Mohon tunggu...
Rida Husna
Rida Husna Mohon Tunggu... Freelancer - ... karena membatja adalah koentji! nirwana aksara di www.pustakabukubekas.com

suka kata tanpa banyak bicara, suka angka tanpa banyak wacana.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Centang Perenang di Kolam Utang

30 Juli 2019   21:41 Diperbarui: 31 Juli 2019   13:50 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari visualizepicture.com

Simbok bilang, utang itu hanya boleh saat kepepet. Di luar itu, "wis mending ora usah!" 

Cuma masalahnya, Mbok, ukuran kepepet itu relatif banget. Bisa mulur mungkret ibarat karet gelang.

Bapak bilang, utang itu bikin malu. Enak di awal tapi susah di akhir.

Cuma masalahnya, Pak, mending ketawa duluan atau nangis belakangan?

Pak Ustadz bilang, pembahasan soal utang itu lengkap sekali di Kitab Suci. Bahkan lebih detil dari ayat-ayat tentang surga dan neraka maupun perihal ibadah.

Kalau ini saya mengangguk saja.

Terus...

Pakar psikologi bilang, utang itu kalau tidak terarah bakal bikin ketagihan. Makanya,  belajarlah membedakan mana kebutuhan dan mana  keinginan.

Cuma masalahnya, Bos, keinginan sering menyamar sebagai kebutuhan.  Salah-salah otak bisa pindah ke dengkul.

Pakar keuangan mainstream bilang, utang itu maksimal sepertiga dari pendapatan.

Cuma masalahnya, Gan, sepertiga itu dengan santainya bisa memuai jadi setengah. Tahu-tahu berubah lagi jadi tiga perempat dan...ups, leher pun terjerat!

Pakar keuangan anti-mainstream di Barat sono bilang, utang itu ibarat pedang bermata dua. Ketika ia dimanfaatkan dalam konteks yang umum berlaku dan tanpa terobosan berarti, maka timbunan bebanlah yang kemungkinan ditemui. Sebaliknya, berdayakan utang dalam kerangka pemahaman yang lebih canggih, maka sejatinya ia adalah pengungkit --- leverage, yang akan membawa seseorang dari level average menjadi above average. Bahasa sederhananya, kalau pandai meniti buih, utang bisa membuat orang jadi tajir melintir, setidaknya lebih sejahtera. 

Well, saya mesti mencerna yang terakhir ini pelan-pelan. Maklum, dari jaman sekolah dulu gak jauh-jauh dari telmi --- telat mikir.

Tapi gini deh...

Kalau mau blak-blakan, jujur saya paling ngeri dengan kalimat ini: "Pake duitmu dulu, ya. Besok aku ganti!"

Haduhh, biyung!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun