Setelah itu, agak sorenya saat itu beliau dapat kabar lagi yang lebih tidak enak. Yaitu bayi ini dikatakan harus cuci darah, sebab bilirubinnya sangat tinggi, hampir waktu itu 30. Padahal normalnya harus sekitar 9.
Lalu dokter mengatakan untuk menunggu sampai setengah hari berarti sampai besok pagi atau agak siangan, kalau masih bilirubinnya tinggi harus segera dicuci darah.
Kita ini mendengar kata cuci darah, untuk orang dewasa saja sudah ngeri. Apalagi kalau untuk bayi orok baru lahir.
Sangat miris..
Tapi beliau tidak pernah hilang harap, dan tidak mau menyimpan kuatir. Di hari hari ini banyak dari kita memelihara kuatir.
Hanya butuh 1 miligram rasa kuatir untuk menghalangi kemajuan hidup kita. Beliau berdoa dan berusaha, tidak mau tenggelam dalam kekuatiran.
Benar saja, esoknya waktu akan dicuci darah, dites ulang terlebih dulu, ternyata bilirubinnya sudah turun banyak dari 30 menjadi 13. Memang masih di atas normal tapi sudah tidak perlu cuci darah. Beliau bersyukur. Lalu bayi tersebut dimasukkan di inkubator selama 3 minggu.
Sekarang anaknya tumbuh sehat, segar, baik, bertumbuh, juga pemikirannya banyak melampaui anak-anak sebayanya.
Beliau senang karena memutuskan untuk tidak membunuh, "Tentu tidak ada dalam kamus saya untuk membunuh siapapun", ungkapnya.
"Kita sering "membunuhi" diri sendiri dengan tenggelam dalam kekuatiran.
Tanpa kita sadari kita juga sering menjadi "pembunuh-pembunuh" diri kita sendiri,
banyak dari kita suka merasa hampa, stress, kalau modal habis
tabungan habis,