* * *
Kerjaan di kantor membuat tenaga Ari terkuras. Sebagai direktur di sebuah perusahaan telekomunikasi ternama, membuatnya harus bekerja ekstra agar perusahaan itu selalu berada di nomor satu se-Indonesia. Hanya ada satu hal yang bisa merelaksasikan tenaga dan pikirannya saat ini, apalagi kalau bukan duduk santai di coffeshop sambil menyesap secangkir Kopi Toraja favoritnya. Memikirkan itu, Ari pun segera mengemaskan barang-barangnya, dan bergegas menuju ke coffeshop yang tak jauh dari kantornya.
“Mau pesan apa, mas?”
“Kopi Toraja, mbak.”
10 menit kemudian kopinya tiba. Dia menghirup aromanya dan tersenyum, diseruput kopinya pelan. Matanya terpejam. Pahitnya kopi bercampur asam dan sedikit manis sangat memanjakan lidahnya.
Coffeshop sore itu tidak terlalu ramai, tidak sampai 20 orang. Ada yang sendirian seperti dirinya, ada juga yang bersama temannya dan asyik mengobrol. Tiba-tiba Ari terkesiap. Lehernya menegang. Dia mengucek-ngucek matanya. Nanda! Dia melihat Nanda duduk sendirian di pojokan lurus di depannya, terpisah oleh 6 meja. Nanda tidak melihatnya karena posisinya yang menghadap jendela. Seandainya saja dia menoleh ke kanan, dia akan menyadari kehadiran Ari.
Cantik. Panda semakin cantik. Ari termenung. Rasa rindu itu kembali membuncah. Sudah lama sekali. Ingin sekali dia menghampiri Pandanya. Tapi entah kenapa dia mendadak gugup. Dia bingung harus berkata apa jika sudah di depan Nanda. Keberaniannya masih belum terkumpul. Ketika pikiran dan perasaannya berkecamuk, ada sebuah pesan whatsapp masuk.
“Sayang, kamu di mana? Aku udah pulang ni.”
Ari tersadar ke dunia nyatanya. Dadanya sesak. Matanya memanas. Dia tersenyum getir.