Mohon tunggu...
Putu Arya Reksa Anggratyas
Putu Arya Reksa Anggratyas Mohon Tunggu... Dosen - Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram

Seorang dosen di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram dengan keahlian di bidang pariwisata dan perhotelan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menelisik Kondisi Terkini Ekowisata Hutan Mangrove Sekotong Tengah-Lombok Bersama Mahasiswa STP Mataram

12 September 2024   07:59 Diperbarui: 12 September 2024   08:01 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi Terkini Hutan Mangrove Sekotong Tengah  

Jembatan Kayu di Ekowisata Hutan Mangrove Sekotong Tengah, Mulai Keropos di Beberapa Bagian (Sumber: Dok. Pribadi)
Jembatan Kayu di Ekowisata Hutan Mangrove Sekotong Tengah, Mulai Keropos di Beberapa Bagian (Sumber: Dok. Pribadi)

Namun saat saya dan para mahasiswa melakukan observasi, kondisi Hutan Mangrove Sekotong Tengah memperlihatkan wajah yang berbeda dibandingkan dengan saat destinasi ini menjadi pusat perhatian wisatawan. Beberapa bagian jalur kayu yang membentang di atas air tampak mulai lapuk, catnya memudar, bahkan ada beberapa papan yang perlu diganti. Menara pengamat burung yang dulu menjadi tempat favorit untuk berswafoto dan menikmati pemandangan hutan mangrove dari atas kini sudah tidak boleh dinaiki lagi yang dimana menurut pengelola destinasi Pak Marwi kayu menara sudah banyak yang keropos dan kondisi kayunya yang lapuk sehinga cukup berbahaya bagi pengunjung.

Banyak wisatawan yang mengeluhkan khususnya saat wisatawan memasuki kawasan hutan mangrove, yang menurut Bapak Marwi dimana wisata akan disambut dengan pemandangan lingkungan sekitar rumah-rumah warga di area pintu masuk. Sayangnya, kondisi di sekitar pintu masuk ini terlihat kurang tertata rapi dan cenderung kumuh. Kesan pertama yang diberikan kurang menarik, dan hal ini dapat memengaruhi pengalaman awal pengunjung sebelum mereka menjelajahi keindahan alam di dalam kawasan hutan mangrove.

Warung Makan Terapung di Ekowista Hutan Mangrove Sekotong Tengah ( Sumber: Dok. Pribadi)
Warung Makan Terapung di Ekowista Hutan Mangrove Sekotong Tengah ( Sumber: Dok. Pribadi)

Restoran yang dulu memiliki kolam ikan sendiri, di mana pengunjung bisa melihat ikan diambil langsung untuk kemudian dimasak, kini tak lagi beroperasi seperti sebelumnya karena sepinya pengunjung. Hal ini juga berdampak pada home stay yang tersedia, di mana kondisinya kurang optimal untuk menerima tamu. Fasilitas seperti spot-spot swafoto yang pernah mendatangkan banyak wisatawan juga terlihat tak terawat. Lampu penerangan di sepanjang jalur setapak khususnya untuk malam hari, kini tidak lagi menyala menambah kesan redup tempat ini. 

Ekowsiata Hutan Mangrove Sekotng Tengah Pada Malam Hari (Sumber: www.GenPI.Com) 
Ekowsiata Hutan Mangrove Sekotng Tengah Pada Malam Hari (Sumber: www.GenPI.Com) 

Beberapa industri kecil yang dahulu memanfaatkan pohon mangrove untuk menghasilkan produk-produk unik, seperti kopi mangrove dan pembuatan sirup, kini mulai berhenti beroperasi. Keterbatasan pendanaan menjadi salah satu kendala utama yang menyebabkan sulitnya menjaga kelangsungan industri ini. Tanpa dukungan finansial yang memadai, pengelolaan dan perawatan fasilitas produksi menjadi terhambat, sehingga industri yang sempat menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan kini tidak lagi aktif. 

Contoh Produk Kopi Berasal Dari Buah Pohon Bakau (Sumber: www.menlhk.go.id) 
Contoh Produk Kopi Berasal Dari Buah Pohon Bakau (Sumber: www.menlhk.go.id) 
Meskipun beberapa fasilitas lainnya mengalami penurunan, toilet dan gazebo di kawasan hutan mangrove masih cukup terawat. Kebersihan toilet tetap dijaga dengan baik, memberikan kenyamanan bagi pengunjung yang membutuhkan fasilitas tersebut. Gazebo juga masih dapat digunakan sebagai tempat beristirahat,  sehingga pengunjung tetap bisa menikmati waktu santai di antara perjalanan mereka. 

Menurut pengelola Pokdarwis, dana desa yang dialokasikan untuk pemeliharaan kawasan hutan mangrove ini tidak mencukupi untuk menutupi semua kebutuhan perawatan. Penurunan tajam dalam jumlah kunjungan wisatawan juga memperparah situasi, karena pendapatan dari tiket masuk dan aktivitas wisata semakin berkurang. Akibatnya, mereka mengalami kesulitan dalam melakukan peremajaan fasilitas, yang berujung pada kondisi infrastruktur yang semakin menurun dan kurang menarik bagi pengunjung baru.

Tantangan dan Peluang 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun