Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Angon Rasa di Klangon

5 November 2022   16:49 Diperbarui: 5 November 2022   16:57 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebentar saja perkenalannya, perjalanan mereka dipimpin oleh dua orang lagi, Indah dan Adith yang konon dijuluki sepasang pesepeda penguasa Jogja, karena saking hapalnya mereka semua sudut-sudut Jogja sampai ke Kabupaten-Kabupaten di sekitarnya, ibarat kata mereka itu adalah peta berjalan, jadi berjalan bersama mereka dijamin aman. Begitu promo dari mulut Vitto sejak seminggu yang lalu.

Sekitar dua jam mengayuh akhirnya rombongan mampir di Cangkringan, di warung Soto. Makanan yang entah kesekian ratus kali mereka nikmati sebagai sarapan yang murah meriah tapi lebih dari cukup sebagai pengisi tenaga.

Sembari sarapan, Dewi melihat mata Vitto beberapa kali mencuri pandang ke arah Farra tanpa kentara, ada rasa hangat yang tiba-tiba menelusup ke dalam hatinya, bukan sekedar hangat tapi terasa membakar perasaannya, entah kenapa.  Cepat-cepat dia menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir perasaan tak enak yang tiba-tiba mengusiknya.

Sarapan usai, semua ditraktir oleh Vitto yang katanya sedang banyak duit, banyak gaya memang dia.  Tak urung membuat semua tersenyum lebar dan berterimakasih.  Itulah memang salahsatu yang menyenangkan dari Vitto, bisa ada rejeki dia tak pernah berat untuk membaginya dengan siapapun, bahkan dengan yang baru dikenalnya sekalipun.  Akibatnya orang cepat akrab dengannya.

Perjalanan dari Cangkringan menuju Klangon lebih banyak berteman diam, jalanan berdebu akibat rusak dilewati truk pengangkut pasir membuat mereka hening dalam balutan buff masing-masing.   Paling depan sebagai leader tentu saja Adit dan Indah, di belakangnya Farra dan Vitto, sisanya berderet di belakang.  

Dewi yang paling belakang hanya bisa diam melihat Rivera Vitto sejajar dengan Disc Trucker-nya Farra di depan.  Ada sesuatu yang masih mengganjal di hatinya.

Sesampai dusun Jetis, Dewi mendadak berteriak dari belakang.

"Mampir warung dulu, airku habis.."  Semua yang di depan menoleh, dan meminggirkan sepedanya ke warung yang letaknya dekat dengan sumber air.

Ternyata itu keputusan yang tepat, air di botol masing-masing memang tersisa sedikit, cuaca yang mulai hangat dan jalanan berdebu rupanya membuat kayuhan menjadi lebih berat.  Dewi apalagi, semangatnya tadi pagi mendadak pupus melihat selama di jalanan dia selalu ditinggal Vitto yang memilih menjejeri Farra.  Rasa yang membuatnya bingung.

'Apa karena aku terbiasa kemana-mana aman berdua dengan Vitto, tapi kenapa dia cepat akrab dengan Farra yang baru dikenalnya beberapa jam saja?' Gumam Dewi.

"Hey, ngelamun!"  Tiba-tiba saja sosok yang membuatnya setengah jengkel tersenyum di dekatnya.
"Ih!"  Responnya singkat.
"Ih, apa?" Vitto menaikkan alisnya dengan menyebalkan.
"Tumben menyapa, bukannya tadi asik dengan Farra?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun