Mohon tunggu...
Reckaz Suanggani Rahmansyah
Reckaz Suanggani Rahmansyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Pelajar

Hidup dengan Santuy

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

4.1

6 Maret 2020   06:33 Diperbarui: 6 Maret 2020   06:33 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Saat ini aku sedang berjalan menuju perpustakaan sambil melihat akun instagram artis favoritku pastinya, sebagai ketua kelas tentunya hal urusan ke perpustakaan seperti ini pasti biasa kulakukan untuk mengambil buku-buku paket pelajaran dikelas. Saat ku melangkah belok arah, muncul di layar ponselku yang menunjukan notif dan itu dari temanku Maira yang selalu menjadi salah satu penyebab kebahagiaan yang kupunya.

Berbicara tentang pertemanan, aku memiliki tiga sahabat dan kami sudah berteman sejak umur kami 7 tahun tepatnya saat sekolah dasar. Sampai sekarang kami masih berteman dan semoga akan tetap selalu berteman, meski begitu kami berempat selalu bersama dan bahkan membuat markas yang dibuat di belakang gudang rumah Juno hasil dari kesepakan bersama karena jarak rumahnya yang berada di tengah tengah jarak rumah kami semua.

"VITO!" Teriakku pada Juno saat melihatnya sedang mendribble basket di tengah lapang.

"Hei Jun" Lambainya mengangkat tangan di udara.

Nah itu Vito, Alvito Candra Nugroho. Salah satu bagian dari sahabatku, kulit putih bersih, hidung mancung, tinggi semampai, memiliki satu kempot di pipi kirinya, jago basket, bila diurutkan dia menyandang predikat pertama dari kami untuk hal ketampanan dan bidang olahraga. Makannya tubuhnya itu atletis banget, kalo aku perempuan mungkin bakal klepek klepek cuman dia itu pemalu saja dan sedikit cuek pada semua orang kecuali kami dan keluarganya.

"Jangan lupa pulang sekolah seperti biasa ke markas dulu" Terangku untuk mengingatkan rutinan setiap pulang sekolah.

"Ok" acungnya menunjukan jempol kedepan dan melanjutkan mendribble bola menuju ring basket. Dan kalian tahu Vito ini main basket sendirian saat jam pelajaran berlangsung karena kebiasannnya saat tidak ada guru dan hal itu ia manfaatkan untuk menghibur diri dengan cara seperti ini tanpa ada yang tahu karena ku ingatkan lagi Vito ini pemalu dan tak suka banyak orang.

Akhirnya kusampai juga di perpus dan mulai mencari buku paket pelajaran Indonesia untuk dibawa ke kelas. Saat ku berada di rak buku sastra aku  mengambil buku bukunya dan berbalik menuju petugas perpus untuk meminjamnya.

Darr

BRUK

Seketika saja buku yang kupegang jatuh ke lantai, sungguh ini membuatku marah karena berani beraninya membuat keributan denganku apalagi ini diperpus yang tentunya semua pasang mata yang ada melihatku dan orang yang ada dibelakangku. Ku putar tubuhku untuk melihat siapa biyang keroknya, dan kalian tahu dia adalah Bima, salah satu sahabatku juga. Namanya itu Bima Darmawan, anak paling bontot di keluarganya, hitam manis, hidung biasa saja, mata sipit, pake kaca mata, jago banget soal IT, dan paling utama adalah dia termasuk urutan orang orang yang banyak ngomong alias bawel padahal cowok hehe, tapi jangan diraguin dia asli kali laki kok dan paling nyebelin  plus jail juga diantara kami berempat.

"Hehe maaf Jun" dengan tampang tidak berdosanya dia hanya memberikan cengiran yang selalu kulihat saat melakukan hal semacan ini.

"Apa apaan sih Bim, gak lucu" memang dasar ini anak yang super jail gak bisa diem kalo gak ulah. Aku mulai mengambil buku buku yang tadi berjatuhan dan berjalan ke petugas perpus untuk menulis peminjaman.

"Lah ngapain ngikutin?"

"Pengen aja hehe, Oiya yang di grup  bener kalo kamu itu Jun mau ngobrol penting sama kita. Tumben, biasanya kalau kumpul tinggal kumpul  kayak biasa di markas"

"Makannya kumpul aja, biar tahu!"  Kuhentikan pembicaraan dengan Bima karena akan mencatat peminjaman buku.

"Pak Raden saya mau pinjam buku ini, jumlahnya 18 buku pak"  

"Eum"  Kulihat pak Raden yang sedang menghitung ulang jumlah buku, memang saya bohong Pak. Lagian kalau lebih pun rasanya tidak mungkin sebab aku ini jago itung itungan termasuk menghitung semua uang uang Bima yang super tajir ini hehe.

"Coba tanda tangan disini Jun"  Tunjuk Pak Raden yang sudah kutahu akan terjadi lagi seperti ini.

"Makasih Pak"

"Jun"
"Juno!"
"Junn, ish Juno yah!"

"Apa Bambang?" Kuhentikan langkahku dikoridor yang sepi ini dan berhadapan dengan Bima yang berada di sebelahku.

"Lah, Bima Jun bukan Bambang!" Bima memang selalu membuatku darah naik, karena dia memang Bima.

"Itu candaan Bim, udah ah apaan ngikutin terus. Lagian yah ngapain Bim masih disini kan waktunya belajar! Apa jangan jangan kamu bolos yah Bim?"  Tuduhku yang memancing mancing kebenaran Bima, dengan menaik turunkan alis alisku.

"Dih apaan, enggak. Ini aku mau cerita maslah pribadi gitu"

"Lho biasanya emang kita sering cerita cerita pribadi yah di markas"

"Ini beda Jun, kenapa pilih kamu sebab ini cewek itu satu eskul sama kamu Jun"

"Ouh jadi ceritanya seorang Bima ini Jatuh cinta gitu?"

"Hehe iya nih dari dulu aku suka sama dia Jun, dari kita kelas X sampai sekarang mau keluar kelas Xll rasa ini tetep bertahan Jun" Dih ini anak kalau lagi bucin ternyata bisa se alay dan lebay ini juga, yang bisa kulakukan sekarang hanya bisa geleng geleng saja dulu.

"Alay kamu Bim, dah ah nanti aja bareng bareng di markas bahasnya. Gara gara kejadian ini aku telat ke kelas!"

Kulangkahkan terus hingga sampai masuk ke kelas dan membagikan buku paket pada setiap meja meja dikelas.

~~~~~

Bel istirahat berbunyi menandakan waktunya istirahat, namanya juga bel istirahat kan, yah itu tujuannya. Sebagian orang menghabiskan waktu istirahatnya dengan makan atau jajan itu sama saja lah, main basket, rebahan, main tiktok tiktok, buka medsos, pokoknya masih banyak lagi. Dan diantara semuanya tidak ada yang sedang ku lakukan selain yang banyak lagi itu, dan yang kulakukan adalah belajar di ruang tamu guru yang biasa dilakukan oleh sedikit orang.

Sudah rutinan juga aku ini selalu begini, bersyukur banget dapet otak pintar tapi kadang ngerasa bosan juga dan nyerah sebab tidak bisa seperti yang lain.

"Jun ini coba kerjakan soal fisika yang ini"  Tunjuk Bu Rindu pada lembaran soal soal di nomor dua puluh sampai tiga puluh.  "Ibu mau ke dalam dulu"  Lanjut Bu Rindu yang sudak bisa ku tebak bahwa bu rindu akan pergi makan yang super lama dan menitipkan aku bimbingan fisika bersama
"Pak Asep"

"Apa?! Cepat kerjakan!"  Nah beginilah salah satu contoh saat mengawasiku bimbingan, bila begini ku jadi beneran Rindu sama Bu Rindu lah.

"Iya pak"  Dari pada pusing berkepanjangan aku mulai mengerjalan samapai di nomor tujuh aku terus berkutat untuk mendapatkan hasil nilainya.

"Shut Jun"
"Shut Jun!"
"Juno!"

Ku angkat kepalaku dan melihat Pak Asep sedang melihat kertas kertas fisika yang lain, dan ternyata itu bukan suara yang berasal dari Pak Asep. Lantas dimana asal suara itu, ku tengokkan kana kiri dan saat kutemukan siapa itu ternyata biang keroknya adalah raja sekolah. Siapapun penghuni sekolah ini tidak akan tahu  sebab dia yang jarang  sekolah sebab mendapat hukuman terus dan dia itu sama sama tampan seperti Vito. Tinggi semampai, hidung mancung, putih estetik, biang onar, suka tawuran, salah satu grup motor bukan geng motor lho, grup motornya itu para motor motor antik dan para pespaners. Tapi dia juga pernah masuk geng motor saat ketahuan oleh kami dan keluar dari geng itu meski awalnya ada kendala. Intinya ini orang yang sekarang berada di sampingku benar benar Bad boy deh.

"Duduk kamu!"

"Sekarang Bu?"  Dari nada nya saja sudah tahu bahwa ini anak sedang mengejek guru, dasar kau ini memang teman ter bad deh tapi kita berteman dan tidak akan bisa ada yang dipisahkan.

"Nanti Le taun depan saja!"

"Hem"  Sekarang jadinya dia duduk di sampingku.

"Aduh maaf yah Juno, kamu jadi ke ganggu bimbingan. Sebentar kok ibu mau tegur Le nya, kamu bisa sambil lanjut kerjain kok yah"  Pirasatku sudah tidak enak saat Bu Keuke menyebut kata sebentar karena kata sebentarnya itu ancaman atau dengan kata lain lama banget.

"Leo! Kamu ini udah kelas 12, mau jadi apa kamu sih hah! Gak mau lulu gitu? Kamu itu bentar lagi Leo, bentar lagi. Janganlah kamu cari cari ribut sama adik adik kelas kamu itu! Seharusnya kamu ini jadi panutan Leo. Dengar ini dan Lihan Juno, dia bukannya sobat kamu? Kok bisa kamu brandalan gini tapi sahabat kamu sangat tertib akan aturan bahkan dia pi tar Leo! --------"  Dan bla bla bla

Ku tarik nafas dan buang lagi nafas, semua kulakukakan berkali kali saat mendengar cerocos Bu Keuke selaku wakil kesiswaan yang tak pernah berhenti. Saat ku tengok Leo, ternya dia malah menyimak serius seakan benar benar menyimak, padahal ini adalah cara jitu agar meluluhkan guru ini dengan ketampanan yang kelewat batas Leo. Dia menengokku dan tersenyum jahil dengan menaik turunkun alisnya yang membuatku ingin sekali tertawa sebab kekonyolannya.

Dan ini dia yang terakhir dari kami berempat, Leo Gunawan Husaein. Bad boy nya sekolah ini, preman gantengnya sekolah ini, atlet bela dirinya nya sekolah ini, tak heran meski banyak berulah Leo masih tetap sekolah karena memiliki nama baik disekolah berkat semua prestasi prestasi atleisnya.

                                4 . 1
Cerita kisah empat remaja laki laki yang sedang menemukan jati dirinya masing masing, namun memiliki satu tujuan sama yaitu sukses bersama. Dan kesuksesan mereka itu banyak, intinya 4 untuk empat orang anak remaja laki laki, 1 untuk satu tujuan hidup mereka.

~~~~~

Sekarang mereka berempat berada di markas untuk membicarakan hal hal penting yang ingin disampaikan Juno. Yang menyangkut kebahagian bersama.

"Jadi gini, kita ini udah kelas 12, tapi ngerasa gak kalau ini itu biasa biasa aja, gak ada spesial spesailnya selama kita sekolah disini. Kayak hari hari ini disini itu tanpa bumbu tau gak"
Juno memulai pembicaraan untuk misi tujuannya ini.

"Iya sih, aku ngerasa boring gak ada apa apa yang bikin kita hidup disini"  Tambah Vito.

"Dan kita ini harus nya bikin sesuatu yang bisa bikin hari hari terakhir kita di SMA berkesan baik! Gimana?"  Lanjut Bima.

"Eum tapi apa?"  Kini giliran Leo yang angkat bicara.

"Apa ya?"
"Aduh apa dong"

BRAK

Mereka bertiga kaget yang melihat JUNO memukul meja tadi.

"Gimana kalau kita usulin ke  semua guru untuk ngadain acara perpisahan yang beda. Gimana?"

"Beda gimana maksud nya Jun"

"Jadi maksud kamu kita lawan semua guru, gitu"

"Enggak gitu juga kali. Jadi gini ------"

Mereka berempat melingkar mendiskusikan rencana selanjutnya untuk mendapatkan hati para guru agar bisa menyetujui proposal dadakan yang akan dibikin sebagai tujuan terakhir mereka sebagi pelajar dalam membahagiakan semua orang.

"Eh eh bentar bentar, masalahnya bukan cuman guru, tapi semua murid kelas 12 setuju enggak?"

"Iya juga yah"

"Kalo masalah itu, Leo urusannya!"  Menunjuk dirinya sambil memukul mukul dadanya.

"Mantap. Eits tapi jangan ada kekerasan oke, gak bokeh ada pemaksaan oke!?"

"Siap!"

"Menuju tujuan!"  Teriak Juno
"Menuju Tujuan!"  Sorak mereka berempat bersamaan.

~~~~~

Singkat cerita, mereka berhasil membujuk guru guru meski ada sebagain yang tidak setuju akan usulan empat orang murid ini. Oleh karena itu mereka harus menunjukan kenyakinan, kepercayaaan, bukti, dan pengorbanan. Mulai dari perubahan Leo yang jadi good boy, menciptakan solidaritas berkat Bima, kekompakkan oleh Vito dan semua hal dilakuakn berempat itupun terus dibantu makin harinya makin banyak orang para murid untuk menyiapakn perpisahan ini.

Tapi dari itu sebagian murid pula ada yang tidak setuju dan memilih lebih tidak akan datang dari pada usulan ide mereka.

"Heh Leo!"  Ucap adik kelas dan antek antek yang ada dibelakangnya.

"Bagus yah, kakak kelas buruk ahlaq dan kelakuan bisa juga berubah. Palingan cuman mau caper aja ke guru guru. Iya kan Kak Leo yang terhormat, uww maksudnya terhormat dalam kebejatan haha" Hal itu membuat langkah Leo terhenti.

"Wuww"
"Sikat boss"
"God boy amatiran!"

Mendengar itu membuat Leo naik pitam dan mengepalkan kedua tangannya, urat urat di keningnya menonjol mengisyaratkan kemarahan yang tertahan.

"Stop gak kalian ngomong hah!"

"Kenapa Kak Leo, merasa apa yang kita bicarakan ini betul hem" adik kelas yang ia tahu Bara ini tertawa terbahak bahak bersama antek anteknya.

Tak tahan dengan semua ini Leo maju dan siap menonjok muka Bara tapi ia tahan saat berasa tepat dimukanya sebab ia teringat kepercayaan semua guru dan murid untuk menggelar acara di proposal itu.

"Bocah diem aja, ck"  Leo segera melangakah cepat untuk pergi namun tertahan oleh omongan terakhir Bara yang sudah kelewat batas dan tak dapat dimaafkan oleh karenanya Bara dipukul habis habisan oleh Leo tanpa perlawanan dari Bara sebagai rencana liciknya. Hal itu diabadikan oleh anggota Bara sebagai bukti untuk mengalahkan Leo.

~~~~~~

"Bima"

"Hey Maura"  Balas sapa Juno pada perempuan yang ditaksirnya selama tiga tahun.

"Mau kemana ra?"

"Aku mau nanya pa bener kalo yang kamu usin sama guru bakal terlaksana, soalnya dikelasaku pada setuju dan mereka mau banget malah dengan acar ini"

"Jadi dong. Pokoknya kamu jadi diri kanu saat disana yah"

"Hehe iya iya, kamu juga. Eum kamu jangan ngecewain yah, maksudnya kalian. Acara ini harus jadi soalnya sebagain mimpi mereka ada pada tangan kalian"  Ucap terakhirnya sampil pergi dan menepuk nepuk pu dak Bima.

Bima bertekat acara ini harus terjadi.
Saat asik asiknya melamun, Vito datang dengan berlari sambil tak sengaja menubruk Bima.

"Aduh Bima ternyata, maaf maaf hosh hosh " lirihnya karena suaranya yang tercekat nafas saat lari.

"Ada apaan sih?"

"Si Leo berentem sama adik kelas, ini bahaya. Ayo cepet kesana!"  lari Vito yang disusul Bima di belakang. Dan saat sampai di kejadian semua sudah terlambat guru guru pebting sufah melerai dan disana pula ada Juno serta Maura, Maira, dan semua siswa yg ada di tempat kejadian.

~~~~~

"Pak saya tidak salah!, yang salah Bara karena dia memancing saya duluan, dia juga yang bilang kalau saya ini pengecut, pecundang, p-- "

"Stop Leo, saya salah mempercayai kamu selama ini. Oleh karena itu tidak akan ada perpisahan untuk kelas 12 titik"

Vito, Bima, dan Juno mereka bareng berdiri, terkejut pasti. Sebab persiapan sudah mencapai sembilan puluh persen.

"Bapak salah besar dengan berbicara seperti itu, artinya Bapak menyetujui ucapan yang dilontarkan Bara. Bapak gak tau apa-apa, Bapak tau apa yang diucapkan olehnya. Dia bilang guru guru disini itu gila semua, yang mau mau aja disuruh sama kita berempat. Dan bukan hanya itu, semua guru disini termasuk bapak itu masuk kedalam jenis guru guru langka yang harus dilestarikan di panti jompo apa itu tidak membuat saya ingin menghajarnya pak? Bahkan saya ingin lebih dari itu pak kalau saya lupa akan dengan norma saya!" Jelas panjang lebar Leo.

"Bapak diam artinya menyetujui ucapan Bara atau Leo pak?" ucap Juno

"Bapak perlu bukti? Tuh pak ambil aja handphone antek anteknya Bara"

Dan setelah ditelusuri memang benar bahwa apa yang diucapkan Leo benar. Oleh karena itu perpisahan diadakan kembali.

Tujuan mereka adalah membuat semua bahagai dengan membuatkan perpisahan unik dengan mereka yang harus tampil apa adanya menjadi dirinya sendiri.

Vito si ganteng dengan setelan pangsi hitam khas Sunda, Bima si usil dengan baju Spiderman nya, Leo si pemberani dengan baju lusuh robek robek yang berkesan, dan si Juno bijak dengan Baju kura-kura ninja.
Mereka merasakan kebahagiaan yang sebenarnya dengan keinginan dirinya masing masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun