Mohon tunggu...
Regiana Alkha Febrianty
Regiana Alkha Febrianty Mohon Tunggu... Lainnya - freelance

Saya mempunyai hobi menulis karena dengan menulis saya bisa menyalurkan isi pikiran saya, dan juga hobi bernyanyi atau mendengarkan musik hal ini bisa meringankan stres saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merantau Demi Masa Depan

16 Desember 2024   13:51 Diperbarui: 16 Desember 2024   13:51 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Karya : Regiana Alkha. F

                Di sebuah Desa Madua ada seorang anak 2 anak gadis yang bernama Sinta dan Sari dan juga 2 bujang Wanda dan Asep, mereka berempat berteman dari sejak kecil sampai mereka tumbuh dewasa. Ke empat anak itu sedang berkumpul di sebuah tempat atau di sebut garduh tepatnya di depan pesawahan milik orang tua Asep. Ketika mereka lagi asyik ngobrol random tiba-tiba diam melihat ke arah orang yang sedang membajak sawah, tiba-tiba mereka saling tatap.

"Aku tahu apa yang kalian pikirkan" ucap Sari mereka bertiga hanya melihat Sari tanpa respons

Baca juga: Sahabat Selamanya

"Ya aku tahu kalian melihat orang yang sedang bekerja itu, kemudian memikirkan bagaimana kalau kalian termasuk aku cari kerja juga. benar kan?" Sari dengan PD.nya berucap seperti itu, karena ya gak bisa mengelak lagi memang bener faktanya seperti itu mereka hampir selalu tahu apa yang sedang mereka pikirkan satu sama lain, gak heran sih orang dari kecil bahkah dari bayi selalu bersama. Mereka bertiga hanya mengangguk-angguk saja.

"Ya sudah yuk cari kerja kita pergi ke kota. Lumayan juga kan kalo kita punya kerja, punya uang, kita gak perlu bergantung ke orang tua kita lagi, kita bisa beli apa yang kita mau." Ucap Sari dengan semangat

"Mau sih, tapi aku harus pikir-pikir dulu dan pastinya harus ngomong ke Ibu Bapak aku dulu." Kata Sinta

"Aku juga sih sama." Wanda

"Tapi kayaknya aku enggak akan di izinin deh, lihat aja ini sawah, perkebunan ayah aku aja enggak keurus malah nyuruh orang lain kerja. Masa iya kan aku cari kerja di kota sedangkan di sini kerjaan ayah banyak, harus dibantuin. Kata ayah aku juga, aku disuruh meneruskan ayah." Asep

"Jelaslah secara kamu orang kaya, gak buru-buru cari kerja gak ngaruh orang warisannya banyak." Kata Wanda sambil ketawa

"Bisa aja kamu, tapi gak gitu juga kali. Jangan jadi anak muda yang menghabiskan harta orang tuanya." Asep

"Iya,iya deh." Wanda tersenyum begitu pun dengan Sinta ikut tersenyum, beda halnya dengan Sari yang hanya diam melamun kayak orang banyak pikiran.

"Kenapa tuh dia melamun aja." Ucap Asep

"Mungkin karena kamu gak mau akan kerja ke kota jadi dia sedih jauh-jauh dari kamu, ya kan Sar?" Kata Sinta merangkul bahu Sari

"Hah apa Sin?" ucap Sari

"Yeeee kamu gak ngedengerin kita ngomong dari tadi." Kata Wanda

"Eh sorry, sorry." Sari

"Kenapa kamu?" kata Asep

"Enggak papa, sudah mau maghrib kita pulang yuk." Ajak Sari

"Let's go." Kata Sinta sambil beranjak dan diikuti oleh Asep, Wanda, juga Sari

Sepanjang perjalanan pulang mereka pada diam gak banyak bicara seperti biasanya, sibuk dengan pikiran masing-masing. Sesampainya di rumah masing-masing mereka minta izin kepada orang tuanya, dan hanya Sari yang diberi izin.

Esok harinya seperti biasa mereka nongkrong di garduh tempat biasa, sembari melanjutkan pembahasan kemari, dengan kecewanya Wanda dan Sinta memberitahu Sari bahwa mereka berdua gak diberi izin mau semaksa apa pun tetap dilarang, kata orang tua mereka kerjaan di sini ada atau urus peternakan orang tuanya jangan jauh-jauh ke kota, apa pun yang terjadi harus tetap kumpul bersama keluarga.

"Yes bagus dong kalau dilarang, berarti aku masih ada teman masih bisa terus bersama kalian sampai tua. Awww senang sekali" Ucap Asep dengan semangat

"Enggak dengan aku." Ucap Sari

"Maksudnya?" Ucap Sinta

"Aku akan tetap pergi ke kota cari pekerjaan, karena ibu bapak aku enggak melarang mereka mengizinkan aku, so babai kita akan berpisah. Aku akan bebas, mencari tantangan baru,aku akan tahu dunia luar, aku akan kerja, pokoknya aku pasti akan bahagia" Sambil tersenyum, melihat langit seakan-akan tidak ada teman-temanya

"Hah kok kamu bahagia sih berpisah dengan kita?" Ucapan Sari dengan muka sedih

"Iya tuh." Wandi dan Asep

"Bahagialah, aku kan ingin kerja" Sari

"Oh jadi begitu ya." Kata Asep dengan perubahan raut mukanya yang tadinya senang menjadi murung

"Eh bukan begitu maksudnya, maaf." Sari syok karena telah berkata seperti itu, dia sadar bahwa ucapan dia akan melukai hati teman-temannya

"Maksudnya?" Wanda

"Jangan salah paham ya, aku sedih berpisah dengan kalian apalagi kita dari kecil selalu bersama eh tiba-tiba harus berpisah."  Sari

"Yaudah jangan berangkat, terus aja di sini bareng kita" Ucapan Asep dengan nada tinggi

"Gini Asep, aku butuh uang, aku ingin membantu ekonomi keluarga ku dan intinya aku ingin kerja ke kota demi aku juga keluargaku. Kalian tahukan ekonomi keluarga aku, aku itu orang gak punya, gak seperti kalian orang berada masa depan kalian sudah disusun rapi sama orang tua kalian. Jadi ini saatnya aku harus siap merantau ya meskipun jauh dari keluarga termasuk kalian."  Sari

"Loh kok kamu jadi gitu, merembet ke semua" Sinta kaget dengar ucapan Sari

"Kalian gak akan ngerti jadi aku, di saat kalian bisa beli apa aja yang kalian mau, apalagi barang couple itu kalian bertiga beli aku cuman nahan-nahan sabar nabung dulu agar bisa samaan sama kalian,  sampai uangnya terkumpul, itu pun kalau di kasih uang jajan aku bisa menabung, kalau enggak, gak nabung gak ke kumpul uangnya dan gak jadi beli kan aku, aku merasa aku selalu berbeda dengan kalian, seolah aku hanya pengikut kalian. Sorry aku ngomong kayak gitu, makanya ini kesempatan baik buat aku, udah lulus sekolah Ijazah juga udah ada." Sari

"Tidak seharusnya kamu ngomong kayak gitu ke kita ngebanding-bandingin segala. Emang pernah kamu ngomong kalau kamu mau barang yang kita beli, enggak kan." Kata Sinta dengan nada tinggi

"Biasa dong aku kan ngomong sorry, dan mana mungkin juga aku ngomong ke kalian kalau aku juga mau samaan, aku sadar diri, aku gak punya uang." Kata Sari ngebentak Sinta

"Yaudah, diam aja kalau gak punya uang gak usah ribet udah berlalu juga kali." Ucap Sinta

"Oh ternyata begini ya temanan sama orang kaya, jahat sih omongannya." Sari

"Emang gini gak terima? Kamu yang pertama ngomong seenaknya so paling disakiti."Sinta

"Cukup kalian berdua malah berantem, pusing dengernya" Ucapan Wanda saking kesel sama mereka berdua

"Udah-udah jangan emosi." Asep berusaha mencairkan suasana

"Mau orang berada atau pas-pasan kita sama di..." Belum selesai Asep berbicara langsung dipotong omongannya sama Sari

"Aku pulang ya, maaf barusan aku berbicara seenaknya." Kata Sari sambil pergi meninggalkan mereka bertiga

            Sekarang di garduh  itu hanya ada Sinta, Asep, dan Wanda. Sedangkan Sari pulang dengan tangisannya, Sari merasa sakit hati dengan ucapan Sinta, namun setelah hampir sampai di rumah, Sari segera menghapus air mantanya karena Sari tidak ingin orang tuanya mengetahui masalah dia.

"Tumben sudah pulang?" pertanyaan Ibu Sari

"Iya bu, HP aku ketinggalan." Jawab Sari

"Oh gitu, yaudah deh jangan pergi lagi bersih-bersih sana." Kata Ibu

"Siap ibu." Sari meninggalkan ibunya dan bersih-bersih

Di garduh, Asep ngomong ke Sinta. "Sin kenapa kamu ngomong gitu ke Sari, keterlaluan loh omongan kamu tadi."

"Dia juga sama kok, jangan belain dia terus deh." Sinta masih saja emosi

"Gini ya Sin, aku tidak akan berpihak kepada siapa pun karena kamu begitu pun Sari salah, salahnya di mana dengarin ya kamu juga Asep. Sari mulai terpancing emosi saat kamu Sep bernada tinggi, ya Sari sebagai anak ingin membalas budi kepada orang tuanya dengan cara pergi kerja ke kota, dia benar kok kita enak udah disusun rapi oleh orang tua kita harus ngapain karena kita orang berada, berbeda dengan Sari hidupnya pas-pasnya jadi ingin membuat orang tua dia bangga dengan menghasilkan uang, sedangkan kita juga sama ingin membahagiakan orang tua kita dengan cara malanjutkan bisa di bilang bilang bisnis orang tua kita. Sari itu gak pernah mengungkapkan isi hatinya kecuali terpancing, dia selalu bahagia, dia seolah tidak pernah kekurangan dalam ekonomi tapi aku liat saat kita beli barang couple itu, dia tersenyum namun mata dia mengatakan kalau sebenarnya dia sedih tidak bisa sama seperti kita. Aku gak berani ngomong ke dia takut dia tersinggung. Dan untuk kamu Sinta kamu terlalu emosi, tidak dipikirkan lagi sampailah terjadi pertengkaran itu, sampai keluar ucapan yang enggak enak didengar, aku liat tadi Sari nangis makanya dia pulang duluan." Wanda mencoba memberikan penjelasan kepada Sinta dan Asep

"Apa nangis" Asep syok mendengarnya

"Iya nangis Sep, saran aku kita harus minta maaf ke dia terutama kamu Sin." Ucap Wanda sambil menegaskan pada Sinta.  Namun Sinta seolah tak mendengar omongan Wanda, malah mengajak mereka berdua pulang.

Keesokan harinya, tiba-tiba ada notif di hp Sari dan ternyata notif itu adalah notif panggilan kerja di perusahaan tekstil. Sari sangat bahagia sekali, dia langsung memberitahu orang tuanya bahwa mulai minggu dengan Sari mulai bekerja, itu artinya Sari harus siap-siap dari sekarang dan besok berangkat diantar oleh orang tuanya sekalian membantu mencari kontrakan yang dekat dengan tempat kerja Sari.

Setelah Sari berangkat ke kota tanpa memberitahu dan pamit pada teman-temannya, di garduh tempat biasa mereka berempat kumpul sekarang hanya ada Asep, Wanda, juga Sinta gak ada lagi Sari, suasana tak sehangat saat ada Sari.

"Sepi juga ternyata enggak ada Sari." Ucap Asep

"Iya sepi, dia loh yang selalu bikin suasana kita asyik banyak bercanda, banyak tertawa, padahal dia menyimpan kesusahannya sendiri." Wanda

"Iya, aku juga ngerasain kayak kalian berdua." Ucap Sari dengan rasa penyesalannya karena sudah ngomong seenaknya

"Udah hampir seminggu dia gak pernah ke sini, mungkin dia masih kesel atau butuh waktu sendiri, bisa juga dia gak mau bareng kita lagi." Asep merasa khawatir akan semua itu

"Dia bukan orang seperti itu, aku tahu persis dia." Wanda

"Terus bagaimana?" Tanya Sinta

"Kita samperin aja ke rumah Sari, terus minta maaf. Kalau masalah dibiarkan begitu saja akan sangat memperburuk keadaan." Wanda

"Aku setuju." Kata Asep

"A-ku juga setuju." Kata Sinta dengan ragu

"Yaudah sekarang kita samperin ke rumah Sari." Ajak Wanda

            Mereka bertiga pergi ke rumah Sari untuk meminta maaf agar pertemanan mereka kembali baik-baik saja. Sesampainya di rumah Sari yang membukakan pintu bukan Sari tapi ibunya.

"Loh kalian ada apa tumben ke sini?" Tanya ibu Sari pada mereka bertiga

"Kita mau ketemu Sari, mau ngajak Sari main bu soalnya dia udah 4 hari enggak main sama kita, kenapa ya apa Sari sakit?" Wanda

"Hah? Memangnya Sari enggak ngomong, enggak pamit sama kalian?" Ibu Sari merasa heran  

"Pamit? Kemana?" Tanya Asep

"Sari kerja kota dua hari yang lalu dia berangkat dianterin sama ibu dan bapak, waktu itu kan pernah ngomong minta izin katanya mau sama kalian juga eh ternyata kalian gak di kasih izin. Sebenarnya ibu juga berat harus jauh sama Sari cuman keinginan dia katanya mau cari pengalaman dan punya penghasilan sendiri jadi ibu kasih izin aja, mudah-mudahan dia sehat selalu ada dalam lindungan Allah." Ibu Sari

"Aamiin, tapi benaran deh kita gak ada yang di kasih tahu kalau Sari ke terima kerja di kota untung kita kesini jadi tahu kalau enggak, mana mungkin di kasih tahu lewat HP juga enggak ada chat sama sekali." Ucap Sinta

"Syutt Sinta jangan gitu." Wanda membisikkan kepada Sinta dan melihat ke ibu Sari sambil tersenyum

"Oh jadi gitu ya bu, berarti waktu ajak kita kerja ke kota dia sudah mempersiapkannya makannya tidak lama dari itu dia langsung kerja di kota." Asep

"Kemungkinan begitu, ibu juga enggak tahu, tiba-tiba dia memberi tahu nanti Senin mulai kerja dari sana siap-siap terus besoknya pergi deh." Ibu Sari

"Oh yaudah deh kalau enggak ada Sari kami bertiga pamit ya bu." Wanda berpamitan ke Ibunya Sari dan mengajak pulang Asep dan Sinta

"Iya silahkan." Ibu Sari

            Mereka bertiga pulang dengan keadaan kecewa, dan menyesal karena kecewa tidak diberitahu atas pemberangkatannya Sari ke kota dan menyesal belum sempat meminta maaf, apalagi yang paling merasa bersalah itu Sinta. Jadi mereka hanya bisa mengirim pesan maaf lewat grup WhatsApp, namun Sari enggak banyak basi-basi cuman membalas pesan itu secara singkat mungkin karena dia sibuk kerja. Sejak hari itu mereka hanya bertiga, dan udah jarang banget kasih berkabar dengan Sari.

Satu tahun kemudian, menjelang hari Raya Idul Fitri Sarti pulang ke kampungnya dengan penampilan yang wow, dari atas sampai bawah bagus banget jadi pusat perhatian di kampungnya termasuk ke tiga temannya itu. Tapi ada yang aneh Sari sepertinya cuek sama Asep, Wanda dan Sinta, padahal mereka teman dekat. Sinta memanggil Sari dengan sangat semangat, diikuti dengan Wanda dan Asep kemudian mereka berlari memeluk Sari.

"Aaaaa akhirnya kamu pulang juga, kita bahagia loh." Kata Sari

"Heem, kita kangen" Wanda dan Asep

Sari hanya tersenyum dan bilang "Aku pulang dulu ya belum ketemu ibu dan bapak."

Mereka bertiga terkejut dengar Sari yang biasa aja tanpa ekspresi, aneh banget kok Sari jadi berubah gitu tapi mereka tetap berpikir positif tentang Sari. Asep, Wanda, Sinta ke tempat biasa yaitu garduh sedangkan Sari pulang ke rumah membawa banyak oleh-oleh, dan sekarang ekonomi Sari mulai membaik, orang tua Sari bangga kepada Sari. Sebenarnya Sari sengaja menghindar dari teman-temennya itu karena masih kecewa dengan omongan Sinta terlebih dia minta maaf karena tahu dia pergi ke kota, Sari berpikiran kalo dia masih di kampung Sinta enggak mungkin minta maaf.  Kemudian ibu Sari menghampiri Sari yang sedang berada di depan teras sambil melamun, "kok kamu melamun di sini, enggak nyamperin teman-teman kamu? Enggak kangen kah? Biasanya kalian selalu bareng-bareng, mungkin lagi pulang kampung sana main."

"Enggak bu, males, capek pengen istirahat aja." Kata Sari dengan nada males ngebahas temannya

"Kenapa gak biasanya? Ada masalah? Coba cerita sama ibu." Ibu Sari sambil merangkul Sari

Sari menceritakan pertengkaran setahun yang lalu antara dia dan Sinta

"Oh begitu, karena itu ya pantas kamu enggak ngasih tahu teman-teman kamu pas berangkat ke kota, pantas juga waktu itu kamu pulang siang. Ternyata gara-gara ini toh." Kata Ibu

"Iya bu aku benar-benar masih kecewa, sama mereka apalagi Sinta, minta maaf cuman lewat HP karena udah tahu aku pergi." Ucap Sari sambil melepaskan rangkulan ibunya

"Kamu salah paham, 2 hari setelah kamu berangkat mereka datang ke rumah mencari kamu mau ngajak main, mereka khawatir kamu sakit, terus mereka mengobrol sama ibu, enggak lama sih dan terkejut mendengar kamu pergi. Ibu ingat banget wajah mereka kecewa karena di tinggal kamu ke kota apalagi gak kasih kabar padahal kamu punya HP. Dan Ibu rasa mereka mau minta maaf deh sama kamu." Ibu Sari mencoba menjelaskan agar Sari tidak menyimpan kekesalan terlalu lama

"Benar begitu bu?" tanya Sari

"Iya, makanya kamu ke sana samperin mereka minta maaf selesaikan masalah kalian." Ibu

"Yaudah bu, aku siap-siap dulu terus pergi nyamperin mereka." Ucap Sari kepada Ibu, Ibu mengangguk dan tersenyum

            Sesampainya di garduh, Sari langsung menghampiri mereka bertiga kemudian Sari meminta maaf karena sudah menghindar dari mereka, dan menyelesaikan masalah satu tahun yang lalu dan akhirnya masalah selesai mereka kembali berteman baik seperti sebelumnya. Sekarang setiap kali Sari pulang dari kota, Sari salalu ngumpul bareng Asep, Wanda, juga Sinta, dan kalau kembali lagi ke kota Sari pasti akan berpamitan pada mereka enggak seperti pertama main pergi saja.

"Persahabatan memang penting, tapi ada hal yang jauh lebih penting yaitu masa depan. Aku terpaksa pergi merantau demi masa depan , aku sayang kalian Asep, Wanda, Sinta, meskipun kita tidak selalu bersama tapi kalian tetap sahabat terbaik aku, keluarga kedua aku, kalian akan selalu ada di hati aku." Sari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun