Mohon tunggu...
Achmad Setiadi
Achmad Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Money

Cipto Junaedy, Pelayan Ulet, Diminta untuk Membunuh Anak Kandungnya Sendiri

12 April 2021   11:28 Diperbarui: 12 April 2021   12:01 1535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak hanya anak pertama, ternyata beliau juga diminta untuk membunuh anak keduanya yaitu pelayanannya untuk mengajar kepada pihak awam bahwa hidup mereka lebih besar dari modal. Hidup kita serupa dengan Gambar dan Rupa-Nya. Dan kita diingatkan untuk menjadi contoh memberi teladan tanpa utang. Tapi ada saja orang-orang yang menyuruh juga membunuh.

 Jadi 9 tahun lalu waktu beliau melahirkan buku yang diterbitkan oleh Kompas Gramedia berjudul Strategi Membeli Banyak Properti Tanpa Modal Tanpa Utang, ada makelar mengatakan, "Apa ini tanpa uang tanpa modal, tanpa utang, goblok ini, ndak masuk akal." Ya akalnya saja yang belum masuk. Lalu mencela-cela, "Ayo coba diadakan ini bedah buku." Bedah buku tapi penulisnya nggak diundang. Padahal editor Kompas Gramedia Grup juga sudah browsing kalau-kalau strategi yang ditulis oleh Pak Cipto ini nyontek dari luar negeri. Tapi ternyata tidak ketemu. Dan memang karena strategi ini tidak nyontek dari luar negeri atau dari manapun, karena dari keadaan. Timbulnya pada saat krisis tahun 1998-2000, dimana dolar naik sekitar 7-8 kali lipat.

Pada saat itulah beliau terbiasa perang negosiasi dengan banyak banker-banker asing. Disitulah ilmu itu banyak muncul, jadi bukan belajar dari kursus atau dari apa, tapi dari pengalaman. Karena ditempa untuk caplok-mencaplok korporasi, caplok-mencaplok perusahaan.

Beliau juga sering terbang karena melayani berbagai kota. Jadi ya dibiarkan saja. Pada jaman "orba" ada oknum-oknum jendral yang semena-mena kepada penulis, kalau perlu penulis dipenjarakan atau bahkan dibunuh. Maka kata editor, "Kamu itu kok arogan, kalah jendral jaman "orba"." Padahal yang jendral beneran saja rendah hati dan mereka belajar. Orang kalau semakin tinggi pasti semakin rendah hati tidak malah seperti begundalan seperti tipe itu tadi. Lah ini orang mengatakan "Ah ini nggak masuk akal." Lalu mengadakan bedah buku dan penulisnya tidak diundang. Ya sudah dibiarkan, ternyata tidak sampai 3 bulan dari situ ketika beliau membaca koran, tanpa sengaja membuka iklan duka cita, "loh orangnya mati", ungkapnya. Beliau tidak menyukurkan orangnya mati. Dokter yang menyuruhnya untuk membunuh anak kandung, yang tadi diceritakan mengalami hal yang sama yaitu jarak 3 bulan setelah menyarankan untuk membunuh anak kandungnya itu, beliau membaca berita dokternya yang mati. Dua orang yang menyuruh untuk membunuh anaknya dua-duanya mati. Tidak menyukurkan sama sekali, tidak. Tapi tentu tidak boleh ada orang di dunia ini yang menyarankan untuk membunuh orang lain.

Beliau diminta 2x untuk membunuh, membunuh anak yang pertama, kemudian membunuh anak yang kedua yaitu karya pelayanannya. Di internet kadang juga ada 3-4 orang mencela begitu sinis, mengatakan, "apa sih pak Cipto ini pelayanan mengajar Jadi Teladan Tanpa Modal Tanpa Utang, goblok itu nggak masuk akal." Sekarang apa-apa juga pakai utang, itu yang masuk akal menurut mereka. Guru utang yang paling terkenal itu dari Amerika namanya Robert Kiyosaki, nah itu sangat bagus untuk pengalaman motivasi. Tapi untuk masalah utang, dia mengajarkan orang untuk berhutang. Utang itu klirunya: "Bayar utang itu sifatnya pasti tapi sumber membayarnya tidak pasti".

Kalau membaca Robert Kiyosaki sendiri, perusahaannya dibangkrutkan oleh pengadilan negaranya sendiri karena ada utang $24.000.000 lalu ndak bisa bayar. $24.000.000 tidak terlalu besar cuman sekitar 300 milyar kalau menggunakan kurs sekarang.

Ya itulah guru utangnya, ngajari utang tapi dia sendiri tidak bisa bayar utang. Tapi di internet 3-4 orang kalau kepada Robert Kiyosaki puja pujinya masa ampun. "Oh ini baru masuk akal. Pakai utang, baru hebat, baru masuk akal". "Kalau pak Cipto siapa sih? Kadang pakai bahasa jawaan, orang lokal, orang goblok gak masuk akal, penipu itu, pembohong, nggak masuk akal". Ya akalnya saja yang belum masuk.

Padahal sebenarnya menulis ujaran seperti itu sudah termasuk pelanggaran undang-undang ITE. Namun dibiarkan saja oleh Pak Cipto, "Kalau bagi dia ndak masuk akal ya ndak apa-apa. Biar yang masuk di akalnya ya cuma satu yaitu Ngutang", pungkasnya. Karena itulah kalau ada orang yang mengatakan yang masuk akal utang ya mereka harus me-review dirinya sendiri. Seakan-akan bagi mereka itu seperti besi itu tidak bisa terbang, besi itu tidak bisa mengapung. Mereka punya rumusan mati bahwa besi itu pasti tenggelam, karena itu banyak dari mereka hidupnya lalu tenggelam utang.

Dilihat dari perjalanannya yang sungguh penuh lika-liku, saya salut dengan beliau. Orang yang bersedia melayani, malah haknya direnggut, dan kadang masih saja ada orang yang menuntut, mencela kalau apa yang digagaskannya tidak masuk akal, padahal itu akalnya saja yang belum masuk.

Salute!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun