Mohon tunggu...
Redaksi Akademisi
Redaksi Akademisi Mohon Tunggu... Dosen - Redaksi Akademisi

Merupakan media untuk berbagi aktivitas akademisi dalam penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Implementasi Smart Diagnosa dan Perawatan Kendaraan dengan OBD-II Berbasis Mobile

7 September 2023   15:09 Diperbarui: 7 September 2023   21:30 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi Pribadi)

Penggunaan IPTEK Aplikasi Smart Diagnosa Berbasis Mobile

OBD-I

California Air Resources Board (CARB) melakukan upaya pertama untuk menstandarisasi sistem OBD pada tahun 1991 ketika mereka mengamanatkan kemampuan OBD di semua mobil. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua kendaraan dapat mendeteksi masalah mesin dan melaporkan kode kesalahan.  Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa OBD-1 tidak distandarisasi oleh seluruh produsen.

Ini berarti bahwa alat yang terhubung secara eksternal biasanya hanya berfungsi untuk satu merek mobil dan bergantung pada pabrikannya, sistem OBD-I akan memiliki fitur yang lebih atau kurang canggih. Selain itu, kodenya sendiri tidak terstandarisasi, yang berarti bahwa dua kartu GM yang berbeda dapat mengalami masalah mesin yang sama, namun menghasilkan kode yang sangat berbeda. Setiap pabrikan menggunakan konektor tautan diagnostiknya sendiri yang kemudian dapat dihubungkan ke pin yang berbeda. Setelah koneksi ini dibuat, serangkaian kode berkedip dan mengeluarkan nomor yang sesuai dengan masalah yang lebih spesifik.

OBD-II menjadi standar nasional pada tahun 1996. Dibandingkan denganOBD-I,OBD-II mengalami peningkatan dalam standardisasi dan kemampuan. OBD-II standar menentukan konektor diagnostik dan pinout yang sesuai memiliki protokol sinyal listrik dan menyertakan format pesan. Alat pemindai untuk OBD-II dihubungkan ke baterai kendaraan, sehingga tidak memerlukan sumber daya terpisah, meskipun beberapa teknisi masih memilih untuk menggunakan sumber terpisah.

Tahap evaluasi dilakukan untuk mengetahui dampak kegiatan yang telah dilaksanakan. Pada hal ini terdapat beberapa aspek yang menjadi evaluasi kegiatan pengabdian ini, yang pertama aspek pelaksanaan kegiatan. Kegiatan berjalan dengan baik dan lancar yang dihadiri 20 driver online di kota semarang. Yang kedua, aspek pengetahuan dasar perawatan kendaraan, pada aspek ini dilakukan dengan pengukuran pre-test dan post-test. Pengukuran dilakukan dengan memberikan instrumen soal terkait pengetahuan perawatan kendaraan dengan memanfaatkan google form di awal kegiatan. Pre-test menunjukkan hasil sebesar 42. Setelah driver online mengikuti pelatihan teori dan praktik, di akhir kegiatan peserta diminta untuk mengerjakan soal post-test. Hasil post-test menunjukan nilai sebesar 98. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 133%. Pada aspek sosial terkait kemampuan driver online dalam berkomunikasi dari hasil pre test dengan rata-rata sebesar 40. Kemudian setelah mengikuti kegiatan terdapat peningkatan rata-rata menjadi 92. Dari hasil tersebut dapat di kalkulasi bahwa terdapat peningkatan sebesar 130% pada aspek komunikasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun