Mohon tunggu...
Regiana Alkha Febrianty
Regiana Alkha Febrianty Mohon Tunggu... Lainnya - freelance

Saya mempunyai hobi menulis karena dengan menulis saya bisa menyalurkan isi pikiran saya, dan juga hobi bernyanyi atau mendengarkan musik hal ini bisa meringankan stres saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merantau Demi Masa Depan

16 Desember 2024   13:51 Diperbarui: 16 Desember 2024   13:51 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keesokan harinya, tiba-tiba ada notif di hp Sari dan ternyata notif itu adalah notif panggilan kerja di perusahaan tekstil. Sari sangat bahagia sekali, dia langsung memberitahu orang tuanya bahwa mulai minggu dengan Sari mulai bekerja, itu artinya Sari harus siap-siap dari sekarang dan besok berangkat diantar oleh orang tuanya sekalian membantu mencari kontrakan yang dekat dengan tempat kerja Sari.

Setelah Sari berangkat ke kota tanpa memberitahu dan pamit pada teman-temannya, di garduh tempat biasa mereka berempat kumpul sekarang hanya ada Asep, Wanda, juga Sinta gak ada lagi Sari, suasana tak sehangat saat ada Sari.

"Sepi juga ternyata enggak ada Sari." Ucap Asep

"Iya sepi, dia loh yang selalu bikin suasana kita asyik banyak bercanda, banyak tertawa, padahal dia menyimpan kesusahannya sendiri." Wanda

"Iya, aku juga ngerasain kayak kalian berdua." Ucap Sari dengan rasa penyesalannya karena sudah ngomong seenaknya

"Udah hampir seminggu dia gak pernah ke sini, mungkin dia masih kesel atau butuh waktu sendiri, bisa juga dia gak mau bareng kita lagi." Asep merasa khawatir akan semua itu

"Dia bukan orang seperti itu, aku tahu persis dia." Wanda

"Terus bagaimana?" Tanya Sinta

"Kita samperin aja ke rumah Sari, terus minta maaf. Kalau masalah dibiarkan begitu saja akan sangat memperburuk keadaan." Wanda

"Aku setuju." Kata Asep

"A-ku juga setuju." Kata Sinta dengan ragu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun