Pengalaman mengikuti event Nangkring Webinar bersama Bank Indonesia dan Kompasiana beberapa waktu lalu sedikit memberi kebanggaan kepada diri sendiri. Webinar yang mengangkat topik tentang Kebijakan Makroprudensial itu telah memberi kesadaran, bahwa meskipun kecil, saya punya andil dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Hal kecil yang saya lakukan itu adalah menjadi konsumtif. Tanpa lupa menjadi produktif,tentunya. Tanpa disadari kebiasaan jajan offline dan online, menabung, dan berinvestasi, adalah bentuk simpel dari dukungan terhadap Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) negara.
Berat ya, bahasannya. Ternyata tidak. Yuk kita bahas kenapa aktivitas yang kesannya receh itu dibutuhkan oleh Indonesia saat ini.
Jajan
Jajan di sini maksudnya belanja apa saja yang kita pingin, entah cuma makanan dan minuman, perintilan, gadget, barang elektronik, otomotif, sampai properti. Dengan mengeluarkan uang, kita telah memberikan pendapatan/ pemasukan kepada pedagangnya. Itu merupakan pendapatan yang mungkin dibutuhkan mereka untuk memenuhi kehidupan. Bisa untuk membeli keperluan hidup, membayar tagihan rutin, ditabung, diinvestasi, dan untuk dijadikan modal usaha keesokan harinya.
Jajan ini tidak terbatas belanja langsung di warung atau nongkrong di kafe favorit. Belanja online juga termasuk aktivitas transaksi yang berperan penting dalam menjaga kestabilan sistem keuangan. Di sini malah banyak banget yang terlibat langsung. Misalnya kita sendiri sebagai pembeli. Terus e-commerce tempat kita belanja. Pedagang barang yang kita minati. Distributor barang yang berkolaborasi dengan pedagang. Terus bank atau aplikasi pembayaran elektronik yang kita gunakan. Aktivitasnya nggak kelihatan, tapi dampak ekonominya terasa.
Sementara buat kita sendiri, pastinya ada gaji atau income dari usaha yang dilakukan. Punya penghasilan tentunya ingin dinikmati, dong. Nggak cuma dibiarkan menumpuk.
Menabung
Ada dua metode menabung yang saya lakukan, yaitu menabung biasa yang uangnya bisa digunakan kapanpun saya mau, misalnya untuk transfer hasil belanjaan di marketplace, atau untuk diambil tunai untuk keperluan sehari-hari. Satu lagi, saya menabung dengan cara deposito.
Cara ini akan menjadi sumber dana bagi bank tempat saya menaruh uang, baik untuk membayar keperluan perusahaan, juga untuk membiayai berbagai kegiatan produksi masyarakat. Misalnya, ada yang ingin mengajukan kredit sebagai modal atau untuk mengembangkan usaha.
Mudah-mudahan usaha yang dijalankan itu lancar dan berkembang, sehingga menyerap banyak tenaga kerja. Dengan begitu, bank dapat menjalankan fungsi dan tugasnya secara ideal. Sementara masyarakat mendapatkan manfaatnya.
BerinvestasiÂ
Jujur, saya baru melek investasi baru sekitar dua tahun ini. Saya sadar bahwa cara ini sedikit lebih menguntungkan daripada sekadar menabung konvensional dengan menumpuk uang di rekening tabungan. Tentunya disesuaikan dengan kemampuan, sehingga bisa memperhitungkan risiko dan keuntungannya.
Setahun terakhir ini saya coba-coba berinvestasi dengan nabung saham dan membeli Surat Berharga Negara (SBN). Dengan menbung saham, saya turut berkontribusi dalam memberikan kepercayaan kepada perusahaan lokal untuk terus melakukan proses produksi demi memenuhi kebutuhan masyarakat.
Mhm, namanya pemula, pilihan saya adalah sebagai investor jangka panjang yang menaruh kepercayaan kepada perusahaan yang memiliki catatan keuangan bagus. Belum berani main-main kayak yang lain, beli lalu jual sesuka hati meskipun pahan analisis dan triknya.
Satu lagi pilihan investasi saya adalah dengan membeli Surat Berharga Negara (SBN). Ini sih, ada sedikit unsur melakolis dan patriotismenya. Dengan membeli SBN retail, saya bukan hanya menanamkan modal untuk dikembangkan, karena kalau dihitung-hitung, kupon atau bunganya nggak besar-besar amat sampai bikin jadi passive income, meskipun memang lebih besar dari bunga deposito.
Membeli SBN, seperti Saving Bond Ritel (SBN), Sukur Ritel (ST), dan Obligasi Negara Ritel (ORI), berarti saya berkontribusi bagi negeri, karena produk investasi ini merupakan milik pemerintah yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan. Dana yang terkumpul dari masyarakat akan digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan, seperti sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur, atau fasilitas publik lainnya.
Jadi, meskipun saya bukan petinggi negara, saya juga punya andil dalam pembangunan negara ini. Toh, prosesnya gampang, serta keamanan dana lebih terjamin, karena negara langsung yang mengelola dan mempertanggungjawabkannya. Setidaknya, ini cara saya berbakti pada negeri. Nggak ngeluh terus kenapa utang luar negeri nambah terus, tapi kitanya sebagai WNI nggak ngasih solusi apa-apa.
Tunjukin, dong!
Konsumtif yang Positif
Ternyata, nggak susah-susah amat kan, berkontribusi dalam menjaga kestabilan sistem keuangan negara. Masyarakat awan seperti kita-kita ini, justru punya peran penting. Kebiasaan konsumtif demi memenuhi kebutuhan hidup nggak selamanya negatif. Tapi, ya dipilah-pilah juga. Jangan sampai mikirnya terlalu jauh, belanjanya nggak main mikir.
Pengeluaran pribadi juga harus produktif melalui kegiatan investasi. Zaman sekarang pilihan instrumen investasi sudah beragam, dari yang offline datang langsung ke bank/ lembaga jasa keuangan, sampai yang online melalui aplikasi keuangan, misalnya Fintech Peer to Peer Lending.
Secara nggak langsung, ternyata, kegiatan receh yang tanpa kita sadari karena sudah jadi kebiasaan, membuktikan bahwa manusia emang harus hidup berkolaborasi. Jajan-jajan kecil, pinjam duit di bank, atau investasi tipis-tipis, efeknya bisa massive banget, dari mempengaruhi hidup individu, orang di sekitar, sampai stabilitas ekonomi negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H