Dengan semangat Claudia dan Ilana meletakan kado itu terlebih dahulu. Dua pisau tajam telah tersedia di sekitar kue ulang tahun tersebut. Mereka memotong kue secara bersamaan, dan memberikan potongan kue secara bergiliran. Tawa, senyum dan airmata berselaraskan kesyukuran yang mengiringi doa yang dipanjatkan oleh kedua orang tua mereka.
" Ya udah kalian masuk kamar dan tidur ya, hari udah jam satu malam,"Â Usap sang Ayah kedua perempuan kembar itu. Dengan perasaan senang mereka setujuh.
" Coba kita buka hadia dari ibu dulu,"Â tanya Ilana, pada Claudia.
" Wow liontin, bagus sekali," gumam Claudia. Ilana pun tak sabar membuka kado dari Ayahnya dengan kotak yang begitu besar, ia memainkan bola matanya menebak-nebak isinya. Saat bungkus kotak tersebut di buka, mereka bergemelut syahdu.
"Ini kesukaan kita, Ayah tau sekali kalau kita berdua hobi membaca," senyum Claudia.
" Bukunya tebal sekali, bentuknya sangat classic."
Ini buku apa ya ?"
" Coba aku buka ya Il!"
Baru saja halaman pertama dibuka Claudia, tiba-tiba sebekas sinar memantul keluar dari buku tersebut. Claudia mencoba menutup buku itu, tapi mereka berdua tersedot dan terseret masuk kedalam buku itu.
*******
" Sayang bangun hari sudah pagi," suara lembut yang tak lain ibu Claudia dan Ilana. Namun pintu kamar tetap terkunci rapat tak ada suara sahutan sama sekali. Perempuan itu berlalu lalang senyum, dan berpikir pasti kedua anaknya kecapekkan.
" Cla, aku mendengar tadi suara ibu memangil kita, ayo Cla kita pulang. Aku tidak mau disini!"
" Sabar Il, aku juga tiada tau ini tempat apa?"