Mohon tunggu...
Refliana Dela R
Refliana Dela R Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa IAIN Purwokerto

doyan baking, random

Selanjutnya

Tutup

Money

Lucu, Jika Terus Memboikot Unilever yang Support LGBTQ

28 Juni 2020   16:16 Diperbarui: 28 Juni 2020   16:15 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana dengan nasib karyawan setelahnya, masa iya di PHK karena omongan tak disaring dari netizen. Unilever menjadi ladang penghasilan untuk keluarga pekerja. 

Belum lagi akibat wabah corona yang tak kunjung usai, itu saja sudah menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat karena terbatasnya aktivitas bekerja. Unilever telah membantu pertumbuhan perekonomian Indonesia dan membantu mensejahterakan karyawan . Gak mau kan ekonomi semakin ambruk. 

Misalkan saja yang semula banyak membeli sabun Lifebuoy dari Unilever, akibat boikot tersebut masyarakat lari ke lain hati yaitu sabun Nuvo dari Wings. Meski masih ada barang substitusi merk dagang lain, tetap saja tingkat konsumsi barang dan omzet penjualan Unilever akan turun karena konsumen beralih secara serentak ke produk lain. 

Satu merk dagang ditambah merk dagang lain bukankah akan lebih baik daripada hanya tersedia satu merk barang di pasar untuk membangkitkan selera masyarakat yang menjadi faktor tingkat permintaan suatu barang. I

tu baru satu produk ya Bos, Unilever kan produknya seabreg. Nasib para pekerja Unilever yang gak mikirin LGBTQ malah kena imbasnya dan kita juga yang terlanjur candu dengan produk-produk dari Unilever. Parah deh.

Tapi sepertinya boikot dari netizen tidak akan menjadikan Unilever auto kolaps. Pasalnya, Unilever memiliki cabang hampir di penjuru dunia di mana lebih dominan yang terus mendukung daripada yang menentang. Kemungkinan lagi, beberapa bulan atau tahun mendatang, masyarakat Indonesia yang kontra dengan LGBTQ pasti akan gatal bila tidak mengonsumsi produk Unilever bagi yang sudah ketergantungan.

Kita membeli barang Unilever niatnya kan untuk kebutuhan bukan untuk mendukung seruan Pride atau LGBTQ, Tapi balik lagi ke perspektif masing-masing setelah muncul deklarasi ini. Unilever Global hanya turut mendukung terwujudnya hak asasi manusia. 

Unilever Indonesia berbeda dengan Unilever Global, mereka tetap menghormati nilai-nilai moral yang berlaku di Indonesia dan tidak menjerumuskan karyawannya untuk ikut serta mendukung deklarasi LGBTQ. Manusia memiliki hak asasi untuk bebas hidup dan berdampingan dengan siapapun. 

Memang hubungan sesama jenis sangat bertentangan dengan kultur Indonesia dan agama tentunya bagi yang kontra dengan LGBTQ. Tapi tidak dengan cara mendiskriminasi dan membenci yang berbeda pilihan orientasi seksualnya dengan kita yang heteroseksual. 

Toh, mereka tidak menyakiti dan mengganggu kita. Tetap berteman dan menghargai tanpa harus ikut campur urusan masing-masing, karena yang bisa kita lakukan adalah hidup berdampingan dengan toleransi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun