Mohon tunggu...
Regina Rahma Azalia
Regina Rahma Azalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pariwisata Universitas Gadjah Mada

Saya seorang mahasiswi jurusan Pariwisata yang sangat gemar mengeksplor kuliner dan travelling ke wisata alam. Saya senang mempelajari budaya suatu daerah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Konservasi atau Kontroversi? Apakah Ekowisata Hanya Sebuah Mimpi?

5 Desember 2022   14:15 Diperbarui: 5 Desember 2022   14:19 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telur Penyu (Sumber : suarantb.com)

Mereka tidak menyadari bahwa populasi penyu bisa semakin menipis. Apabila dilihat dari sisi ekowisata, bagaimana wisatawan mendapatkan edukasi dari masyarakat lokal, sedangkan yang dilakukan oleh masyarakat lokalnya sendiri saja seperti itu? Apakah bisa menjadi sebuah ekowisata? Pemerintah mulai bergerak dengan memberikan surat edaran untuk segera menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Tetapi, hal tersebut belum tentu berjalan sesuai dengan aturan yang dikeluarkan. 

Ketika masyarakat lokal saja tidak sadar akan pentingnya konservasi terhadap makhluk hidup disekitarnya maka akan sangat sulit untuk membangun ekowisata di masa yang akan datang. Kesadaran dari masyarakat lokal sangat dibutuhkan sebagai dasar pembangunan ekowisata yang berkelanjutan.

Selain permasalahan mengenai konsumsi telur penyu yang dilakukan secara terus menerus, masalah mengenai kekayaan tambang yang dimiliki oleh Sumbawa Barat juga menjadi kontroversi bagi perkembangan ekowisata. Masyarakat Sumbawa Barat masih berfokus pada sektor tambang dan mengesampingkan sektor pariwisata. Meski sudah mulai dibangun berbagai amenitas dan aksesibilitas di area wisata, tetapi masyarakat lokal tidak mengembangkan dan tidak sadar pentingnya ekowisata. Sehingga masyarakat lokal tidak sadar bahaya yang ditimbulkan dengan adanya tambang. 

Seperti bahaya ketika limbah penambangan pencucian dari pemisahan batubara dan sulfur mampu mencemari air sungai. Bahaya air yang tercemar sangat berdampak bagi semua ekosistem. Air sungai yang mengalir ke lautan menjadi boomerang bagi biota laut dan juga penyu. Sehingga sangat membahayakan bagi keberlangsungan biota laut. 

Dalam kedua permasalahan ini, terlihat jelas bahwa tidak ada keberlanjutan pariwisata dan ekosistem lingkungan. Oleh karena itu, agar ekowisata tidak hanya sebagai mimpi pemerintah perlu melakukan pengembangan dan pelatihan ekowisata kepada masyarakat Sumbawa Barat mengenai betapa bahayanya populasi penyu apabila kebiasaan tersebut tidak mulai dihilangkan. Dan perlu diberikan edukasi menjaga, merawat, dan melestarikan penyu untuk kemajuan masa depan. Jika budaya yang terjadi tidak dapat dihilangkan maka ekowisata tidak akan pernah tercipta dan akan terus menjadi mimpi. 

Namun apabila masyarakat Sumbawa Barat mau mengubah pola pikir mereka, maka ekowisata akan berjalan dan ekosistem penyu akan semakin bertambah serta dapat menjadi tempat wisata yang menarik lebih banyak wisatawan dengan memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar berkali-kali lipat untuk masa depan. Dimulai dengan mengembangkan sektor pariwisata berbasis ekowisata dapat diyakinkan mampu mengurangi perburuan telur penyu secara liar. 

Tetapi untuk mengembangkan hal tersebut, harus diikuti kebijakan pelarangan untuk para pejabat agar tidak mengkonsumsi telur penyu yang sudah menjadi kebudayaan. Jadi tidak hanya masyarakat lokal saja yang berusaha menghilangkan kebiasaan tersebut. 

Melihat masa depan ekowisata sangat dibutuhkan prinsip dasar yang menjadi landasan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Didukung oleh kesadaran masyarakat yang memang sadar akan pentingnya konservasi lingkungan dan flora fauna menjadi poin utama. Selain itu, masyarakat perlu adanya edukasi lebih mendalam yang nantinya bisa disalurkan kepada wisatawan. Dengan pemikiran seperti itu, ekowisata di masa depan akan berkelanjutan.

Referensi :

Anonim. - . Kerusakan Lingkungan Akibat Usaha / Kegiatan Pertambangan. https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article/Kerusakan%20Lingkungan%20Akibat%20Pertambangan.pdf 

Komarudin, Nurul Amri. Agustus 2022. KONSERVASI PENYU DI KAWASAN EKOSISTEM ESENSIAL NIPAH SEBAGAI UPAYA DALAM MENJAGA SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN PERAIRAN. https://uts.ac.id/2022/08/25/konservasi-penyu-di-kawasan-ekosistem-esensial-nipah-sebagai-upaya-dalam-menjaga-sumber-daya-alam-dan-lingkungan-perairan/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun