Suatu kasus yang menarik terlihat dari salah satu himpunan video yang ditampilkan oleh seorang fans Kim Heechul pada laman daring Youtube. Pada himpunan video itu, fans mengumpulkan berbagai sumber yang menunjukkan banyak bukti audio visual terhadap rumor homoseksual yang melingkupi Kim Heechul. Bukti audio visual itu merupakan himpunan sumber dengan periode penayangan dari tahun 2006 hingga tahun 2018.Â
Pada kenyataan ini, terdapat dua kesamaan antara fans dan sejarawan, yaitu pengumpulan sumber yang baik dan pemilihan sudut pandang. Tentu fans tersebut dapat memilih sudut pandang lain yang menunjukkan fakta bahwa Kim Heechul merupakan idola dengan kemampuan ingatan yang tinggi misalnya.Â
Demikian pula ketika sejarawan memilih untuk menulis tentang Soekarno, dapat saja memilih sudut pandang sebagai proklamator ataupun mengenai kisah cintanya. Keduanya merupakan hak prerogatif sejarawan.
Pada kasus di atas, seorang fans telah mengamalkan tahap interpretasi dalam metode kesejarahan. Interpretasi bahwa rumor homoseksual memang kuat melingkupi Kim Heechul didapatkan dari penghimpunannya pada berbagai macam sumber yang mendukung asumsi awalnya itu. Demikian pula, hal semacam ini adalah hal yang seharusnya diamalkan seorang sejarawan ketika melakukan interpretasi.Â
Pada akhirnya fans tadi melaksanakan tahapan historiografi ketika menayangkan rangkaian audio visual yang telah disunting sedemikian rupa agar memberikan informasi mengenai rumor-rumor homoseksual yang melingkupi Kim Heechul. Bagaimanapun, bentuk historiografi masa kini tidak dapat dibatasi pada tulisan ilmiah semata. Karya film dokumenter dan berbagai bentuk lain juga dapat dikategorikan sebagai historiografi.
Dengan demikian, terdapat dua pelajaran yang dapat ditarik dari berbagai kemiripan tadi, yaitu pelajaran kepada sejarawan dan pelajaran kepada fans. Sejarawan masa kini seharusnya membuka pikirannya untuk pengelolaan sumber yang lebih beragam.Â
Keterbatasan sejarawan untuk mengungkapkan berbagai fakta sejarah terkadang justru terbentur pada 'penulisan' yang tidak mencapai khalayak ramai. Dengan demikian, historiografi dalam bentuk lain perlu dipertimbangkan.Â
Selain itu, seorang sejarawan juga cenderung mengabaikan berbagai sumber sejarah yang dinilai sebagai sumber sejarah yang akan datang. Yang dimaksudkan sebagai sumber sejarah yang akan datang itu adalah berbagai informasi mengenai peristiwa masa kini. Dalam kasus ini, fans grup musik Korea memiliki kualitas yang sangat baik untuk menangkap berbagai informasi mengenai idolanya pada masa kini, yang pada masa depan dapat digunakan sebagai sumber sejarah.
Di samping pelajaran bagi sejarawan, terselip pula beberapa pesan bagi fans atau K-Popers yang populasinya sangat banyak itu. Pada bagian awal, telah diterangkan peran vital fans dalam pencatatan sejarah idolanya. Oleh sebab itu, terselip pesan kehati-hatian yang seharusnya diamalkan oleh fans dalam 'penulisan sejarah' atau upaya narasi yang dilakukannya terhadap idolanya.
 Hal ini tidak kurang karena catatan-catatan mereka itulah yang akan dinilai sebagai sumber primer sezaman tentang idola mereka oleh para sejarawan masa depan. Video, catatan daring, dan berbagai perbincangan di forum akan menjadi sumber informasi masa depan untuk menilai tokoh idola yang telah memenuhi syarat sebagai tokoh sejarah tadi.Â