Mohon tunggu...
Redaksi Akademisi
Redaksi Akademisi Mohon Tunggu... Dosen - Redaksi Akademisi

Merupakan media untuk berbagi aktivitas akademisi dalam penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Implementasi Smart Diagnosa dan Perawatan Kendaraan dengan OBD-II Berbasis Mobile

7 September 2023   15:09 Diperbarui: 7 September 2023   21:30 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi Pribadi)

Layanan ojek online mengalami penurunan jumlah penumpang karena isu kesehatan akibat pandemi COVID-19. Perkembangan teknologi informasi khususnya dalam integrasi aplikasi moda transportasi berbasis online turut menambah alternatif pilihan bagi masyarakat. Di Indonesia terdapat dua pemain besar dalam jasa transportasi berbasis aplikasi daring yaitu Gojek dan Grab [1]. Berbagai kemudahan dan fasilitas yang menarik yang dapat membentuk kepuasan dan loyalitas pelanggan turut disajikan oleh penyedia jasa moda transportasi berbasis aplikasi online. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi, moda transportasi, angkutan umum online menjadi tren [2].

Perkembangan transportasi juga mencakup pada cara pemesanan dan pembayaran transaksi atas jasa transportasi. Dahulu, pengguna jasa transportasi memesan via telepon dan kemudian membayar jasa dengan uang tunai. Saat ini masyarakat yang berada di Kota Semarang, baik penduduk maupun pendatang, dihadapkan pada transportasi umum tipe kedua yang baru, yaitu transportasi umum tidak dalam trayek yang berbasis aplikasi dalam smartphone, atau yang biasa disebut taksi online [3].

Pada tahun 2010 perusahaan provider transportasi online seperti Gojek hadir memberikan solusi serta kemudahan kepada masyarakat untuk mencapai tujuan dengan menggunakan moda transportasi kendaraan roda dua melalui aplikasi berbasis android[4].

Perubahan metode penggunaan transportasi ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan moda transportasi konvensional yang sudah ada. Hanya sedikit mengalami perubahan pada system dan mekanisme pemesanan dan pembayaran yang harus di lakukan oleh penggunaan jasa moda transportasi berbasis aplikasi ini. Pada awal kehadiran moda transportasi berbasis aplikasi seperti Gojek ataupun Grab, banyak mengalami penolakan dari pelaku usaha moda transportasi konvensional yang selama ini sudah merasa nyaman.

Namun mereka tidak pernah bisa memberikan peningkatan layanan malah cenderung pengguna transportasi di paksa menerima layanan apa adanya dan tidak ada perubahan layanan kepada pengguna jasa transportasi. Pada awal hadir moda transportasi berbasis aplikasi mengalami penolakan di setiap daerah. khususnya di kota besar, mereka yang menolak ini adalah kelompok yang merasa terancam kepentingannya.

Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) mengungkapkan hasil survei yang menunjukkan transportasi online lebih menjadi pilihan daripada transportasi publik yang disediakan oleh pemerintah. Alasannya, transportasi online dinilai lebih praktis, aman dan nyaman.

Namun dalam perjalanan banyak kendala yang dialami moda transportasi ini. Driver menggunakan kendaraan milik pribadi dalam menjalankan jasa transportasi online. Driver online merupakan orang yang bekerja secara free time dalam bermitra dengan penyedia jasa aplikasi online artinya seorang driver online bebas memilih waktu kapan bekerja yang tak terbatas waktu. Sehingga, driver sering lalai dalam perawatan kendaraan yang dapat menyebabkan pelayanan kepada konsumen menurun. 

Penyebab selanjutnya adalah awareness atau kesadaran yang rendah akan perawatan rutin, hal tersebut menjadikan permasalahan saat driver menjalankan tugasnya. Perawatan atau servis berkala merupakan kegiatan merawat, menyetel, memperbaiki, mengencangkan, mengganti part-part pada kendaraan yang mengalami penurunan kinerja yang dilakukan dalam interval waktu tertentu secara berkala. Tujuan melakukan perawatan berkala yaitu untuk mengembalikan performa mesin agar mendekati kondisi spesifikasi semula

Kegiatan pengabdian dilaksanakan pada tanggal 2 september 2023 di Semarang. Pelatihan pertama terkait Pelatihan Dasar Pengetahuan Perawatan kendaraan (Basic Knowledge of service). Pada pelatihan ini dihadiri oleh 20 driver online yang tergabung dalam perkumpulan driver online di kota semarang. Berikut merupakan daftar driver online yang menghadiri pelatihan.

Pada sesi ini narasumber menyampaikan pentingnya melakukan perawatan kendaraan guna mempertahankan performa kendaraan. Transportasi merupakan kebutuhan masyarakat . Hadirnya ojek online memberikan angin segar dan perubahan cara pandang akan ojek konvensional. 

Memberikan peluang usaha bagi masyarakat umum maupun mahasiswa. Secara umum, perawatan sepeda motor dilakukan secara berkala pada durasi tertentu secara rutin. Dasar penentuan waktu perawatan adalah jarak tempuh sepeda motor dan/atau lamanya interval penggunaan setelah perawatan. Pada dasarnya, perawatan sepeda motor bertujuan untuk (1) penghematan bahan bakar, (2) Keawetan kendaraan, (3) Kenyamanan berkendaraan, (4) Keselamatan, (5) Ketahanan, dan (6) Memenuhi persyaratan garansi.

Perawatan Baterai tegangan 12 V

Perawatan Sistem Pendingin Cek Air Radiator/Sirip Pendingin/Kipas

Perawatan Sistem Pelumasan Ganti oli berkala & Memilih oli yang sesuai

Perawatan Sistem Bahan Bakar Cek filter Udara, Karbu, Throtle Body dan Injektor

Perawatan Sistem Pengapian Cek Busi

Perawatan Sistem Pemindah Tenaga Cek CVT/Rantai/Perseneleng

Perawatan Sistem Rem Lakukan pergantian kampas rem saat sudah tipis/habis, kedalaman handle rem

Perawatan Pada Roda-Roda Cek Tekanan Ban & Ketebalan Ban

Perawatan Sistem Manajemen Engine Cek Check Engine, cek dengan DTC

Secara umum, konstruksi sistem EFI dapat dibagi menjadi tiga bagian/sistem utama, yaitu;

  • Sistem bahan bakar (fuel system),
  • Sistem kontrol elektronik (electronic control system),
  • Sistem induksi/pemasukan udara (air induction system)

Penggunaan IPTEK Aplikasi Smart Diagnosa Berbasis Mobile

OBD-I

California Air Resources Board (CARB) melakukan upaya pertama untuk menstandarisasi sistem OBD pada tahun 1991 ketika mereka mengamanatkan kemampuan OBD di semua mobil. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua kendaraan dapat mendeteksi masalah mesin dan melaporkan kode kesalahan.  Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa OBD-1 tidak distandarisasi oleh seluruh produsen.

Ini berarti bahwa alat yang terhubung secara eksternal biasanya hanya berfungsi untuk satu merek mobil dan bergantung pada pabrikannya, sistem OBD-I akan memiliki fitur yang lebih atau kurang canggih. Selain itu, kodenya sendiri tidak terstandarisasi, yang berarti bahwa dua kartu GM yang berbeda dapat mengalami masalah mesin yang sama, namun menghasilkan kode yang sangat berbeda. Setiap pabrikan menggunakan konektor tautan diagnostiknya sendiri yang kemudian dapat dihubungkan ke pin yang berbeda. Setelah koneksi ini dibuat, serangkaian kode berkedip dan mengeluarkan nomor yang sesuai dengan masalah yang lebih spesifik.

OBD-II menjadi standar nasional pada tahun 1996. Dibandingkan denganOBD-I,OBD-II mengalami peningkatan dalam standardisasi dan kemampuan. OBD-II standar menentukan konektor diagnostik dan pinout yang sesuai memiliki protokol sinyal listrik dan menyertakan format pesan. Alat pemindai untuk OBD-II dihubungkan ke baterai kendaraan, sehingga tidak memerlukan sumber daya terpisah, meskipun beberapa teknisi masih memilih untuk menggunakan sumber terpisah.

Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui dampak kegiatan yang telah dilaksanakan. Pada hal ini terdapat beberapa aspek yang menjadi evaluasi kegiatan pengabdian ini, yang pertama aspek pelaksanaan kegiatan. Kegiatan berjalan dengan baik dan lancar yang dihadiri 20 driver online di kota semarang. Yang kedua, aspek pengetahuan dasar perawatan kendaraan, pada aspek ini dilakukan dengan pengukuran pre-test dan post-test. Pengukuran dilakukan dengan memberikan instrumen soal terkait pengetahuan perawatan kendaraan dengan memanfaatkan google form di awal kegiatan. Pre-test menunjukkan hasil sebesar 42. Setelah driver online mengikuti pelatihan teori dan praktik, di akhir kegiatan peserta diminta untuk mengerjakan soal post-test. Hasil post-test menunjukan nilai sebesar 98. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 133%. Pada aspek sosial terkait kemampuan driver online dalam berkomunikasi dari hasil pre test dengan rata-rata sebesar 40. Kemudian setelah mengikuti kegiatan terdapat peningkatan rata-rata menjadi 92. Dari hasil tersebut dapat di kalkulasi bahwa terdapat peningkatan sebesar 130% pada aspek komunikasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun