Mohon tunggu...
Regina Rahma Azalia
Regina Rahma Azalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pariwisata Universitas Gadjah Mada

Saya seorang mahasiswi jurusan Pariwisata yang sangat gemar mengeksplor kuliner dan travelling ke wisata alam. Saya senang mempelajari budaya suatu daerah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Konservasi atau Kontroversi? Apakah Ekowisata Hanya Sebuah Mimpi?

5 Desember 2022   14:15 Diperbarui: 5 Desember 2022   14:19 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Kenawa di Sumbawa Barat, NTB (Sumber : travel.okezone.com)

Sekarang ini terdapat jenis pariwisata yang dapat membantu menjaga dan melestarikan destinasi yang dikunjungi, yaitu Ekowisata. Ekowisata menjadi salah satu wisata alternatif pilihan. Secara umum, ekowisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan wisata yang penuh tanggung jawab terhadap suatu destinasi dengan tujuan untuk mengkonservasi alam serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Ekowisata dikembangkan sebagai bentuk reaksi atas berbagai dampak negatif pengembangan pariwisata yang bersifat massal (mass tourism).  

Menurut Goodwin (1996), ekowisata dikatakan sebagai kegiatan pariwisata alam yang berkontribusi langsung terhadap perlindungan spesies dan habitat sebagai basis atraksi dan secara tidak langsung memberikan manfaat ekonomi pariwisata bagi masyarakat lokal. Dengan adanya pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa jenis pariwisata ini merupakan bentuk pariwisata alam yang berkelanjutan. Fokus utama dari kegiatan ekowisata adalah pengalaman dan pembelajaran mengenai alam, pengelolaan dengan meminimalkan dampak negatif, tidak konsumtif, dan berorientasi pada sumber daya atau modal lokal (Fennell, 1999). 

Kekayaan alam yang dipenuhi oleh ekosistem flora dan fauna menjadi simbol tersendiri bagi Indonesia, yang tak jarang dijadikan sebagai objek wisata. Seperti halnya di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat yang memiliki berbagai pemandangan alam yang sangat menarik untuk dikunjungi, khususnya hamparan pantai dengan pasir putih dan gradasi warna biru yang terlihat di permukaan. 

Di sepanjang garis pantai Kecamatan Maluk dan Kecamatan Sekongkang menjadi lokasi para penyu bertelur. Meski demikian wisatawan tetap datang dan pengelola pantai tetap menjadikan lokasi tersebut sebagai objek wisata. Dengan adanya hal tersebut dikhawatirkan nantinya akan mengganggu ekosistem penyu yang ada di sana. 

Banyak slogan yang beredar tentang pelestarian penyu dengan kalimat “Mari Lindungi Penyu dan Habitatnya!”, “Sebarkan cinta dan jadikan bumi tempat tinggal yang lebih baik bagi penyu.”, hingga kalimat “Samudra tanpa penyu terasa tidak lengkap.” Slogan tersebut seolah-olah mengajak kita semua untuk merawat, melindungi, melestarikan, dan menjaga penyu serta habitatnya. Bahkan banyak juga Lembaga Swadaya Masyarakat baik itu nasional maupun internasional, serta instansi pemerintah ikut mengajak untuk menjaga sumber daya alam. 

Seperti yang telah diketahui, penyu menjadi salah satu hewan air yang keberadaanya dilindungi dalam perundang-undangan. Yang mana secara hukum semua jenis penyu yang ada di Indonesia telah dilindungi. Sehingga semua bagian dari penyu seperti, daging, telur, kerapas, dan segala bentuk produk keturunannya tidak boleh dieksploitasi, dikonsumsi, dan bahkan diperjual-belikan. Meski begitu penyu memberikan manfaat bagi manusia walaupun tidak secara langsung.

 Menurut Wilson et al. (2014) Penyu berperan penting dalam menjaga ekosistem laut yang sehat. Laut yang sehat akan menjadi habitat berjuta-juta ikan sebagai sumber protein penting bagi manusia. Sehingga rantai tersebut akan terus berhubungan dan saling memberikan manfaat. Selain itu, penyu mengambil peran penting dalam menjaga kesehatan laut, yaitu dengan cara merumput, mengontrol distribusi spons, mendistribusikan nutrisi, memangsa ubur-ubur, dan mendukung kehidupan biota laut yang lain.

Dengan semakin menurunnya populasi penyu, berbanding lurus dengan berkurangnya kemampuan penyu melakukan fungsi pentingnya di laut. Oleh karena, melestarikan penyu menjadi hal yang paling utama untuk dikembangkan.

Telur Penyu (Sumber : suarantb.com)
Telur Penyu (Sumber : suarantb.com)

Namun yang terjadi di Sumbawa Barat berbanding terbalik dengan hal tersebut, terjadi pemburuan telur penyu secara liar. Mulai dari seorang pejabat hingga pelajar mereka mengkonsumsi telur penyu yang dijadikan suguhan istimewa. Bahkan sudah menjadi budaya bagi masyarakat Sumbawa Barat untuk menyuguhkan telur penyu dan merasa berbangga diri ketika bisa memberikan suguhan tersebut. Hal ini terjadi karena masyarakat setempat memburu telur penyu kemudian dijual dengan harga yang cukup mahal, kegiatan tersebut dijadikan sumber pendapatan utama bagi masyarakat lokal. 

Mereka tidak menyadari bahwa populasi penyu bisa semakin menipis. Apabila dilihat dari sisi ekowisata, bagaimana wisatawan mendapatkan edukasi dari masyarakat lokal, sedangkan yang dilakukan oleh masyarakat lokalnya sendiri saja seperti itu? Apakah bisa menjadi sebuah ekowisata? Pemerintah mulai bergerak dengan memberikan surat edaran untuk segera menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Tetapi, hal tersebut belum tentu berjalan sesuai dengan aturan yang dikeluarkan. 

Ketika masyarakat lokal saja tidak sadar akan pentingnya konservasi terhadap makhluk hidup disekitarnya maka akan sangat sulit untuk membangun ekowisata di masa yang akan datang. Kesadaran dari masyarakat lokal sangat dibutuhkan sebagai dasar pembangunan ekowisata yang berkelanjutan.

Selain permasalahan mengenai konsumsi telur penyu yang dilakukan secara terus menerus, masalah mengenai kekayaan tambang yang dimiliki oleh Sumbawa Barat juga menjadi kontroversi bagi perkembangan ekowisata. Masyarakat Sumbawa Barat masih berfokus pada sektor tambang dan mengesampingkan sektor pariwisata. Meski sudah mulai dibangun berbagai amenitas dan aksesibilitas di area wisata, tetapi masyarakat lokal tidak mengembangkan dan tidak sadar pentingnya ekowisata. Sehingga masyarakat lokal tidak sadar bahaya yang ditimbulkan dengan adanya tambang. 

Seperti bahaya ketika limbah penambangan pencucian dari pemisahan batubara dan sulfur mampu mencemari air sungai. Bahaya air yang tercemar sangat berdampak bagi semua ekosistem. Air sungai yang mengalir ke lautan menjadi boomerang bagi biota laut dan juga penyu. Sehingga sangat membahayakan bagi keberlangsungan biota laut. 

Dalam kedua permasalahan ini, terlihat jelas bahwa tidak ada keberlanjutan pariwisata dan ekosistem lingkungan. Oleh karena itu, agar ekowisata tidak hanya sebagai mimpi pemerintah perlu melakukan pengembangan dan pelatihan ekowisata kepada masyarakat Sumbawa Barat mengenai betapa bahayanya populasi penyu apabila kebiasaan tersebut tidak mulai dihilangkan. Dan perlu diberikan edukasi menjaga, merawat, dan melestarikan penyu untuk kemajuan masa depan. Jika budaya yang terjadi tidak dapat dihilangkan maka ekowisata tidak akan pernah tercipta dan akan terus menjadi mimpi. 

Namun apabila masyarakat Sumbawa Barat mau mengubah pola pikir mereka, maka ekowisata akan berjalan dan ekosistem penyu akan semakin bertambah serta dapat menjadi tempat wisata yang menarik lebih banyak wisatawan dengan memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar berkali-kali lipat untuk masa depan. Dimulai dengan mengembangkan sektor pariwisata berbasis ekowisata dapat diyakinkan mampu mengurangi perburuan telur penyu secara liar. 

Tetapi untuk mengembangkan hal tersebut, harus diikuti kebijakan pelarangan untuk para pejabat agar tidak mengkonsumsi telur penyu yang sudah menjadi kebudayaan. Jadi tidak hanya masyarakat lokal saja yang berusaha menghilangkan kebiasaan tersebut. 

Melihat masa depan ekowisata sangat dibutuhkan prinsip dasar yang menjadi landasan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Didukung oleh kesadaran masyarakat yang memang sadar akan pentingnya konservasi lingkungan dan flora fauna menjadi poin utama. Selain itu, masyarakat perlu adanya edukasi lebih mendalam yang nantinya bisa disalurkan kepada wisatawan. Dengan pemikiran seperti itu, ekowisata di masa depan akan berkelanjutan.

Referensi :

Anonim. - . Kerusakan Lingkungan Akibat Usaha / Kegiatan Pertambangan. https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article/Kerusakan%20Lingkungan%20Akibat%20Pertambangan.pdf 

Komarudin, Nurul Amri. Agustus 2022. KONSERVASI PENYU DI KAWASAN EKOSISTEM ESENSIAL NIPAH SEBAGAI UPAYA DALAM MENJAGA SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN PERAIRAN. https://uts.ac.id/2022/08/25/konservasi-penyu-di-kawasan-ekosistem-esensial-nipah-sebagai-upaya-dalam-menjaga-sumber-daya-alam-dan-lingkungan-perairan/

Rakhman, Fathul. Juli 2022. Tantangan Konservasi Penyu Sumbawa Barat : Pejabat hingga Pelajar Doyan Makan Telur Penyu (Bagian 1). https://www.mongabay.co.id/2022/07/10/tantangan-konservasi-penyu-sumbawa-barat-pejabat-hingga-pelajar-doyan-makan-telur-penyu/

Rakhman, Fathul. Juli 2022. Tantangan Konservasi Penyu Sumbawa Barat : Antara Kebutuhan Perut dan Mimpi Ekowisata (bagian 2). https://www.mongabay.co.id/2022/07/18/tantangan-konservasi-penyu-sumbawa-barat-antara-kebutuhan-perut-dan-mimpi-ekowisata-bagian-2/

Rakhman, Fathul. Juli 2022. Tantangan Konservasi Penyu Sumbawa Barat : Tambang Masih Andalan, Ekowisata Masih Sebatas Mimpi (bagian 3). https://www.mongabay.co.id/2022/07/23/tantangan-konservasi-penyu-sumbawa-barat-tambang-masih-andalan-ekowisata-masih-sebatas-mimpi-bagian-3/ 

Sari, Ai Purnama. Mei 2022. 12 Quotes Ucapan Hari Penyu Sedunia 2022, Penuh Makna dan Cocok Dikirim Sebagai Caption Media Sosial. https://www.jatimnetwork.com/internasional/pr-433405095/12-quotes-ucapan-hari-penyu-sedunia-2022-penuh-makna-dan-cocok-dikirim-sebagai-caption-media-sosial?page=2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun