Mohon tunggu...
Regina SSS
Regina SSS Mohon Tunggu... Jurnalis - mahasiswa S2 SIL UI

sayang lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Melirik Pariwisata Laut di Kepulauan Seribu

19 April 2020   09:20 Diperbarui: 19 April 2020   09:19 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Melirik pariwisata laut di Kepulauan Seribu

Indonesia merupakan negara bahari dengan kekayaan biota laut yang luar biasa. Sebagai negara archipelago yang memiliki 17.054 pulau dan memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, Indonesia tentunya memiliki potensi wisata  laut yang sangat menjual. Namun jika tidak benar menerapkannya, alam laut Indonesia bisa rusak dan tidak memiliki nilai sama sekali.

Pertanyaannya, apakah semua pihak yang bekerja di sektor wisata laut paham arti keberlanjutan? Jawabannya bisa jadi tahu, namun apakah diterapkan dengan sungguh-sungguh? Atau anggaplah semua yang bekerja di sektor ini tahu, tapi apakah para pengunjungnya tahu? 

Kepulauan Seribu merupakan wisata bahari yang letaknya tidak jauh dari Jakarta. Tempat wisata yang mudah digapai secara jarak dan kocek. Justru karena kemudahannya diraih, pengunjungpun membludak, melebihi carryng capacity, terutama weekend, atau libur panjang. Penumpukan pengunjung bisa kita lihat di pelabuhan Muara Angke untuk antri menyeberang pada Sabtu pagi terutama.

Bisa dibayangkan, ribuan pengunjung, datang di waktu  dan tempat yang sama, pasti sampahnya juga banyak. Belum lagi jika mereka snorkeling di lokasi yang sama, lalu tidak semua terbiasa menggunakan fin (sepatu katak), mereka menyepak-nyepak karang-karang. 

Atau saat mereka lelah lalu asal berdiri di atas karang, dan berfoto-foto sambal memegang biota laut untuk segera diunggah di sosial media. Serta banyak lagi polah pengunjung yang sembarangan yang tak dipikir panjang dampaknya.

Apalagi, ada target pemasukan yang harus dikejar, karena Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) jadi diwajibkan ikut mendongkrak roda perekonomian negara.

Artinya, jika masih memungkinkan, sebanyak-banyaknya pengunjung harus bisa ditampung dan tidak booleh ditolak. Hal itu jika tidak diantisipasi, akan semakin merusak kondisi Kepulauan Seribu yang sudah rusak. Ingat, apabila hanya mengejar perekonomian tanpa memikirkan keberlanjutan lingkungannya, otomatis colaps, percuma. 

Lalu apa yang diharapkan jika isi lautnya rusak dan tak bisa dipandang lagi? Darimana pemasukan finansialnya? Secara otomatis, jika rusak sumber daya alamnya, tak aka nada pengunjung yang mau datang. Jadi kesadaran ekologis memang harus ditanamkan, karena sangat penting menjaga keberlanjutan.

Miller & Spoolman (2016) mendefinisikan keberlanjutan yaitu kapasitas dari sistem alami di bumi dan sistem budaya manusia untuk bertahan, berkembang dan beradaptasi pada perubahan kondisi lingkungan untuk jangka Panjang. 

Artinya, jika dikaitkan dengan pola perilaku pengunjung di atas dalam berhadapan dengan sistem alam di bawah laut, maka alam akan cepat rusak dan tidak terjadi keberlanjutan.

Pemanfaatan  sumber  daya  alam  dan  lingkungan  dilakukan  bukan sekedar  untuk  memenuhi kebutuhan  manusia  sesaat  atau  dalam  jangka  pendek  saja,  tetapi  untuk  dapat  memenuhi kebutuhan  manusia  dalam  kurun  waktu  yang  panjang  (lama). 

Agar  sumber  daya  alam  dan lingkungan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan maka diperlukan kajian yang mendalam mengenai  ketersediaan  dan  daya  dukung  sumber  daya  alam  dan  lingkungan,  kemampuan ekosistem  untuk  kembali  kepada  kondisi  semula  (resiliensi  ekosistem),  dampak  eksplorasidan   eksploitasi   terhadap   lingkungan,   perencanaan   dengan   pertimbangan   faktor-faktorekonomi dan ekologi jangka panjang (Gunawan, 1997).

Strategi Menuju Keberlanjutan

Salah satu pemandu wisata di Pulau Harapan, Kepulauan Seribu, Syahrul Fauzi mengatakan bahwa sebagian besar pemandu wisata di Kepulauan Seribu pasti pernah mengikuti pelatihan. Pada pelatihan tersebut, tentu akan diajarkan bagaimana menjaga alam bawah laut tetap sehat dan tidak rusak.

Setiap pelatihan akan diajarkan untuk menjaga laut dan biota di dalamnya, teknik-teknik meningkatkan ekosistem, melarang pembuangan jangkar oleh kapal-kapal namun diikat ke batu supaya tidak merusak karang. 

Juga yang tidak kalah penting memperbanyak pengetahuan konservasi supaya dalam memandu wisata tidak hanya menemani namun mengajak pengunjung untuk tahu ilmu baru dan ikut menjaga kelestarian.

Pengecekan tutupan terumbu karang yang menjadi indikator kerusakan harus terus dilakukan, perbaikan dan penanaman kembali terumbu karang jenis Coral branching yang rawan patah (jenis terumbu karang batang paling banyak di Kepulauan Seribu), perlindungan dan pelestarian penyu sisik, penanaman mangrove dan patroli pengawas  harus terus dilakukan

Menjaga supaya keberlanjutan sumber daya alam kita tetap berlangsung, pada akhirnya menjadi tanggung jawab semua orang, termasuk masyarakat setempat. 

Namun ada beberapa faktor lain yang juga mendukung agar semakin kuat seperti antara lain adanya pendidikan berbasis lingkungan, penegakkan hukum yang bertangan dingin, perkonomian masyarakat yang mencukupi serta kebijakan pemerintah yang serius dan konsisten. 

Mau tak mau harus diterapkan, jika ingin memperbaiki sumber daya alam Kepulauan Seribu yang mulai rusak dan supaya dapat menikmati  wisata alam laut Kepulauan Seribu terus menerus. 

Penulis :Regina Septiarini S, Mahasiswa Sekolah Ilmu Lingkungan

Universitas Indonesia

Referensi:

Gunawan,M.P.1997.Penelitian  Sistem  Kepariwisataan  Nasional.Jakarta:Deparpostel-Lembaga Peneltian Institut Teknologi Bandung.

Miller, G. T., & Spoolman, S. E. (2016). Environmental Science (15th ed.). Boston: Cengage Learning

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun