang menyiarkan sinetron Turki tersebut ketimbang memilih sinetron Indonesia yang kadang lebay dan sudah dapat diterka end-ingnya.
Nah begitu juga bila Anda sebagai calon pemimpin pilkada yang benar-benar mau memperhatikan kebutuhan air minum rakyat pemilih Anda. Maka pasti secara otomatis para calon pemilih akan memilih Anda dengan sukarela karena mereka sudah terlanjur menyukai Anda seperti mereka menyukai Sinetron Turki “Cint@ di Musim Ceri”.
Semoga pilkada serentak tahun ini dapat berjalan lancar, aman, adil dan jujur serta dapat menghasilkan pemimpin yang jujur dan amanah. Amin. @Salam Kompasiana.