Ternyata nasibnya lebih memprihatinkan. Â Pemuda tersebut datang jauh-jauh dari provinsi tetangga. Â Katanya proses pembuatan paspor di tempatnya jauh lebih parah. Â Tidak tahu masalahnya dimana. Â Menurutnya lebih mudah mengurus paspor di tempat domisili saya ini dibanding di kampungnya sendiri.
Karena tempatnya sendiri sangat jauh dari kantor imigrasi, akhirnya harus bermalam, dan sudah seminggu katanya menunggu. Â Padahal paspornya sudah harus dipergunakan akhir bulan Juni ini. Â Saya cuma bisa turut mendoakan semoga urusan server ini cepat selesai dan tak berlarut-larut.
Bayangkan saja jika beratus-ratus orang di negara ini terkendala urusan dan kepentingannya gara-gara urusan paspor yang tak selesai, juga mungkin urusan visa dan lain halnya terkait server data nasional.
Mungkin itulah kelemahan data terpusat, jika satu server utama bermasalah. Â Utamanya karena sistem keamanannya, dan tak ada back up yang mumpuni. Â Semuanya terkena imbasnya.
Saya cuma berharap data yang ada juga tidak bermasalah. Â Soalnya data berjuta penduduk negeri ini tersimpan di dalamnya. Â Semoga saja pikiran buruk saya itu tidak menjadi kenyataan.
Jadi begitulah, saya pun undur diri untuk kembali ke kantor sama pemuda yang sepertinya masih bingung dengan kelanjutan urusan paspornya. Â Untunglah semangkok lontong sayur yang enak dan segelas teh tawar hangat itu lumayan menghibur dan memupuskan kekecewaan saya akan imbas masalah sistem data di negeri ini.
Ya, mau bagaimana lagi. Â Kantor imigrasi setempat toh juga sekedar perpanjangan tangan dari kantor pusat. Â Jadi kendala yang ada pun tak mampu mereka tanggulangi, selain hanya bisa menunggu.
Semoga saja (entah ini kata semoga yang ke berapa dalam tulisan ini), semua masalah terkait server nasional ini cepat tertangani dan terkendali. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H