Mohon tunggu...
Imroah
Imroah Mohon Tunggu... Lainnya - Hidup dalam ketenangan

Seneng Ghibahahahaha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salah Bukan untuk Ditutupi, tapi Diakui

22 Mei 2021   19:49 Diperbarui: 22 Mei 2021   23:54 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mariam wanita yang baik, dia memperlakukan aku sebagaimana kekasihnya, memberi kepercayaan diri sebagai seorang laki-laki beruntung. Banyak laki-laki di lembaga itu merasa iri dengan kedekatan kami".

"Suatu saat salah seorang laki-laki yang pernah mendekati Mariam menyampaikan bahwa Mariam sudah tidak perawan".

"Sontak aku marah, sangat begitu marah bahkan dengan sengaja kupukul pipinya hingga terpental ke jalan raya. Aku tahu bahwa dia sangat iri dengan kedekatan kami, pasalnya dia pernah ditolak mentah-mentah oleh Mariam", Tambahnya.

Aku mencoba menelisik matanya yang nanar; memerah. Namun tidak ku pahami seperti ada dendam dari dua bola mata itu. Tanpa menyelah, aku dengan sabar mendengar setiap kalimat yang tertuang bersama prasangka-prasangka terhadap hubungan orang yang dipukul, Adam dan Mariam. 

Namun tidak ada sepatah kata yang bisa terucap untuk memotong emosi Adam yang telah masuk pada kejadian masa lalu. Ia kembali menitihkan air mata, kali ini dia tidak bisa menahan emosi menggebu.

"Selepas aku memukulnya,dia malah terkekeh seolah mengetahui dan yakin tentang yang diucapkan. Aku semakin marah. Kuucapkan padanya bahwa Mariam adalah wanita baik yang akan kunikahi". 

"Dia pun mengakhiri perkelahian dengan meninggalkan parkiran tempat aku dan dia beradu pukulan. Kala itu aku sangat ketakutan akan kehilangan Mariam", Sambungnya.

Aku semakin bingung dengan cerita Adam, sehingga kuberanikan diri memotong dengan pertanyaan "Apa hubungan Mariam, laki-laki itu dan ketakutanmu ?", tanyaku dengan rasa kebingungan.

"Tin, aku tidak berani menceritakan ini. Namun semakin ku pendam, maka semakin rasa ini tidak karuan. Aku harap kamu bisa menjaga amanah untuk tidak menceritakan ini kepada siapapun". 

"Biaran aku, Mariam, Tuhan dan kamu yang mengetahui ceritaku ini. Aku yang memprawani Mariam, dan kala itu aku sangat ketakutan jika hubungan kami didengar oleh orang lain. Aku mencintai Mariam Tin, bahwa perjakaku telah kuberikan padanya dengan senang hati", Ucapnya dengan penuh penyesalan.

Aku sangat syok mendengar pengakuan Adam dan entah apa yang ku dengar ini adalah sebuah kenyataan. Aku mencoba menenagkan diri dan tidak menanyakan apapaun kepada Adam. Secara khusyuk kudengar pengakuan yang membuat diri ini terkaget-kaget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun