Kondisi Terkini Hutan Mangrove Sekotong Tengah Â
Namun saat saya dan para mahasiswa melakukan observasi, kondisi Hutan Mangrove Sekotong Tengah memperlihatkan wajah yang berbeda dibandingkan dengan saat destinasi ini menjadi pusat perhatian wisatawan. Beberapa bagian jalur kayu yang membentang di atas air tampak mulai lapuk, catnya memudar, bahkan ada beberapa papan yang perlu diganti. Menara pengamat burung yang dulu menjadi tempat favorit untuk berswafoto dan menikmati pemandangan hutan mangrove dari atas kini sudah tidak boleh dinaiki lagi yang dimana menurut pengelola destinasi Pak Marwi kayu menara sudah banyak yang keropos dan kondisi kayunya yang lapuk sehinga cukup berbahaya bagi pengunjung.
Banyak wisatawan yang mengeluhkan khususnya saat wisatawan memasuki kawasan hutan mangrove, yang menurut Bapak Marwi dimana wisata akan disambut dengan pemandangan lingkungan sekitar rumah-rumah warga di area pintu masuk. Sayangnya, kondisi di sekitar pintu masuk ini terlihat kurang tertata rapi dan cenderung kumuh. Kesan pertama yang diberikan kurang menarik, dan hal ini dapat memengaruhi pengalaman awal pengunjung sebelum mereka menjelajahi keindahan alam di dalam kawasan hutan mangrove.
Restoran yang dulu memiliki kolam ikan sendiri, di mana pengunjung bisa melihat ikan diambil langsung untuk kemudian dimasak, kini tak lagi beroperasi seperti sebelumnya karena sepinya pengunjung. Hal ini juga berdampak pada home stay yang tersedia, di mana kondisinya kurang optimal untuk menerima tamu. Fasilitas seperti spot-spot swafoto yang pernah mendatangkan banyak wisatawan juga terlihat tak terawat. Lampu penerangan di sepanjang jalur setapak khususnya untuk malam hari, kini tidak lagi menyala menambah kesan redup tempat ini.Â
Beberapa industri kecil yang dahulu memanfaatkan pohon mangrove untuk menghasilkan produk-produk unik, seperti kopi mangrove dan pembuatan sirup, kini mulai berhenti beroperasi. Keterbatasan pendanaan menjadi salah satu kendala utama yang menyebabkan sulitnya menjaga kelangsungan industri ini. Tanpa dukungan finansial yang memadai, pengelolaan dan perawatan fasilitas produksi menjadi terhambat, sehingga industri yang sempat menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan kini tidak lagi aktif.Â
Meskipun beberapa fasilitas lainnya mengalami penurunan, toilet dan gazebo di kawasan hutan mangrove masih cukup terawat. Kebersihan toilet tetap dijaga dengan baik, memberikan kenyamanan bagi pengunjung yang membutuhkan fasilitas tersebut. Gazebo juga masih dapat digunakan sebagai tempat beristirahat, Â sehingga pengunjung tetap bisa menikmati waktu santai di antara perjalanan mereka.Â
Menurut pengelola Pokdarwis, dana desa yang dialokasikan untuk pemeliharaan kawasan hutan mangrove ini tidak mencukupi untuk menutupi semua kebutuhan perawatan. Penurunan tajam dalam jumlah kunjungan wisatawan juga memperparah situasi, karena pendapatan dari tiket masuk dan aktivitas wisata semakin berkurang. Akibatnya, mereka mengalami kesulitan dalam melakukan peremajaan fasilitas, yang berujung pada kondisi infrastruktur yang semakin menurun dan kurang menarik bagi pengunjung baru.
Tantangan dan PeluangÂ