Mohon tunggu...
Remegises Danial Y Pandie
Remegises Danial Y Pandie Mohon Tunggu... Editor - Editor

Saya adalah orang yang suka dengan tantangan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dinamika Kompleks Hubungan antara Agama dan Budaya dalam Masyarakat Sosial Indonesia: Pemahaman, Tantangan dan Peran Pendidikan

10 Desember 2023   08:45 Diperbarui: 10 Desember 2023   08:49 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan tidak akan berkembang, jika budaya masa lalu masih yang utama. (sumber gambar: Penelitian di Desa Boti, Kab. TTS, 2022: Remegises Pandie)

            Pendidikan Multikultural menawarkan alternative melalui penerapan setrategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada dimasyarakat khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama, status sosial, gender, kemampuan, umur, dan ras. Dengan demikian tujuan dari Pendidikan Multikultural bukan hanya sekedar untuk murid-murid dapat memahami sebuah pelajaran didalam bangku sekolah, namun lebih dari pada itu dimana murid (siswa) dapat menjadi pribadi yang bersifat humanis, pluralis dan demokratis. Untuk dapat mewujudkan keinginan ini tentu pendidik meliki peran yang sangat penting dimana diharapkan kepada setiap pendidik bukan hanya dapat menciptakan transfer ilmu didalam sebuah kelas melainkan juga ikut berperan untuk menanamkan nilai-nilai Pendidikan Multikultural seperti demokrasi, humanisme dan Pluralisme kepada naradidik.[15]

            Moderasi beragama sesungguhnya merupakan jiwa bangsa Indonesia yang saling bertenggang rasa, saling menghargai dalam perbedaan, dan saling support untuk kemajuan bersama tanpa pengabaian terhadap eksistensi kelompok tertentu. Eksistensi keberagaman etnik dengan budaya, bahasa, agama dan kepercayaan telah diterima sebagai kekayaan bersama dan menjadi identitas bangsa Indonesia, yang memungkinkan warga masyarakat hidup rukun dalam perbedaan. Identitas masyarakat Indonesia yang beragama dengan nilai-nilai kebangsaan seperti demokratis; keadilan, dan penghargaan terhadap hak kebebasan beragama belakangan mengalami pemudaran di kalangan sebagian orang yang kehilangan orientasi diri kebangsaan dan keIndonesiaan dengan mengabaikan kebhinekaan yang dimiliki bangsa ini.[16]

            Menjalankan moderasi beragama harus melalui pendekatan narasi komprehensif yang sifatnya positif, baik melalui media online maupun media konvensional. Dengan kata lain, pendekatan langsung dengan tokoh agama, tokoh masyarakat/suku serta masyarakat secara umum, sehingga agama dijadikan sebagai inspirasi batin yang mendorong terciptanya keseimbangan akal, jasmani dan rohani serta hak ataupun kewajiban. Agama sebagai jalan pemersatu yang bersifat inklusif. Menerima perbedaan sebagai keniscayaan dan tidak menganggap orang lain sebagai musuh. masing-masing hidup baik dan berdampingan, sehingga tidak akan terjadi konflik yang sifatnya intoleransi. Dengan demikian, puncak dari toleransi adalah semua agama saling mendorong untuk hidup dalam kebaikan/berdampingan dalam segala aspek kehidupan. Upaya tersebut menjamin masing-masing agama dapat memperlakukan agama lain lebih terhormat, menerima perbedaan, hidup dalam damai dan terciptanya harmoni antar umat beragama.[17]

Kesimpulan 

            Hubungan antara agama dan budaya dalam masyarakat sosial Indonesia adalah perpaduan yang kompleks dan harmonis. Keterkaitan ini telah membentuk identitas nasional yang beragam dan kaya. Untuk memastikan kelangsungan harmoni dan keragaman ini, penting bagi masyarakat Indonesia untuk terus memupuk pemahaman, toleransi, dan penghargaan terhadap agama dan budaya yang berbeda.

            Dalam praktik sosial dan tradisi, agama memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk perayaan agama, ritus, dan tradisi dalam suatu budaya. Perayaan agama tidak hanya memiliki makna religius, tetapi juga menjadi pilar-pilar dalam kalender budaya masyarakat.Agama juga memiliki pengaruh pada bahasa dan komunikasi. Banyak ungkapan, kata-kata, dan frasa dalam bahasa-bahasa tertentu berasal dari terminologi agama atau memiliki konotasi spiritual. Bahasa sering digunakan untuk merayakan atau menghormati nilai-nilai agama, serta untuk mengartikulasikan keyakinan dan pengalaman spiritual.

            Seni dan ekspresi budaya juga sering kali diwarnai oleh nilai-nilai agama. Agama dapat menjadi sumber inspirasi untuk seni rupa, musik, tari, dan literatur. Lukisan, musik, tari, dan literatur yang terkait dengan agama sering digunakan untuk menyampaikan pesan religius atau moral kepada masyarakat. Dalam menjalankan moderasi beragama, pendekatan narasi komprehensif yang positif melalui media online maupun media konvensional dapat digunakan. Pendekatan langsung dengan tokoh agama, tokoh masyarakat/suku, serta masyarakat secara umum juga penting untuk menjadikan agama sebagai inspirasi batin yang mendorong terciptanya keseimbangan akal, jasmani, dan rohani serta hak ataupun kewajiban. Dalam upaya menjaga harmoni dan keragaman agama dan budaya di Indonesia, penting bagi masyarakat untuk terus memupuk pemahaman, toleransi, dan penghargaan terhadap perbedaan.

 

Daftar Pustaka

Aliyanto, Deky Nofa, and Sinta Kumala Sari. "Makna Warna Merah Dalam Tradisi Etnis Tionghoa Sebagai Jembatan Komunikasi Untuk Memperkenalkan Makna Darah Yesus." Jurnal Gamaliel: Teologi Praktika 1, no. 2 (2019): 93--103.

Faturahman, Burhanudin Mukhamad. "Pluralisme Agama Dan Modernitas Pembangunan." Prosiding Seminar Nasional Islam Moderat 1 (September 2018): 20--41.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun