Rawa Begung adalah salah satu tempat wisata yang terkenal di kota Kora. Setiap akhir pekan banyak orang berlibur rawa tersebut. Selain ke indahan alamnya, rawa Begung juga memiliki beraneka ragam flora dan beberapa fauna lebih sedikit.
Meskipun indah dan mempesona, namun rawa Begung memilik seluk-beluk cerita mistis tentang adanya Dewi lintah mendiami  tempat itu. Rawa itu mempunyai kekuatan tersendiri dan penuh teka-teki yang menyeramkan. Katanya ada kerajaan Dewi lintah di dalam air tersebut, mungkin benar mungkin juga tidak
Kunci berlibur ke sana syaratnya satu siapun dilarang berbuat yang tidak bagus , baik membuang sampah sembarangan atau menyakiti habitat di sana. Rawa Begung memiliki sejuta ke indahan karena alam dan udaranya masih terjaga. Memang di area tersebut ada papan bertuliskan " Dilarang Berbuat Yang Tidak Terpuji ". Di sertai kalimat penghubung, jika melanggar larangan ini apapun yang terjadi resiko di tanggung oleh pengunjung.
Memang selama ini tidak pernah ada ke jadian aneh, selama pengunjung datang ke rawa Begung mematuhi aturan yang berlaku disini, mematuhi aturan adalah satu-satunya kunci supaya terhindar dari dampak bahaya di situ.
*******
Bento Cario adalah anak yang badung di sekolahnya ia sangat jahil sama-sama temanya, sering brantem , sering buat siswa cewe menangis dan juga sering mengambil barang milik temanya.
Kejadian itu selalu ia lakukan bersama dua temanya yang lain Jodi dan Joni. Orang tuanya sudah sering di pangil ke sekolah untuk mempertangung jawabkan perbuatan anaknya, sampai-sampai ibunya Bento kewalahan mengatasi anaknya yang badung itu. Tapi meskipun badung orang tua bento tidak pernah berkata kasar atau marah, mereka selalu melakukan dengan pendekatan yang lembut, badungnya Bento itu mulai keterlaluan pas ia mulai duduk di bangku sekolah kelas empat.
Rasanya baru kemarin Bento berulah lagi, mengambil pensilnya Mili. Saat digeledah seisi kelas tidak ada yang mengaku, salah satu siswa dari kelas V tersebut memberi tahu wali kelas, bahwa yang mencuri Bento. Dan sunguh malang siswa yang satu kelas tersebut, pulangnya dari sekolah dihadang terus diajak brantem, anak tersebut nangis dan mengadukan pada orang tuanya, lagi-lagi orang tua Bento kena pangil.
" Bisa nggak Nak kamu tidak berulah dan menyakiti teman-temanmu di sekolah, ibu tuh capek malu lihat kenakalan kamu. Bento maunya apa ?" sentak sang ibu Bento kesal.
" Bento mau tidur ngantuk," jawab bento masuk kamar.
" Astaga selalu tiap di nasehati jawabanya begitu melulu,"
*****
Orang tua murid berkumpul datang ke sekolah , Sekolah Dasar Negeri Kora. Kepala sekolah mengundang orang tua murid, dalam rangkah akan diadakan melakukan kunjungan ke rawa Begung, bukan liburan sekolah namun lebih ke acara untuk membuat para murid tidak berkutat soal sekolah dan PR. Acara diselenggarakan untuk memacu daya reprentasi murid bagaimana mereka menjadikan kunjugan ini menjadi sesuatu yang berkesan, bisa dibilang untuk menciptakan sesuatu yang segar meningkatkan rasa kemauan dan wawasan murid.
" Kunjungan ini dilakukan bergilir, kita akan mengajak murid beserta orang tuanya, sabtu ini anak-anak kelas lima dan enam dahulu, orang tua murid di wajibkan ikut untuk mendampangi anaknya, dari pihak sekolah sudah mempersiapkan satu guru yang akan mengawasi kegiatan ini, " jelas kepala sekolah.
**********
Untuk masuk ke area rawa Begung, hanya mengeluarkan rogoh kocek Rp 2000.00 baik untuk orang dewasa ataupun anak-anak. Dua mobil bus dari Sekolah Dasar Negeri Kora telah terpakir. Dari pintu mobil satu persatu murid dan para orang tua keluar bergiliran. Ikutnya orang tua murid tak lepas sebagai bentuk pengawasan untuk anaknya sendiri guna meminimalisasir tangung jawab sekolah. Saat semua sudah berkumpul ibu Lilis memberi intruksi bahwa jangan melakukan hal yang buruk.
" Ingat ya anak-anak jangan melakukan hal yang tidak terpuji disini, tidak boleh menyakiti habitat yang ada di rawa Begung," tegasnya.
Dan belum juga beberapa menit untuk menujuk ke pembelian karcis, Bento dan dua temanya sudah berlari ke pintu masuk tempat wisata itu.
" Adik-adik kalian belum boleh masuk, itu lihat guru kalian baru bayar karcis," Â ujar petugas di rawa Begung
" Sama saja Pak nanti akhirnya kita masuk kesini juga,"
" Hussss Bento barengan sama teman kamu yang lainya," ujar sang Mama Bento menghampiri..
********
Akhirnya murid-murid sekolah tersebut memasuki area rawa Begung, mereka terkagum melihat ke indahan tempat itu. Memang ada beberapa tanaman tak lazim, ke tak laziman tersebut membuat sebagian merasa kurang suka. Ada juga yang reaksinya biasa saja. Tapi secara keseluruhan mereka sangat enjoy menikmati kunjungan ini.
" Senang rasanya melihat anak-anak bisa antusias begini, semoga setelah berakhir kunjungan ini minat belajar mereka makin besar ," ujar ibu Lilis.
Mereka bermain menikmati panorama yang ditawarkan rawa Begung, berlari ke sana-kemari. Dan ada larangan bermain dekat dengan genangan air yang menyerupai  danau, namanya danau Begung, airnya jernih bening belum tercermar apapun, beberapa ikan tawar bisa dilihat berenang di dalamnya, saking jernihnya bisa dilihat aktivitas hewan air di danau itu.
" Bento sini saja nak gabung bersama temanmu yang lain, tidak boleh bermain ke situ danau di situ angker," cegah ibu Bento. Sayang perkataan sang ibu tidak di dengar, yang ada Bento dengan lancang memasuki area danau itu bersama dua temanya Jodi, dan Joni yang sebelas dua belas sama badungnya dengan Bento.
" Ingat loh kata bu Lilis tidak boleh mengambil sembarangan benda apapun di sini," kilah Joni.
" Pastinya aku juga nggak mau macem macem di sini," Jodi menimpali.
" Aaaah bawel bisa diam nggak, penakut amat," bentak Bento. Jodi dan Joni bertatapan satu sama lain dengan mimik jengkel. Rupanya mereka juga tak suka dengan sifat ngeyel Bento.
" Awas loh Ben, kalau  kamu kenapa-kenapa tanggung akibatnya," kompak Joni dan Jodi memperingatkan.
 Namun abainya sikap Bento. Omongan dua temanya cuma diangap angin lalu. Dengan tanpa rasa takut ia mencabut tanaman yang bunganya sangat indah. Tanaman itu langkah sepertinya khusus tumbuh di danau tersebut.
" Apa itu bentuknya aneh berenang-renang di permukaan air," Joni dan Jodi bergegas meninggalkan danau itu mereka lari tungang langang tak menghiraukan Bento, ke anehan yang mereka lihat membuat mereka pergi.
" Payah lihat apa sih memangnya dasar penakut, tapi nggak apa-apa yang aku nanti pulang bawah tanaman ini," Ucapnya sendiri dan memasukan dalam kantong seragam sekolahnya.
*********
Jam menunjukan 11 : 30, itu artinya kunjungan mereka selesai dan harus pulang. Â Semua berkumpul untuk diabsen, raut muka mereka menunjukan rasa puas dan senang berkunjung ke rawa Begung. Setelah absensi selesai mereka pun menaiki mobil bus yang mereka tumpangi untuk menuju pulang.
Bento merasa capek dan lelah, ia harus merasa tidur siang untuk menghilangkan rasa capeknya. Tidak lupa tanaman aneh yang ia ambil tanpa ijin ia taruh di pot bunga mawar yang berada di teras rumahnya.
Lepas sepatu kaos kaki, tidak melepas seragam sekolahnya ia langsung merebahkan dirinya di karpet tempat dimana ia belajar. Saat mata hendak terpejam ibunya mengingatkan untuk mencuci kaki tangan dan melepas seragamnya, tapi rasa kantuk itu telah menguasai tubunhnya.
" Tolong .... tolong Bento bu, " teriak Bento dengan kondisi mata terpejam, peluh bercucuran membasahi seragamnya. Ibunya yang sedang masak di dapur segera menjenguknya. Hmmm ibunya geleng geleng kepala saat melihat anaknya ngelantur, dalam hati ibunya mungkin anaknya kelelahan.
Dan teriakan itu berulan-ulang hinga ia terjaga dari tidur siangnya dengan menangis takut. Ini kali pertama Bento menangis tanpa sebab, biasanya ia yang suka buat temanya menangis kini ia harus merasakan hal tersebut, emang enak Bento diteror mimpi seram.
" Kamu kenapa Bento, kok teriak terus," tanya ibunya heran.
" Ibu, aku takut dalam tidurku aku bermimpi masih berada di rawa Begung dan aku melihat perempuan bermuka aneh," cerita Bento.
" Sudah sebaiknya kamu mandi, lalu makan. Seharian ini kamu belum mandi," ibunya tersenyum melihat mimik polos Bento yang ketakutan.
*********
Bento berlari sendiri ketakutan di area rawa Begung, mukanya pucat menahan rasa cemas. Dari danau rawa Begung lagi-lagi ia melihat perempuan tidak memiliki panca indera seperti manusia pada umumnya, perempuan itu hanya memiliki rambut. Perempuan itu memiliki alat penghisap yang terletak di kedua ujung tubuhnya dengan tiga rahang di bagian mulut serta gigi kecil di setiap rahang.
Seperti mahluk jadi-jadian. Belum lagi ribuan mahluk kecil seperti lintah memenuhi danau itu, seperti ada kekuatan magis menarik tubuh Bento.... Brrrrrrrrrrr tubuh Bento tercebur ke danau itu, ribuan mahluk itu hingap di tubuh bento menempel di tiap inci tubuh Bento.
Dan Bento tidak dapat bersuara lagi karena permukaan tubuhnya telah di hingapi lintah lintah itu. Bento ingat perempuan itu memintahnya untuk mengembalikan tanaman yang ia ambil, karena itu bukan miliknya Bento."
" Ibuuuu Ayaaaaaaaah"Â Teriak Bento di tengah larut malam di jam di mana semua orang pada tidur. Suami istri itu tergopo-gopo menjenguk kamar anaknya. Dipeluknya sang anak, ia mencoba menenangkan .
" Bento kamu kenapa lagi nak,"Â Â bapaknya bertanya. Bento pun menjawab dengan rasa gugup bahwa ia bermimpi lagi bertemu dengan perempuan bermuka aneh di danau rawa Begung, mimpi itu sama persis seperti yang terjadi pada tidur siangnya.
Ia juga menceritakan ada banyak lintah yang menghinggapi tubuhnya. Sepanjang malam itu Bento tak tidur lagi, jika ia tidur mimpi itu datang dan menerornya lagi. Termasuk kedua orang tuanya berjaga-jaga tanpa tidur.
******
Sejak kejadian itu Bento sudah tidak bisa tidur, ia takut mimpi itu datang lagi. Badanya kurus kurang tidur, Â bola matanya seperti panda berwarna gelap coklat. Jika di sekolah ia lebih banyak melamun, sekuat mungkin ia berusahamenahan rasa kantuk yang menderahnya, semua itu ia lakukan untuk menghindari mimpi itu lagi.
Bahkan ia tak pernah berbuat jahil lagi dengan teman-temanya, bahkan ia merasa kesepian tak bisa leluasa lagi merasakan kegembiraan di sekolah. Wali kelasnya juga merasa prihatin dengan kejadian yang menimpah Bento. Bento tetap bersekolah hanya saja ia tidak bisa mengikuti pelajaran, ia lebih banyak melamun.
Akhirnya pihak sekolah pun mengizinkan pada Bento untuk libur, tujuanya untuk memulihkan kondisi anak tersebut. Semua guru heran akan hal itu karena Bento terkenal anak yang jahil badung dan tak ramah jarang sekali anak itu mengalami hal hal yang tak biasanya, justru sikap badunghya itu membuat sebagian siswa merasa was was.
Bu Lilis yang waktu itu sebagai guru pengawas pada waktu kunjungan mencoba mencari tahu apa yang menyebabkan Bento seperti itu. Bu Lilis pun mendatangi rumah Bento, dan memintah orang tua Bento untuk menceritakan hal apa yang terjadi. Di rumah itu orang tua Bento menceritakan krologis yang anaknya hadapi tiap menjelang tidur. Barulah Bu Lilis paham sumber akan masalahnya.
" Oh jadi seperti itu kejadianya, boleh Bentonya kesini sebentar nak," pangil bu Lilis penuh empati. Dan Bento pun mulai bercerita panjang lebar.
" Ohhh jadi anak ibu ini pas melakukan kunjungan pada waktu itu, dia mengambil tanaman di danau rawa Begung, di mana sayang tanaman itu kamu taruh,"
Bento melangkah ke terasa depan dan mengarahkan jari telunjuk ke pot bunga mawar. Bu Lilis pun mengambil tanaman itu, dan ia wadahi dengan kantong kresek. Hari ini juga tanaman itu harus di kembalikan tidak boleh menunda-nunda lagi, semakin di tunda mimpi buruk bertemu perempuan menyeramkan itu akan membuat Bento sakit.
" Lain kali kalau mengambil sesuatu nak Bento harus ijin sama yang punya, mungkin yang punya tanaman ini penunggu danau rawa Begung, bisa saja kan ada mahluk halus di situ," nasehat Bu Lilis bijak.
Bu Lilis pun meminta ijin pamit, ia bermaksud untuk mengembalikan tanaman tersebut ke asal tempatnya.
*****
" Ingat anak-anak kalau tidak mau di cubit jangan mencubit, kalau tidak mau dilempar jangan melempar. akibatnya kalian yang merasakan sendiri ," sang wali kelas mengingatkan, sang wali kelas mengelus kepala Bento yang menganguk, Â secercah senyum melihat itu sudah mulai menemukan keceriaan.
" Jangan jahil lagi ya sama teman kamu, kamu harus menyayangi mereka. jangan mencuri lagi  jangan bikin mereka menangis lagi dengan ulahmu,"  wali kelas itu menasehati Bento...
" Haaaaa ia nanti kamu dimimpimu ketemu Dewi lintah dari danau rawa Begung lagi, " ledek Joni. Disambut tawa anak-anak lainya.
" Sudah-sudah tidak baik mengejek begitu, ya sudah keluarkan buku bahasa kalian. Hari ini kita belajar membuat kerangka Cerpen," sang wali kelas memulai jam pelajaran pagi itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H